60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Setting Penelitian
Penelitian mengenai penyesuaian sosial remaja tunadaksa bukan bawaan lahir dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Terpadu penyandang
Disabilitas BRTPD Daerah Istimewa Yogyakarta. Pusat rehabilitasi yang beralamat di Srihardono Pundong Bantul ini saat penelitian sedang
dilaksanakan menampung 78 warga binaan tunadaksa dengan rentang usia dari 18-45 tahun. Pusat rehabilitasi ini memiliki klinik untuk memeriksa
kesehatan dan perkembangan warga binaan, layanan konseling psikologis, layanan terapi, asrama warga binaan yang mampu menampung sampai 225
orang, aula serbaguna, ruang makan, masjid, dan beberapa ruang kelas keterampilan. Warga binaan sosial mendapat pelatihan ketrampilan Hari
Senin sampai dengan Hari Sabtu. Ketrampilandisesuaikan dengan minat dan kemampuan, diantaranya ketrampilan kulit, ketrampilan menjahit,
ketrampilan desain grafis, ketrampilan elektro, ketrampilan pijat untuk tunanetra, ketrampilan komputer, dan ketrampilan perak.
2. Deskripsi Subjek Penelitian
a. Subjek Spt
Spt adalah seorang wanita berusia 19 tahun dan mengalami tunadaksa bukan bawaan lahir karena trauma fisik dan syaraf. Secara
61
fisik Spt tidak terlalu kurus, memiliki kulit sawo matang dan tinggi badan sekitar 155 cm.Jenis ketunadaksaan yang dialami Spt termasuk
paraplegi yaitu kedua kakinya menjadi lumpuh dan mati rasa. Ketunadaksaan tersebut terjadi karena tertimpa tembok rumah saat
terjadi gempa bumi 2006 di Yogyakarta. Karena kejadian tersebut Spt mengalami patah tulang belakang, beberapa saraf tulang belakangnya
terjepit dan beberapa putus. Spt adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adik yang
pertama duduk di bangku SMP dan yang terkecil masih berusia dua tahun. Sang ayah bekerja berjualan di gerobag angkringan dan ibunya
adalah ibu rumah tangga dan membantu berjualan. Saat beraktivitas sehari
–hari Spt memakai kursi roda. Pendidikan terakhir Spt adalah lulus SMK keahlian akuntansi.
Mengalami tunadaksa bukan bawaan lahir pada usia 10 tahun membuat Spt tidak terlalu memikirkan ketunadaksaan yang dialaminya.
Waktu itu Spt menganggap ketunadaksaannya hanyalah sakit biasa yang akan sembuh pada waktunya. Walau pun dengan keterbatasan
mobilitasnya Spt tetap berinteraksi sosial seperti biasa, tetap bersekolah dan bermain dengan teman
–temannya. Spt hanya membatasi untuk tidak keluar terlalu jauh agar tidak kesulitan jika kembali ke kelas.
Perubahan terjadi ketika Spt memasuki bangku sekolah SMK. Spt adalah satu
–satunya tunadaksa di sekolah tersebut. Selama berada di kelas satu dan dua Spt tidak mengalami hambatan penyesuaian sosial
62
yang berarti. Memasuki kelas tiga mulai muncul permasalahan sosial karena tunadaksa bukan bawaan yang dialaminya. Beberapa siswa
dikelasnya tiba –tiba menunjukan sikap tidak suka ke padanya. Walau
pun Spt tidak begitu jelas apa penyebabnya, tetapi Spt merasa teman –
teman di kelasnya seperti tidak menginginkan keberadaan Spt di kelas tersebut. Mulai muncul beberapa temannya yang sering membicarakan
tentangnya. Puncaknya ketika Spt mendapat tuduhantelah mengambil uang salah seorang di kelasnya. Merasa disudutkan Spt tidak bisa
berbuat apa –apa selain menyangkal tuduhan tersebut.
Beruntung pada waktu –waktu tersebut Spt mendapat kunjungan
dari LSM yang dulu menangani Spt pasca gempa bumi terjadi. Spt pun mendapatkan lagi bimbingan berinteraksi sosial dan penyesuaian sosial
yang dulu pernah didapatkannya. Walaupun Spt sudah pernah mendapatkan bimbingan tersebut, tetapi bimbingan kali ini dapat
menguatkan Spt kembali dalam berinteraksi sosial. Saat itu inti dari bimbingan yang Spt dapat adalah bahwa tunadaksa tetaplah mahluk
sosial yang membutuhkan interaksi sosial dan interaksi sosial dapat menguatkan tunadaksa itu sendiri.
Walaupun mendapat bantuan dari LSM yang membimbing untuk segera kembali bersosialisasi dengan masyarakat tidak serta
merta membuat langsung kuat dalam berbagai situasi sosial. Situasi sosial di kelasnya yang seringkali menunjukan penolakan membuat Spt
tidak banyak memiliki kesempatan berinteraksi sosial. Konflik sosial
63
tersebut juga membuat Spt menjadi sulit untuk kembali aktif bersosialisasi.
Hal tersebutlahsalah
satu faktor
yang mempengaruhiSptdalam melakukan penyesuaian sosial.
b. Subjek Ok