Indikator Tekstur Pembahasan Perbedaan Kualitas Inderawi Waffle Hasil Eksperimen

tidak empuk dan sampel 30 dengan rerata 1,25 ± 0,44 masuk dalam kriteria sangat tidak empuk. Pada sampel 10 mempunyai rerata paling tinggi dikarenakan prosentase penggunaan tepung sorghum yang sedikit. Tepung sorghum dengan prosentase yang sedikit mengurangi kandungan serat pada tepung sorghum, sehingga menghasilkan waffle dengan tekstur yang lebih empuk dibandingkan dengan sampel lainnya. Kandungan serat yang tinggi sekitar 1,2 – 3,01 pada sorghum akan mempengaruhi tekstur produk olahan Suarni, 1999. sedangkan sampel 30 mempunyai rerata terendah sehingga menjelaskan ada penurunan kualitas inderawi indikator tekstur dimana semakin tinggi penggunaan sorghum yang digunakan maka tektur yang dihasilkan semakin tidak normal. Sorghum mengandung serat dengan jumlah tinggi sekitar 1,2 – 3,01 Suarni, 2005. Menurut Suarni 1999 Kandungan serat kasar yang tinggi akan mempengaruhi tekstur produk olahan yang dihasilkan, semakin tinggi kadar serat kasar pada tepung maka tekstur yang dihasilkan makin keras dan kasar. Dari analisis kualitas terbaik pada indikator tekstur, diketahui bahwa jumlah yang tepat untuk menghasilkan tekstur untuk waffle tepung sorghum yaitu dengan optimum 10.

4. Indikator Aroma

Menurut Bambang kartika 1988 bahwa aroma yaitu bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aroma. Berdasarkan hasil analisa menggunakan statistik anava klasifikasi tunggal menunjukkan bahwa pada eksperimen waffle dengan penggantian sebagian tepung terigu dengan tepung sorghum tidak ada perbedaan pada indikator aroma. Indikator aroma terbaik pada waffle hasil eksperimen yaitu pada sampel 20 dengan rerata 3,75 ± 0,44 masuk dalam kriteria harum khas waffle, kedua yaitu sampel 10 dengan rerata 3,70 ± 0,47 termasuk dalam kriteria harum khas waffle, ketiga yaitu sampel 30 dengan rerata 3,65 ± 0,49 masuk dalam kriteria harum khas waffle. Pada sampel 20 mempunyai rerata paling tinggi dikarenakan penggunaan tepung sorghum yang sedikit sehingga menghasilkan aroma yang khas waffle, sedangkan sampel 30 mempunyai rerata terendah sehingga menjelaskan ada penurunan kualitas inderawi pada indikator aroma dimana semakin tinggi penggunaan sorghum yang digunakan maka aroma yang dihasilkan semakin tidak normal. Penggantian sebagian tepung sorghum tidak berpengaruh terhadap aroma waffle dikarenakan karakteristik tepung sorghum yang tidak jauh berbeda dengan tepung terigu yang tidak mempunyai aroma yang khas Firmansyah, 2013, selain itu prosentase penggantian sebagian tepung terigu dengan tepung sorghum terlalu kecil sehingga aroma sorghum tidak terlalu nyata. Dari analisis kualitas terbaik pada indikator aroma, diketahui bahwa jumlah yang tepat untuk menghasilkan aroma untuk waffle tepung sorghum yaitu dengan optimum 20.

5. Indikator Rasa

Rasa merupakan rangsangan elektrik yang sangat komplek yang diteruskan dari sel perasa yang kemudian diterima oleh otak Bambang Kartika, 1988.Berdasarkan hasil analisa menggunakan statistik anova klasifikasi tunggal menunjukkan bahwa pada eksperimen waffle dengan penggantian sebagian tepung terigu dengan tepung sorghum terdapat perbedaan pada indikator rasa. Indikator rasa terbaik yaitu pada sampel 10, kedua yaitu sampel 20, dan ketiga yaitu sampel 30. Rerata skor kualitas inderawi menunjukkan waffle sampel 10 dengan rerata 3,60 ± 0,50 masuk dalam kriteria ideal, sampel 20 dengan rerata 2,90 ± 0,79 masuk dalam kriteria cukup ideal dan sampel 30 dengan rerata 1,65 ± 0,59 masuk dalam kriteria sangat tidak ideal. Pada sampel 10 mempunyai rerata paling tinggi dikarenakan menghasilkan rasa yang tidak terlalu pahit karena penggunaan tepung sorghum dengan prosentase yang sedikit dan sampel 30 mempunyai rerata terendah sehingga menjelaskan ada penurunan kualitas inderawi indikator rasa