Setting Penelitian Metode Analisis Data

53 perubahan yang terjadi pada Ttm. Menurut Ik ketunadaksaan yang dialami membuat Ttm sangat terpuruk. Perubahan kemampuan fisik membuat Ttm minder bertemu dengan banyak orang. Informan kunci yang ke empat adalah Fn, Fn adalah pendamping dari BRTPD yang pertama kali Ttm kenal. Selain itu Fn adalah orang yang memintanya untuk tinggal di BRTPD agar lebih mampu mengembangkan ketrampilan.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penetapan judul pada Bulan Juni tahun 2013. Memulai pengambilan data di lapangan pada Bulan April tahun 2014.Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas BRTPD yang beralamat di Piring, Srihardono, Pundong, Bantul. Pada awalnya bernama Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat dan berada di bawah Kementerian Sosial Republik Indonesia yang dibangun untuk menampung korban gempa bumi tahun 2006 yang mengalami trauma fisik. Dalam perkembangannya berganti nama menjadi Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas dan berada di bawah Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta. Cakupan pelayanan pun menjadi lebih luas tidak hanya korban trauma fisik gempa bumi tahun 2006 tetapi seluruh difabel usia 18 –45 tahun penduduk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah remaja tunadaksa bukan bawaan lahir yang tinggal dan mengikuti pendidikan ketrampilan di BRTPD. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian dilakukan sampai Bulan April tahun 2015. 54

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan peneliti sebagai pengumpul data utama. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipan,wawancara mendalam dan dokumentasi.

1. Observasi Partisipan

Menurut Lexy J. Moleong 2005: 175, alasan secara metodologis penggunaan observasi, karena observasi dapat mengoptimalkan dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Observasi memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan panutan subjek pada keadaan waktu itu; observasi memungkinkan merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula menjadi sumber data; observasi memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama. Menurut dkk 2007: 146, observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diamati. Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara partisipan, tertutup dan tidak terstruktur, yaitu peneliti ikut langsung dalam kegiatan subjek dan subjek tidak diberi tahu tentang aktifitas observasi. Observasi tidak menggunakan panduan observasi yang baku, hanya digunakan pedoman awal penelitian yang berisi poin besar yang akan diamati dan 55 berkembang dari data yang didapat. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang penyesuaian sosial remaja tunadaksa bukan bawaan lahir berdasarkan pada kegiatan kesehariannya.

2. Wawancara Mendalam

Menurut Eko Putro Widoyoko 2012: 41 metode wawancara dipergunakan sebagai metode pengumpulan data, karena mengacu pada adanya anggapan bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri dan apa yang dinyatakan subjek adalah benar dan dapat dipercaya. Menurut Kart Wahl dalam Mohammad Ali, 2011: 121 wawancara dikatakan secara mendalam, karena aspek –aspek yang diwawancarakan tidak hanya semata –mata menyangkut segi yang dapat dikenali, tetapi juga menyangkut segi –segi yang ada dibalik munculnya fenomena. Nasution S. 2001: 119 menambahkan dalam wawancara serupa ini tidak dipersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya. Wawancara tidak terstruktur adalah tanya –jawab dengan pokok bahasan tertentu yang mengalir mengikuti proses wawancara itu tanpa dipersiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu. Guna mendapatkan informasi yang sebanyak –banyaknya dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam tidak terstruktur. Wawancara dilakukan pada subjek dan pada informan kunci. Proses wawancara tidak menggunakan panduan wawancara yang baku, hanya menggunakan panduan awal penelitian dan 56 berkembang mengikuti proses pelaksanaannya dan data yang didapat. Wawancara mendalam dilakukan guna mengklarifikasi langsung dengan sumber data mengenai penyesuaian sosial yang dilakukan subjek penelitian dan ketunadaksaan yang dialaminya.

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto 2006: 231 menerangkan dokumentasi adalah metode pencarian data mengenai hal –hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, makalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Menurut Sugiyono, dkk 2007: 240 dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya –karya monumental lainnya. Dokumentasi dalam penelitian ini dengan menganalisis data tertulis tentang subjek penelitian yang berkaitan dengan riwayat ketunadaksaan dan penyesuaian sosialnya.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan peneliti sendiri sebagai instrumen utamapenelitian. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Lexy J. Moleong 2005: 168, bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Lexy J. Moleong 2005: 169 mendefinisikan ciri –ciri manusia sebagai instrumen, 57 yaitu: 1 responsif, 2 dapat menyesuaikan diri, 3 menekankan kebutuhan, 4 mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, 5 memproses data secepatnya, 6 memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan data, dan 7 memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan kata –kata yang penuh makna. Guna melengkapi peneliti sebagai instrumen utama maka disusunlah panduan awal penelitian sebagaimana pada Tabel 3 berikut. Panduan awal tersebut untuk mempermudah instrumen utama memasuki lingkungan penelitian. Selanjutnya pengambilan data tidak terpaku pada panduan awal penelitian tetapi berkembang sesuai dengan perkembangan data yang ada dengan tetap berpegang pada panduan awal penelitian. Dengan pola tersebut diharapkan akan didapat data yang riil dan lengkap. Tabel 3. Panduan Awal Penelitian No Fokus Penelitian Sumber Data 1. Proses Penyesuaian Sosial Remaja Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir Subjek dan Informan 2. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial Remaja Tunadaksa Bukan Bawaan Lahir Subjek dan Informan

3. Hal Mengenai Ketunadaksaan yang Dialami

Subjek, Informan dan Dokumentasi

F. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan suatu pemeriksaan. Metode pemeriksaan memakai keriteria derajat kepercayaan kredibilitas yang terdiri dari ketekunan observasi dan triangulasi Lexy J. Moleong, 2010: 327. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode tersebut 58 dengan tujuan agar data hasil penelitian yang diperoleh merupakan data yang sah dan mencapai tingkat kepercayaan yang diharapkan.

1. Ketekunan Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan pengamatan yang mendalam untuk menemukan ciri –ciri dan unsur–unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan penelitian agar hasil penemuan benar – benar data yang riil sesuai kondisi lapangan. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan observasi partisipan dengan ikut dalam kegiatan harian subjek.

2. Triangulasi

Sugiyono, dkk 2007: 373, menjelaskan bahwa triangulasi digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara cek, recekdan kroscek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Patton dalam Lexy J. Moleong 2010: 330, triangulasi dengan memanfaatkan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi penelitian ini dicapai dengan: 1. Membandingkan data dari subjek dengan data observasi. 2. Membandingkan data dari subjek dengan data dari informan kunci. 59

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep Miles dan Huberman 2007: 16, yaitu model interaktifinteractive model yang mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah, yaitu: 1. Reduksi Data data reduction Reduksi data dilakukan dengan memilah dan mengurangi data – data hasil penelitian sehingga terkumpul data dalam bentuk yang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. 2. Penyajian Data display data Penyajian data dilakukan dengan mengambil poin –poin poko pembahasan dan disusun dalam bentuk tabel sehingga mempermudah untuk dipahami dan memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. 3. Penarikan Kesimpulan Verifikasi Penarikan kesimpulan dilakukan dengan merangkum data pada penyajian data dengan berpatokan pada fokus penelitian sehinggadidapat kesimpulan akhir. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian mengenai penyesuaian sosial remaja tunadaksa bukan bawaan lahir dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Terpadu penyandang Disabilitas BRTPD Daerah Istimewa Yogyakarta. Pusat rehabilitasi yang beralamat di Srihardono Pundong Bantul ini saat penelitian sedang dilaksanakan menampung 78 warga binaan tunadaksa dengan rentang usia dari 18-45 tahun. Pusat rehabilitasi ini memiliki klinik untuk memeriksa kesehatan dan perkembangan warga binaan, layanan konseling psikologis, layanan terapi, asrama warga binaan yang mampu menampung sampai 225 orang, aula serbaguna, ruang makan, masjid, dan beberapa ruang kelas keterampilan. Warga binaan sosial mendapat pelatihan ketrampilan Hari Senin sampai dengan Hari Sabtu. Ketrampilandisesuaikan dengan minat dan kemampuan, diantaranya ketrampilan kulit, ketrampilan menjahit, ketrampilan desain grafis, ketrampilan elektro, ketrampilan pijat untuk tunanetra, ketrampilan komputer, dan ketrampilan perak.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

a. Subjek Spt

Spt adalah seorang wanita berusia 19 tahun dan mengalami tunadaksa bukan bawaan lahir karena trauma fisik dan syaraf. Secara