30
Usia terjadinya
ketunadaksaan juga
berpengaruh pada
perkembangan sosial tunadaksa bukan bawaan lahir. Menurut Sutjihati Somantri 1996: 108 faktor usia merupakan hal yang
penting bagi perkembangan sosial tunadaksa bukan bawaan lahir. Tunadaksa bukan bawaan lahir yang mengalami ketunaan diusia
yang relatif muda merasa tidak begitu ditolak dibanding dengan tunadaksa pada usia yang lebih tinggi. Semakin tinggi usia saat
ketunaan itu dialami semakin besar juga perasaan ditolak itu terasa. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial tunadaksa
bukan bawaan lahir lebih banyak dipengaruhi oleh sikap orang –
orang di sekitar tunadaksa bukan bawaan lahir. Sikap orang –orang di
sekitar tunadaksa bukan bawaan lahir yang menerima, memahami kekurangan dan ketidakmampuannya dapat membuat tunadaksa
bukan bawaan lahir lebih berkembang secara sosial. Usia saat terjadinya ketunaan juga berpengaruh pada perkembangan sosial
tunadaksa bukan bawaan lahir. Ketunaan yang terjadi pada usia relatif muda lebih merasa tidak ditolak dari pada ketunaan yang
terjadi pada usia yang lebih tinggi.
c. Perkembangan Emosional Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir
Sutjihati Somantri
1996:107 mengemukakan
masalah emosional pada tunadaksa bukan bawaan lahir yang sering muncul
berhubungan dengan sikap dan perlakuan orang –orang yang
31
berinteraksi dengan tunadaksa bukan bawaan lahir. Tunadaksa bukan bawaan lahir yang mengalami penolakan, lingkungan yang tidak
menguntungkannya, kegagalan
melakukan interaksi
sosial menyebabkan tunadaksa bukan bawaan lahir sering sedih, muram
dan jarang
nampak senang.
Tin Suharmini
2007: 169
menambahkan apabila tunadaksa bukan bawaan lahir terjadi pada masa
remaja, penolakan
teman –temannya akan menimbulkan
kejengkelan, marah dan kecewa. Usia saat terjadi ketunadaksaan juga memberi pengaruh pada
perkembangan emosional tunadaksa bukan bawaan lahir. Sutjihati Somantri 1996: 107 menjabarkan individu yang mengalami
ketunaan setelah besar, mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak. Disamping itu tunadaksa bukan bawaan lahir pernah
mengalami sebagai individu dengan fisik yang utuh dan normal, sehingga keadaan ketunaannya dianggap sebagai kemunduran dan
sulit untuk diterima. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosional tunadaksa
bukan bawaan lahir banyak dipengaruhi oleh sikap dan perlakuan orang
–orang di sekitarnya yang menyebabkan muncul perasaan– perasaan emosional seperti sedih, muram, marah dan kecewa.
Tunadaksa bukan bawaan lahir yang terjadi setelah individu berkembang menganggapnya sebagai sebuah kemunduran dan sulit
untuk diterima.
32
Dari uraian tesebut dapat disimpulkan bahwa semua aspek pertumbuhan
dan perkembangan
saling berhubungan
dan memiliki
ketergantungan satu dengan yang lainnya. Aspek fisik adalah salah satu dari banyak aspek tersebut. Dengan keadaan fisik yang menjadi tunadaksa akan
berpengaruh pada perkembangan kepribadian secara keseluruhan. Dimulai dari ketunadaksaan pada fisik akan diikuti dengan tekanan emosional yang
berakibat pada kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan.
C. Kajian Tentang Remaja