Persepsi orang lain terhadap tunadaksa bukan bawaan lahir Sensitif pada hal menyangkut ketunadaksaan yang dialami

119 dialaminya. Hal tersebut membuat Ttm menjadi pilih –pilih dalam berinteraksi sosial. Sedangkan bagi Spt konflik sosial mempengaruhi pada sikap sosial yang ditunjukannya. Ketika Spt sedang atau pernah mengalami konflik sosial dengan seseorang Spt merasa sikapnya akan berubah pada orang tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa konflik sosial dengan orang lain memperngaruhi tunadaksa bukan bawaan lahir dalam berinteraksi sosial dan melakukan penyeusian sosial. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tin Suharmini 2002: 90 bahwa tunadaka bukan bawaan lahir cenderung akan menarik diri atau menghindari interaksi sosial dengan orang lain yang pernah memberikan respon negatif pada dirinya. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada penyesuaian sosial yang dilakukan oleh tunadaksa bukan bawaan lahir.

d. Persepsi orang lain terhadap tunadaksa bukan bawaan lahir

Spt merasa norma sosial yang ada belum memperhatikan kebutuhan tunadaksa. Sehingga ketika dihadapkan dengan norma sosial yang memberatkannya Spt cenderung memilih untuk menghindari interaksi sosial. Sedangkan Ok merasa kurang nyaman dengan norma sosial yang memandang tunadaksa sebagai manusia aneh sehingga berpengaruh pada sikap sosialnya kepada orang lain. Begitu juga dengan Ttm ketika tunadaksa bukan bawaan lahir yang dialaminya mendapat perlakukan kurang menyenangkan dari orang lain Ttm hanya 120 bisa menerimanya dan mengharap pengertian dari orang lain tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mohammad Efendi 2006: 132 bahwa persepsi sosial yang negatif kepada tunadaksa bukan bawaan lahir dapat menjatuhkan konsep diri tunadaksa bukan bawaan lahir yang akan berpengaruh pada penyesuaian sosialnya. Sehingga persepsi negatif yang diterima tunadaksa bukan bawaan lahir dari lingkungan sekitarnya akan mempengaruhi penyesuaian sosial yang dilakukannya.

e. Sensitif pada hal menyangkut ketunadaksaan yang dialami

Spt menganggap tunadaksa bukan bawaan lahir yang dialaminya sebagai sesuatu yang bukan keinginannya. Sehingga Spt merasa tidak senang jika tunadaksa bukan bawaan lahir yang dialaminya dipermasalahkan saat sedang berinteraksi sosial. Begitu juga dengan Ok yang merasa risih dan tidak suka ketika tunadaksa bukan bawaan lahir yang dialaminya mendapat perhatian yang berlebihan saat berinteraksi sosial sehingga mengalihkan fokusnya dalam berinteraksi sosial. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tin Suharmini 2002: 90 bahwa respon berlebihan tentang ketunadaksaan yang dialami saat berada dalam interaksi sosial menyebabkan tunadaksa bukan bawaan lahir merasa tidak nyaman. Sehingga mengganggu tunadaksa bukan bawaan lahir dalam melakukan interaksi sosial dan penyesuaian sosial. 121

f. Faktor aksesbilitas