94
petani yang tetap mempertahankan pengalamannya sendiri selama bertani dan tidak mau mencoba dari pengalaman petani lainnya.
4.1.3 Sumber Pengetahuan dari Petugas Penyuluh Lapangan PPL
Petugas Penyuluh Lapangan mulai datang ke Kampung Susuk semenjak tahun 1975. Petugas PPL merupakan petugas dari Dinas Pertanian Tingkat II Kota
Medan. Jumlah petugas PPL yang biasanya datang hanya satu orang di setiap kelurahan. Petugas PPL turun ke lapangan untuk memberikan penyuluhan kepada
petani satu kali dalam sebulan selama satu masa tanam. Sejak PPL datang ke Kampung Susuk, PPL menganjurkan agar dibentuk
sebuah Kontak Tani. Akhirnya, pada tahun 1975 petani membentuk sebuah Kelompok Tani Kontak Tani di Kampung Susuk yang diberi nama Kelompok
Tani Harapan yang diketuai Bapak M.Purba. Ketua kelompok Tani bekerja sama dengan PPL. Setiap anggota Kelompok Tani yang memiliki masalah mengenai
tanaman padinya akan melapor kepada Ketua Kelompok Tani. Pada akhirnya, Ketua Kelompok Tani yang akan melaporkan hal tersebut kepada PPL.
Tugas PPL adalah mengontrol laporan setiap anggota Kelompok Tani dan memberikan penyuluhan tentang pertanian padi. Setelah mendapat laporan dari
Ketua Kelompok Tani, maka PPL akan segera turun ke lapangan untuk meninjau tanaman padi milik petani yang terkena masalah. PPL akan mencek atau
memeriksa penyebab masalah tersebut. Masalah utama yang biasanya sering dihadapi petani yaitu gangguan tanaman padi karena serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, pihak PPL akan mencek atau memeriksa apakah tanaman tersebut dirserang penyakit atau hama. Biasanya, pihak PPL akan membawa beberapa
95
tanaman padi yang mengalami kerusakan ke laboratorium. PPL akan mencek tanaman yang rusak tersebut apakah rusak akibat serangan hama atau terkena
penyakit karena cendawan jamur. Setelah PPL benar-benar mengetahui akibat kerusakan padi tersebut, PPL akan memberitahukannya kepada Ketua Kelompok
Tani dan memberitahukan obat yang akan digunakan petani untuk mengendalikannya. Selanjutnya, Ketua Kelompok Tani yang akan
memberitahukan kepada para petani. Tugas kedua PPL yaitu memberikan penyuluhan langsung kepada para
anggota Kelompok Tani. PPL memberikan surat kepada Ketua Kelompok Tani untuk mengumpulkan anggota Kelompok Tani untuk mengadakan pertemuan
pada hari yang telah ditetapkan. Materi yang diberikan PPL dalam pertemuan tersebut yaitu pola tanam serempak yang biasa disebut PPL dengan istilah Satu
Ketentuan Pola Tanam Tertib Tanam. PPL menganjurkan agar semua petani melakukan pembibitan dan penanaman secara serentak. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi serangan hama dan penyakit. Jikalaupun tanaman padi petani terkena serangan hama dan penyakit, maka hal tersebut dapat ditanggulangi
dengan cara melakukan penyemprotan secara serentak. Penanggulangan hama secara serentak dilakukan oleh Regu Pemberantas Hama RPH yang telah
ditetapkan. Materi lain yang diberikan PPL yaitu mengenai pemupukan yang
seimbang. PPL selalu menganjurkan para petani untuk melakukan pemupukan sebanyak tiga kali selama masa tanam dengan waktu-waktu yang telah ditentukan.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari tanaman padi mengalami kelaparan karena kekurangan atau kesalahan penggunaan pupuk. Selain itu, pihak PPL juga
96
memberitahukan kepada petani jenis-jenis pupuk yang baik untuk digunakan dan cara-cara penggunaan serta jumlah takaran yang tepat.
Petugas PPL juga selalu memberikan jenis bibit keluaran terbaru kepada petani Kampung Susuk. Jenis bibit yang ditawarkan berasal dari Dinas Pertanian.
Bibit yang diberikan merupakan bibit yang dianggap lebih baik kualitasnya dari bibit yang ditanam petani sebelumnya dan lebih tahan terhadap serangan hama
dan penyakit. Oleh karena itu, petani Kampung Susuk telah menanam bermacam- macam jenis bibit padi. Semua jenis bibit tersebut merupakan anjuran Dinas
Pertanian melalui petugas PPL. Hampir seluruh petani Kampung Susuk mengikuti anjuran dan saran PPL,
terkhusus dalam penggunaan bibit yang tahan terhadap serangan hama dan jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas hama. Hal tersebut karena Ketua
Kelompok Tani yang selalu mengkoordinir anggotanya. Tetapi, dalam hal pemupukan petani kurang melaksanakan seperti apa yang dianjurkan oleh pihak
PPL. PPL selalu menganjurkan agar petani melakukan pemupukan sebanyak tiga kali selama satu masa tanam tetapi rata-rata petani hanya melakukan pemupukan
sebanyak dua kali. Alasan petani adalah karena mereka sudah terbiasa dengan cara seperti itu. Sulit bagi petani untuk mengubah kebiasaan mereka. Hal tersebut
juga didasari karena panen yang dihasilkan juga tidak terlalu buruk dengan pemupukan yang dilakukan hanya dua kali. Selain itu, pemupukan dua kali yanag
dilakukan petani juga disebabkan karena faktor kondisi keuangan petani Kampung Susuk.
97
Namun, tidak sedikit petani yang kurang peduli dengan pengarahan PPL. Petani tersebut beranggapan bahwa mereka lebih mengerti kondisi tanaman
mereka karena mereka sudah lama bertani. Seorang informan mengatakan :
“Ah, tidak mungkin petugas PPL yang lebih tahu tentang tanaman kami ini. Mereka hanya berkata-kata saja, hanya teori yang mereka
katakan. Kadang apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan kondisi tanaman kami. Kami yang lebih tau tentang semuanya, kami
yang lebih mengenal tanaman kami karena kami sudah bertahun- tahun menanam padi. Kami yang lebih berpengalaman dari PPL “
Beberapa petani yang selalu hanya mengandalkan pengalamannya sendiri selama bertani dalam menghadapi permasalahan tanaman padi yang dihadapinya.
4.1.4 Sumber Pengetahuan dari Penjual Pupuk dan Pestisida