Pertimbangan Memilih Tepung Sorghum dalam Pembuatan Waffle

2.3 Kerangka Berfikir

Pada umumnya salah satu jenis bahan baku utama dalam pembuatan berbagai jenis makanan di Indonesia adalah tepung terigu. Salah satu kudapan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu adalah waffle. Konsumsi tepung terigu yang terus meningkat dapat mengakibatkan melemahnya ketahan pangan nasional, karena saat ini gandum sebagai bahan dasar tepung terigu belum banyak dikembangkan di Indonesia, saat ini sebagian besar pasokan tepung terigu di import dari luar negeri. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan tepung terigu adalah dengan cara diversifikasi pangan, dengan memanfaatkan bahan pangan alternatife, berupa bahan pangan lokal yang sudah dapat dibudidayakan di Indonesia, salah satunya adalah sorghum. Tanaman sorghum memiliki adaptasi yang cukup baik pada iklim tropis seperti Indonesia. Namun biji sorghum bila disimpan terlalu lama akan mengakibatkan biji sorghum menjadi keropos. Salah satu upaya untuk memperpanjang umur simpan sorghum, salah satunya adalah dengan diolah menjadi tepung dan dibuat beranekaragam makanan. Sorghum mengandung protein hampir setara dengan tepung terigu dan diharapkan dapat menggantikan fungsi dari tepung terigu sehingga dapat dijadikan bahan alternatif pengganti sebagian tepung terigu, terutama dalam pembuatan waffle. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian pembuatan waffle dengan tepung sorghum dengan prosentase yang berbeda. Dengan prosentase yang berbeda akan menimbulkan seberapa besar pengaruh hasil kualitas dari waffle eksperimen. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian pembuatan waffle dengan perbandingan 10 tepung sorghum dan 90 tepung terigu, 20 tepung sorghum dan 80 tepung terigu, 30 tepung sorghum dan 70 tepung terigu untuk mendapatkan kualitas waffle terbaik. Dengan perbandingan tersebut dimungkinkan dapat menghasilkan waffle dengan kualitas baik dengan menggunakan uji subjektif dan uji objektif. Uji subjektif dilihat pada kualitas inderawi dari indikator warna, aroma, tekstur dan rasa, serta uji organoleptik atau tingkat kesukaan masyarakat. Uji objektif dilakukan dengan uji kimia protein dan kalsium pada waffle hasil eksperimen. kemudian hasil pengujian tersebut di analisis. Kerangka berpikir disajikan dalam skema sebagai berikut: