Perkembangan Kepribadian Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir

26 menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari –hari tanpa bantuan dari orang lain. b. Golongan Sedang Tunadaksa bukan bawaan lahir golongan sedang membutuhkan suatu latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan suatu alat –alat khusus untuk memperbaiki ketunaan yang dialaminya. c. Golongan Berat Tunadaksa bukan bawaan lahir golongan berat adalah yang membutuhkan perawatan tetap dalam mobilitas, bicara atau komunikasi, dan menolong dirinya sendiri. Berdasarkan uraian di atas klasifikasi tunadaksa bukan bawaan lahir dibagi berdasarkan jenis penyebabnya, seperti infeksi, trauma dan penyakit progresif. Berdasarkan berat atau ringannya tunadaksa bukan bawaan lahir dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu; golongan ringan, golongan sedang, dan golongn berat.

5. Faktor

–faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian, Sosial dan Emosional Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir

a. Perkembangan Kepribadian Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir

Perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Tin Suharmini 2007: 169 mengemukakan perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir banyak ditentukan oleh pengalaman usia dini, ketunaan yang 27 dialami, kesehatan, pemberian cap dari orang lain, intelegensi, pola asuh orangtua dan sikap masyarakat. Sutjihati Somantri 1996: 109 menambahkan perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain: 1. Tingkat Ketidakmampuan Akibat Ketunadaksaan. Semakin tinggi tingkat ketunaannya dapat membuat tunadaksa bukan bawaan lahir memiliki konsep diri dan kepribadian yang negatif. Konsep diri dan kepribadian yang negatif akan menghambat tunadaksa bukan bawaan lahir berinteraksi sosial dan melakukan penyesuaian sosial. 2. Usia Ketika Ketunadaksaan Terjadi Ketunadaksaan yang terjadi pada usia yang lebih besar akan memberikan efek yang relatif lebih kecil terhadap perkembangan fisik, namun dapat memberikan efek yang lebih besar pada perkembangan psikologi tunadaksa bukan bawaan lahir. 3. Nampak atau Tidaknya Kondisi Ketunadaksaannya Faktor nampak dan tidaknya ketunadaksaan ini memiliki pengaruh yang besar bagi tunadaksa bukan bawaan lahir untuk menentukan sikap terhadap lingkungan. Faktor ini juga akan berpengaruh mengenai citra tubuh tunadaksa bukan bawaan lahir. Bagian fisik yang mengalami ketunadaksaan juga 28 berpengaruh pada perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir. 4. Dukungan Keluarga dan Dukungan Masyarakat Sikap keluarga dan masyarakat kepada tunadaksa sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir. Sikap yang menerima akan membuat tunadaksa bukan bawaan lahir lebih termotivasi sedangkan sikap menolak membuat tunadaksa bukan bawaan lahir merasa rendah diri, tidak berdaya, tidak pantas, frustasi, bersalah, tidak mampu, dan lainnya. 5. Sikap Masyarakat Terhadap Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir Hal ini berkaitan erat dengan sikap dan cara pandang masyarakat sekarang yang mengukur keberhasilan individu dari prestasi yang dicapainya. Perlakuan stereotip masyarakat terhadap tunadaksa bukan bawaan sering menimbulkan ketakutan yang bersifat neurotik. Keterbatasan tunadaksa bukan bawaan lahir membuatnya merasa tidak mampu untuk berprestasi sehingga membuat tunadaksa bukan bawaan lahir lebih memilih untuk menghindari tuntutan melakukan sesuatu dengan cara yang masih dapat diterima oleh masyarakat. Tindakan seperti itulah yang menghambat perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir. 29 Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kepribadian tunadaksa bukan bawaan lahir sangat dipengaruhi oleh kondisi ketunadaksaannya yang berakibat pada tingkat ketidakmampuannya, usia ketika ketunadaksaan itu terjadi, kesehatan, intelegensi tunadaksa bukan bawaan lahir, nampak tidaknya ketunadaksaan tersebut, perlakuan dan sikap keluarga dan masyarakat.

b. Perkembangan Sosial Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir