Organisasi di bidang pertanian Hama Galang

50

d. Organisasi di bidang pertanian

Organisasi pertanianKelompok Tani pertama kali dibentuk pada tahun 1975. Organisasi ini didirikan oleh walikota di bawah Dinas Pertanian Tingkat I dan II. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa kelompok tani nelayan, kelompok tani unggas, kelompok tani hewan dan kelompok tani pangan. Pada tahun 1976 juga dibentuk koperasi masyarakat dengan nama “Loh Ji Nawi”. Namun tidak berfungsi dengan baik karena saham dari anggota tidak berjalan, kurangnya keterlibatan anggota yang dilihat dari kurangnya partisipasi dalam rapat-rapat yang diadakan oleh pengurus koperasi. Kegiatan dari koperasi ini meliputi penerapan tanggal pembibitan dan penanaman secara serentak. Petani di Kampung Susuk memiliki suatu perkumpulan yaitu Kelompok Tani Harapan yang diketuai oleh Bapak Purba hingga tahun 1997. Kemudian kelompok tani ini berganti nama menjadi Kelompok Tani Mulia dan diketuai oleh Ibu Sabarmin Bangun. Namun pada saat ini kelompok tani ini kurang berjalan dengan baik. Ketua kelompok tani selalu aktif mendata setiap perubahan luas lahan, jenis tanaman pada petani dan setiap kebutuhan akan pupuk yang nantinya akan dibuat dalam Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK. Praktek Penyuluh Lapangan PPL bersama dengan Ketua Kelompok Tani bekerjasama dan sejalan untuk membantu petani untuk memberikan penyuluhan- penyuluhan pertanian kepada masyarakat Kampung Susuk. Adapun kegiatan PPL adalah meninjau kegiatan bertani secara langsung ke persawahan dan membicarakan tentang gangguan dan serangan hama serta gangguan-gangguan pertanian lainnya. Setelah itu, PPL akan memberikan penyuluhan untuk 51 membantu masyarakat dalam mengatasi gangguan-gangguan tersebut. Namun, kegiatan PPL saat ini tidak semaksimal dahulu karena kegiatan penyuluhan dan peninjauan secara langsung ke lapangan tidak lagi dilakukan. 52 B A B III PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI 3.1 Pengetahuan Petani tentang Hama 3.1.1 Konsep Petani tentang Hama Masing-masing petani Kampung Susuk memiliki konsep yang berbeda tentang hama. Konsep yang berbeda tersebut disebabkan karena pengetahuan dan pengalaman yang dialami petani selama bertani berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Beberapa petani Kampung Susuk mengartikan bahwa hama merupakan semua binatang pengganggu yang dapat merusak tanaman padi yang penyebabnya dapat dilihat secara kasat mata. Petani Kampung Susuk memberi sebutan binatang untuk segala jenis hewan, baik yang berukuran kecil maupun berukuran besar. Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh binatang pengganggu hama tersebut dapat terjadi pada bagian daun, batang, akar dan bulir padi. Petani juga mengartikan hama sebagai binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman padi. Hal tersebut sesuai dengan beberapa pendapat yang diungkapkan oleh informan. Bapak M. Purba 60 tahun mengatakan: “Hama emekep kerina binatang simengganggu ras ncedai sinuan page kami sibanci inin mata bagepe sibanci erban pinakit. Si termasuk hama emekap nipe-nipe, wereng, kacinano, singke, belalang, menci, burung.” Artinya : Hama yaitu semua binatang yang mengganggu dan merusak tanaman padi kami yang dapat dilihat oleh mata dan dapat 53 menyebabkan penyakit. Yang termasuk hama yaitu : ulat, wereng, walang sangit, orong-orong, belalang, tikus dan burung. Nande Melda Br Karo 50 tahun juga mengatakan : “Andiko.....nggas-nggas i hama. Hama banci ncedaken page kami.......” Artinya : Wah...hama itu jahat. Serangan hama terhadap padi kami bisa mengakibatkan kerusakan. Nande Anto Br Tarigan 61 tahun mengatakan : Hama emekap kerina binatang ncedaken ras singkurangi hasil sinuan-sinuan. Si termasuk hama emekap nipe-nipe, kacinano, wereng, singke, keong mas, menci, belalang. Perik pe ikataken hama perban ipanna page si banci ngurangi hasil page. Hama yaitu semua binatang yang merusak dan mengurangi hasil tanam-tanaman. Yang termasuk hama yaitu ulat, walang sangit, wereng, orong-orong, keong mas, belalang. Burung pun dikatakan hama karena burung memakan padi yang dapat mengurangi hasil padi. Beberapa pendapat petani tersebut menunjukkan bahwa semua binatang yang dapat merusak dan mengurangi hasil tanaman padi serta yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman padi disebut dengan hama. Hama yang dimaksud petani yaitu semua binatang pengganggu tanaman padi yaitu binatang yang ukuran tubuhnya kecil sampai ukuran besar. Beberapa petani mengatakan bahwa yang termasuk hama adalah binatang- binatang kecil binatang sikitik-kitik yang menempel pada tanaman padi dan binatang-binatang kecil yang berterbangan di sekitar tanaman padi. Jenis binatang yang termasuk kategori hama menurut petani tersebut yaitu berbagai 54 jenis ulat nipe-nipe dan serangga. Binatang-binatang lain yang mengganggu tanaman padi seperti keong mas, tikus dan burung tidak dikatakan sebagai hama tetapi petani menyebutnya dengan istilah binatang pengganggu tanaman padi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam beberapa pikiran petani terdapat perbedaan antara hama dan binatang pengganggu. Petani mengklasifikasikan nipe-nipe dan serangga menjadi hama karena menurut petani nipe-nipe dan serangga menempel dan melekat pada tanaman padi. Hama tersebut juga mengganggu dan merusak tanaman padi selama masa pertumbuhan. Selain itu, petani juga mengklasifikasikan binatang tersebut sebagai hama karena binatang tersebut tidak dapat diusir begitu saja tetapi harus dibasmi dengan menggunakan pestisida obat atau petani Kampung Susuk menyebutnya dengan istilah diracuni. Keong mas, tikus dan burung tidak diklasifikasikan petani sebagai hama tetapi sebagai binatang pengganggu. Hal tersebut karena menurut petani binatang pengganggu tidak akan mengganggu dan merusak tanaman padi milik petani jika petani rajin menjaga dan mengontrol tanaman padi. Artinya, pembasmian binatang pengganggu tersebut tidak harus menggunakan pestisida tetapi tergantung bagaimana petani memelihara tanaman padinya. Salah seorang informan yaitu Nande Perangin-angin 60 tahun mengatakan : “Hama eme kap ….binatang sikitik-kitik eme kap nipe-nipe bas page ras ncedai sinuan page, adi bagi keong mas, menci ras perik labo termasuk hama tapi binatang ncedai page.” Artinya : Hama itu ya…. binatang-binatang kecil seperti ulat-ulat yang menempel pada padi dan merusak tanaman padi sedangkan hewan- 55 hewan yang memakan padi seperti keong mas, tikus dan burung bukan merupakan hama tetapi hewan yang mengganggu. Bapak Samion Tarigan 32 tahun mengatakan : Hama emekap binatang si keri banna page kerina adi la i racuni. Perik ras menci la ikataken hama perban perik la banci i racuni, sedangken hama si banci i racuni emekap nipe-nipe, kacinano, singke, belalang, keong mas, menci. Hama yaitu binatang yang membuat padi habis jika tidak diracuni. Burung dan tikus tidak dikatakan hama karena burung dan tikus tidak dapat diracuni sedangkan hama dapat diracuni yaitu ulat, walang sangit, orong-orong, belalang, keong mas dan tikus. Beberapa petani juga mengatakan bahwa semua binatang yang mengganggu tanaman padi dikatakan hama kecuali burung perik. Perik tidak dikategorikan petani sebagai hama karena perik hanya memakan bulir padi yang telah menguning dan perik tidak dapat diracuni. Bapak Calvin Bangun 62 tahun mengatakan: Hama enda binatang ncedaken page arah awal pertumbuhan mgasa galang ras menempel ku page. Hama ergerak janah banci i pernen, la bagi jamur ia memang ngganggu page tapi la banci i pernen e maka jamur enda labo ikataken hama. Si termasuk hama emekap nipe-nipe, wereng, kacinano, singke, menci, keong mas, belalang. Adi burung la ikataken hama sebab labo ia menempel ku page arah awal pertumbuhen. Ia pendatang, nge kenca man-lawes. Hama yaitu binatang yang merusak tanaman padi sejak awal pertumbuhan sampai besar tua dan menempel pada tanaman padi. Hama dapat bergerak dan dapat dilihat mata, tidak seperti jamur yang memang mengganggu tanaman padi tetapi tetapi tidak dapat dilihat mata. Itulah sebabnya jamur tidak dikatakan hama. Yang termasuk hama yaitu ulat, wereng, walang sangit, orong-orong, tikus, keong 56 mas dan belalang. Kalau burung tidak dikatakan hama karena burung tidak menempel pada tanaman padi dari awal pertumbuhan. Burung hanyalah pendatang, setelah makan-pergi. Nande Vina Br Bangun 62 tahun mengatakan : Hama emekap binatang si ncedaken page. Si termasuk hama emekap wereng, nipe-nipe, menci, kacinano, keong mas, singke,, belalang. Perik la ikataken hama, sebab perik labo ncedai pertumbuhen page, man panganen na saja nge ibuat na janahpe si panna emekap page si nggo metua banci ikataken si nggo gersing nge si ipanna. Artinya : hama yaitu binatang yang merusak padi. Yang termasuk hama yaitu wereng, ulat, tikus, walang sangit dan keong mas. Burung tidak dikatakan hama karena burung tidak merusak pertumbuhan padi. Burung mengambil padi hanya untuk makanannya saja yaitu padi yang sudah menguning tua.

3.1.2 Sumber datangnya Hama

Petani Kampung Susuk mengungkapkan bahwa berbagai jenis hama yang menyerang tanaman padi mereka berasal dari dua sumber yaitu hama yang berasal dan berada di areal sawah dan hama yang berasal dari luar areal sawah. Jenis hama yang berada di areal sawah yaitu nipe-nipe ulat, hama putih, walang sangit, wereng, orong-orong, keong mas tikus dan belalang. Jenis hama tersebut dikatakan petani sebagai hama yang berada di areal sawah karena hama-hama tersebut berada dan mengalami perkembangbiakan di sekitar tanaman padi yang berada di dalam petak sawah yang dimiliki petani. Benteng-benteng galangan sawah tempat berkembang biak tikus juga termasuk dalam areal sawah. 57 Jenis hama yang berada di luar areal sawah yaitu perik burung. Perik tidak mengalami perkembangbiakan di dalam petak sawah. Burung datang ke sawah milik petani hanya untuk memakan bulir padi yang telah menguning dan pergi dari sawah setelah burung memakan bulir padi ataupun setelah sore hari. Petani mengatakan bahwa perik hanyalah ‘pendatang’. Seorang informan yaitu Nande Anto Br Tarigan 61 tahun mengatakan: “Mbue hama siganggu sinuan page kami. Sibuena lit bas deher sabah kami, lit ka nge deba la ibas deher sabah kami, eme perik.” Artinya : Hama pengganggu tanaman padi kami banyak. Kebanyakan hewan-hewan pangganggu padi tersebut berada di sekitar tanaman padi sawah, namun ada juga hama yang tidak berada di sekitar sawah kami, seperti burung. Nande Melda Br Perangin-angin 55 tahun juga mengatakan : Kerina binatang si ncedai page kami lit bas deher sabah kecuali perik, la ibas sabah. Ia ikataken pendatang, man-lawes, man-lawes. Semua binatang pengganggu tanaman padi kami berada di sekitar sawah kecuali burung. Burung dikatakan sebagai pendatang, makan- pergi, makan-pergi.

3.1.3 Gejala-gejala Padi Terserang Hama

Hama yang berada di sekitar sawah umumnya menyebabkan kerusakan pada tanaman padi. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat terjadi pada setiap proses tahap-tahap pertumbuhan tanaman padi. Tahap-tahap proses pertumbuhan tanaman padi di Kampung Susuk terdiri dari tahap penyemaian, tahap neldek menanam, tahap ngeroro merumput, tahap beltek padi bunting, tahap teger 58 usia padi 95 hari tahap tungkuk usia padi lebih dari 100 hari. 15 Hama menyerang tanaman padi sejak masa penyemaian hingga padi menguning. Salah seorang informan yaitu Nande Berlin Br Perangin-angin 60 tahun mengatakan : “Hama e ngeri kel… tang-tang na nuan pe hama enggo nceda i page ku, nca page nggo metua hama lalap ncedai” Artinya : Hama ini memang ngeri…… dari awal menanam pun hama sudah mengganggu padi saya, bahkan setelah padi menguning pun hama masih saja ada. Hama jarang menyerang tanaman padi pada tahap penyemaian. Pada tahap tersebut, biasanya hanya hama ulat-ulat kecil yang sedikit merusak semai padi. Gejala kerusakan yang terjadi yaitu daun semai padi berbintik-bintik atau berlubang-lubang kecil akibat serangan berbagai jenis ulat tersebut. Akan tetapi, menurut petani kerusakan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi. Petani Kampung Susuk belum pernah mengalami kerusakan semai padi yang menyebabkan petani gagal melakukan penanaman. Pada tahap penanaman, hama yang sering menyerang yaitu hama keong mas. Hal tersebut dapat dilihat ketika semai padi yang baru ditanam habis dimakan keong mas baik pada bagian batang maupun daun. Jika petani melihat bahwa semai padi yang baru ditanam telah habis batang dan daunnya, maka petani dapat menyimpulkan bahwa hama keong mas telah menyerang. Pada tahap ngeroro usia tanaman padi sekitar dua minggu, tanaman padi sering diserang oleh berbagai jenis hama nipe-nipe ulat. Hal tersebut dapat 15 Menurut Saranga 1997 tahap-tahap pertumbuhan padi life cycle padi terdiri dari tahap 0 : berkecambah sampai muncul kepermukaan, tahap 1 : pertunasan, tahap 2 : anakan, tahap 3 : pemanjangan batang, tahap 4 : pembentukan malai sampai bunting, tahap 5 : keluar malai, tahap 6 : pembungaan, tahap 7 : gabah matang susu, tahap 8 : gabah setengah matang, tahap 9 : gabah matang penuh. 59 diketahui ketika daun-daun padi mulai menggulung dan berbintik-bintik atau berlubang-lubang. Hal tersebut terjadi karena hama ulat biasanya menggulung daun-daun padi dan memakannya. Umumnya petani dapat menyimpulkan bahwa gejala tersebut disebabkan oleh hama ulat. Tahap beltek bunting terbagi menjadi dua yaitu beltek laki dan beltek beru. Pada tahap beltek laki daun masih akan muncul sebelum malai pada akhirnya timbul ke permukaan. Hal tersebut dapat terlihat dengan membelahnya batang padi. Saat malai terus berkembang, bulir padi mulai terlihat. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung. Penggembungan daun bendera disebut bunting. Bunting terjadi pertama kali beltek laki pada ruas batang. Pada tahap beltek laki ujung daun layu menjadi tua dan mati dan anakan baru tidak akan tumbuh lagi. Gejala serangan hama pada tahap beltek laki dapat terlihat ketika batang padi kelihatan kering dan pada akhirnya membusuk dan daun padi berwarna bintik-bintik putih akibat serangan hama putih. Tahap beltek beru yaitu tahap dimana keluarnya malai yang ditandai dengan munculnya ujung malai dari pelepah daun bendera. Pada tahap tersebut malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun. Pada tahap tersebut, gejala serangan hama juga sama seperti beltek laki yaitu dapat dilihat dari membusuknya batang padi dan daun padi berwarna bintik-bintik putih akibat serangan hama putih. Pada tahap padi teger, gabah mulai berisi cairan serupa susu. Gabah yang mulai terisi dengan larutan putih susu tersebut dapat dikeluarkan dengan menekan atau menjepit gabah di antara dua jari. Tanaman padi berwarna hijau dan mulai 60 merunduk. Gejala serangan hama dapat dilihat ketika susu padi habis karena dihisap oleh hama walang sangit dan hisapan tersebut mengakibatkan gabah menjadi kopong atau petani Kampung Susuk menyebutnya dengan istilah padi lapung. Pada tahap tungkuk, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Tanaman padi mulai kelihatan menguning. Seiring menguningnya tanaman padi, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering. Setiap gabah mulai matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagian atas mengering dengan cepat. Pada tahap tungkuk, serangan hama terlihat dengan berkurangnya jumlah gabah pada setiap tanaman padi karena dimakan hama burung. Selain itu, daun-daun tanaman padi berpatahan karena serangan hama tikus.

3.1.4 Klasifikasi Hama

Hama yang menyerang tanaman padi milik petani di Kampung Susuk beraneka ragam. Petani Kampung Susuk membuat klasifikasi sendiri tentang hama yang menyerang tanaman padi mereka. Klasifikasi tersebut berdasarkan berbagai kriteria yaitu : berdasarkan periode waktu, berdasarkan ukuran tubuh hama, berdasarkan bagian padi yang diserang, berdasarkan musim, berdasarkan tingkat keparahan serangan hama dan berdasarkan kesulitan memberantas hama. 61

3.1.4.1 Klasifikasi Hama berdasarkan Periode Waktu dalam Tingkat Serangan

Pengklasifikasian hama berdasarkan periode waktu didasarkan pada masawaktu parahnya penyerangan hama di Kampung Susuk. Berdasarkan hal tersebut, petani Kampung Susuk membedakan adanya hama sindube hama dulu dan hama sigundari hama sekarang. Hama sindube adalah hama yang sangat ganas menyerang tanaman padi milik petani sekitar 20 tahun yang lalu atau kira- kira tahun 1980-an. Hama tersebut adalah wereng. Petani menyebut wereng sebagai hama sindube karena pada waktu tersebut hama wereng merupakan hama yang paling parah menyerang tanaman padi milik petani. Hama wereng juga pernah menyebabkan hampir seluruh tanaman padi milik petani Kampung Susuk hampir mengalami fuso gagal panen dimana hasil panen yang diperoleh di bawah 50 yaitu sekitar tahun 1990 an. Pada saat tersebut serangan hama wereng seperti kerumunan lalat yang menyerang dan menghinggapi tanaman padi. Umumnya hama wereng menyerang tanaman padi ketika masih berusia 1– 2 bulan ketika padi sedang matang susubunting. Hama wereng menyerang dan merusak tanaman padi dengan cara melengketkan diri pada batang padi dan menghisap batang tersebut. Petani mengibaratkan hal tersebut seperti nyamuk yang menghisap darah manusia. Hal tersebut menyebabkan batang padi menjadi busuk dan kering seperti gosong pokok padi berwarna kehitam-hitaman sehingga akhirnya perkembangan padi terhambat dan batang padi menjadi tidak kuat. 62 Hama wereng yang menyerang tanaman padi milik petani di Kampung Susuk terdiri dari 3 tiga jenis. Ketiga jenis hama wereng tersebut diklasifikasikan berdasarkan warna yaitu wereng cokelat Nilaparvata lugens stal, wereng hijau Nephotettix spp dan wereng putih Sogatella furcifera Horvath. Ciri-ciri ketiga macam jenis wereng tersebut hampir sama yaitu berukuran kecil kira-kira 3-5 cm dan berbentuk lonjong dan hampir mirip seperti belalang, yang membedakan hanyalah warna. Wereng cokelat merupakan jenis wereng yang paling ganas menyerang tanaman padi dibandingkan dengan jenis wereng lainnya. Petani Kampung Susuk mengatakan demikian karena menurut mereka penyerangan wereng cokelat bisa menyebabkan fuso jika petani kurang mengontrol kehadiran wereng di sawah mereka. Serangan wereng hijau dan putih tidak terlalu ganas karena penyerangannya tidak terlalu menyebabkan kerusakan yang fatal parah dan belum pernah menyebabkan petani mengalami fuso. Gambar 1.1 :wereng coklat Gambar 1.2 : wereng putih Gambar 1.3 : wereng hijau Sumber gambar : didownload dari internet Hama wereng sampai saat ini masih ada di Kampung Susuk. Akan tetapi, serangan hama wereng kini tidak terlalu menjadi masalah bagi petani karena jumlahnya sudah sangat sedikit dan jikalaupun menyerang hanya menyebabkan 63 kerusakan kecil terhadap padi milik petani. Menurut petani, berkurangnya jumlah hama wereng saat ini disebabkan karena jenis padi yang ditanam petani sekarang adalah jenis padi yang kebal tahan terhadap serangan hama wereng. Jenis padi yang ditanam petani sekitar 20 tahun yang lalu adalah padi IR 46, IR 64 yang sangat rentan terhadap serangan hama wereng. Selain itu, petani Kampung Susuk juga telah mengetahui obat dan cara yang digunakan untuk membasmi hama wereng. Hama sigundari hama sekarang adalah hama yang mulai menyerang tanaman padi milik petani sejak tahun 1995-an hingga sekarang. Jenis hama sigundari adalah keong mas Pomacea canaliculata. Petani mengatakan keong mas sebagai hama sigundari karena semenjak tahun 1995-an hingga saat ini keong mas merupakan jenis hama yang paling mengganggu dan merugikan petani. Sebelum tahun 1995, petani Kampung Susuk belum menyebut keong mas sebagai hama. Hal tersebut disebabkan karena pada saat itu jumlah keong mas yang ada di sekitar sawah milik petani masih sangat sedikit. Namun, semenjak tahun 1995 keong mas mulai mengalami perkembangbiakan yang sangat cepat dan jumlah nya semakin banyak di Kampung Susuk. Jumlah keong mas yang banyak tersebut ternyata merusak tanaman padi milik petani bahkan menyebabkan kerugian bagi petani karena memakan tanaman padi yang masih muda. Hal tersebut merupakan awal dari petani mengatakan keong mas sebagai hama di Kampung Susuk. Keong mas biasanya menyerang bibit padi yang baru ditanam hingga padi berusia 30 hari. Keong mas menyerang dengan cara memakan seluruh bagian 64 tanaman padi hingga habis baik batang maupun daun. Tanaman padi yang dimakan keong mas tersebut tidak akan bisa tumbuh kembali. Oleh karena itu, serangan hama keong mas sangat merugikan petani karena sering sekali padi yang dimakan keong mas tidak dalam jumlah yang tidak sedikit. Tanaman padi yang masih muda sangat membutuhkan air untuk pertumbuhan yang baik. Oleh karena itu, petani sangat berharap agar hujan turun pada saat tanaman padi masih berusia muda. Hal tersebut juga membuat petani menjadi dilema karena hama keong mas juga mengalami perkembangbiakan yang sangat cepat ketika musim hujan. Perkembangan hama keong mas di sekitar sawah ditandai dengan terlihatnya banyak telur keong mas yang menempel pada batang tanaman padi yang baru ditanam. Box 1 : Sejarah Munculnya Keong Mas menjadi Hama di Kampung Susuk Menurut pengakuan petani, keong mas mulai berkembang di sawah petani Kampung Susuk sekitar 15 tahun yang lalu ketika ada pihak yang ingin mengembangbiakkan keong mas untuk dijual dan dikonsumsi di sekitar wilayah Medan. Jumlah keong mas mengalami perkembangbiakan yang sangat cepat karena mengalami jumlah permintaan yang tinggi dari masyarakat. Menurut masyarakat, keong mas merupakan makanan yang sangat lezat untuk dikonsumsi dan mengandung protein yang tinggi. Namun, ternyata keong mas ini mengalami perkembangbiakan yang sangat cepat dan lambat laun masyarakat mulai merasa bosan. Akhirnya, keong mas mulai tidak laku di pasaran sedangkan jumlah keong mas terus bertambah dan berkembang. Karena jumlah keong mas tidak terkontrol lagi, maka para pengembang biak keong mas membuang keong mas ke parit-parit yang ada dan akhirnya menyebar ke areal persawahan Kampung Susuk. Sejak saat itulah keong mas menjadi hama yang sangat merugikan petani Kampung Susuk karena ternyata keong mas tersebut memakan habis tanaman padi yang baru ditanam petani terutama disaat musim hujan. 65 Telur keong mas tersebut umumnya berbentuk bulat-bulat kecil yang menyatu dalam suatu tumpukan dan berwarna merah muda. Satu ekor keong mas bisa menghasilkan satu tumpuk telur dalam jumlah yang banyak yang pada akhirnya akan berkembang menjadi keong mas dalam jumlah yang banyak. Gambar 2.1 : telur keong mas Gambar 2.2 : hama keong mas Sumber gambar : internet dan lapangan penelitian Salah seorang informan Ibu Melda mengatakan : “Dulu sebelum ada keong mas, 1 kaleng 12 kg gabah sudah cukup untuk pembibitan sawah saya seluas 4 rante 1600 meter. Namun saat ini semenjak ada keong mas, 1,5 kaleng gabah pun terkadang kurang untuk pembibitan seluas 4 rante. Hal ini disebabkan karena saya harus menyediakan bibit cadangan untuk menyisip jika ada padi yang baru ditanam dimakan keong mas. Bahkan, kadang saya juga harus mencari bibit petani yang lain karena bibit cadangan saya pun terkadang kurang karena terlalu banyak padi yang dimakan keong mas. Jika saya tidak mendapatkan bibit dari petani lain, maka saya akan mencabut beberapa anakan bibit padi yang tidak dimakan keong mas dan menanamnya ke tempat bibit padi yang telah kosong karena dimakan keong mas. Hal tersebut menyebabkan hasil panen padi nantinya tidak akan banyak.”

3.1.4.2 Klasifikasi Hama berdasarkan Ukuran Tubuh

Berdasarkan ukuran tubuh hama, petani Kampung Susuk mengklasifikasikan adanya hama sikitik-kitik hama yang kecil-kecil, hama 66 galang hama besar dan hama tergalangen hama lebih besar. Pengklasifikasian tersebut didasari karena ukuran tubuh hama yang menyerang tanaman padi milik petani bermacam–macam. Hama sikitik-kitik yaitu jenis nipe-nipe ulat. Jenis nipe-nipe yang menyerang tanaman padi di Kampung Susuk bermacam–macam. Hama galang merupakan hama yang ukurannya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, tetapi ukurannya lebih besar daripada hama sikiti-kitik. Jenis hama galang yaitu walang sangit, wereng, belalang, orong-orong, dan kepinding tanah. Hama tergalangen merupakan hama yang memiliki ukuran tubuh lebih besar yang menyerang tanaman padi di Kampung Susuk. Jenis hama tergalangen yaitu keong mas, tikus dan burung a. Hama Sikitik-kitik Semua jenis ulat nipe-nipe yang mengganggu dan menyerang tanaman padi milik petani Kampung Susuk diklasifikasikan sebagai hama sikitik-kitik hama kecil-kecil. Nipe-nipe yang mengganggu tanaman padi di Kampung Susuk terdiri dari tiga 3 jenis yaitu nipe-nipe tenteragrayak yang dalam bahasa pertanian disebut armyworm, nipe-nipe penggerek batang dan nipe-nipe sundep. Nipe-nipe tentera disebut juga dengan nipe-nipe grayak, berwarna kecoklatan dan berukuran lebih besar dibandingkan jenis nipe lainnya. Menurut petani, jenis ulat ini menyerang tanaman padi pada malam hari dan ketika cuaca berawan atau mendung. Pada siang hari, ulat grayak beristirahat di dasar tanaman padi. Jenis ulat ini memakan daun padi mulai dari tepi daun hingga hanya meninggalkan tulang daun dan batang padi. 67 Nipe-nipe penggerek batang yaitu ulat yang berukuran kecil kira-kira 1-3 cm dan berbentuk seperti jarum. Ulat ini biasanya masuk ke dalam batang padi dan menyerang dari bagian dalam batang. Hal tersebut menyebabkan batang padi rusak berwarna kekuning-kuningan dan pada akhirnya menyebabkan batang padi membusuk. Nipe-nipe sundep yaitu jenis ulat yang berwarna kecokat-coklatan bahkan terkadang mendekati warna kehitam-hitaman. Ukuran ulat ini tidak terlalu besar, berukuran 1-2 cm. Ulat sundep biasanya memakan dan merusak daun padi. Gambar 3.1 : ulat grayak Gambar 3.2 :ulat penggerek batang Gambar 3.3 : ulat sundep Hama putih juga diklasifikasikan petani Kampung Susuk menjadi hama sikitik-kitik. Hama putih merupakan jenis ulat yang pada akhirnya bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Setelah menjadi kupu-kupu, hama putih tidak merusak tanaman padi. Hama putih hanya merusak tanaman padi ketika masih berbentuk ulat. Ulat hama putih tersebut memakan dan merusak daun padi. Ulat hama putih berukuran kecil sekitar 2 cm dan berwarna putih. Serangan hama putih menyebabkan daun padi berwarna keputih-putihan. 68 Gambar 4.1 : ulat hama putih Gambar 4.2 : kupu-kupu hama putih Sumber gambar : lapangan penelitian

b. Hama Galang

Petani Kampung Susuk mengklasifikasikan hama yang memiliki ukuran tubuh tidak telalu kecil dan tidak terlalu besar dengan sebutan hama galang. Jenis hama galang yaitu walang sangit, wereng, belalang, orong-orong dan kepinding tanah. Walang sangit Leptocoria acuta atau petani Kampung Susuk menyebutnya dengan nama kacinano merupakan hama yang biasanya mengeluarkan bau menyengat sebagai pertahanan diri. Kacinano yang menyerang tanaman padi di Kampung Susuk memiliki dua 2 jenis yaitu kacinano yang agak bulat dan berwarna kemerah- merahan dan kacinano agak bulat berwarna hijau. Gambar 5: walang sangit Sumber gambar: internet 69 Serangan kacinano hijau lebih parah dan bahaya dibandingkan kacinano kuning. Bentuk kacinano menyerupai seperti nyamuk. Hama tersebut menyerang buah padi yang masih mengandung susu pada fase pemasakan buah padi. Ketika padi berusia 2 bulan, maka bulir padi masih mengandung susu dan kacinano akan menghisap air susu padi tersebut. Serangan kacinano menyebabkan buah padi berwarna kehitam-hitaman dan bulir padi tidak berbuah karena telah dihisap bulir padi menjadi kosong. Hama belalang menyerang tanaman padi ketika berusia satu 1 bulan. Hama belalang menyerang bagian daun padi. Serangan belalang mengakibatkan tanaman padi menjadi botak tidak berdaun dan hanya meninggalkan tulang daun. Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan padi terganggu. Serangan hama belalang di Kampung Susuk tidak terlalu mengakibatkan kerusakan yang parah karena jumlah belalang tidak terlalu banyak di sawah milik petani. Gambar 6 : Belalang Sumber : internet Orong-orong singke atau dalam bahasa ilmu pertanian disebut mole cricket merupakan hama yang menyerang tanaman padi ketika berusia satu minggu hingga satu bulan. Singke biasanya merusak akar muda tanaman padi dan bagian pangkal tanaman yang berada di bawah tanah. Hal tersebut menyebabkan batang dan daun tanaman padi kelihatan layu dan berwarna kuning. Jika padi yang diserang hama singke dicabut, maka akan terlihat akar-akar padi tersebut rusak dan tidak berkembang. 70 Kondisi padi tersebut akan menyebabkan pertumbuhan tanaman padi terganggu. Hama singke umumnya menyerang tanaman padi ketika kondisi sawah kering musim kemarau. Jika musim hujan, hama tersebut jarang ditemui di sawah. Gambar 7 : orong- orong Kepinding tanah Scotinophara coarctata merupakan hama yang menyerang tanaman padi sejak pembibitan hingga tanaman padi menjadi dewasa. Kepinding tanah menyerang batang dan akar tanaman padi. Kepinding tanah menyerang dengan cara menghisap batang dan akar tanaman padi. Serangan kepinding tanah menyebabkan daerah sekitar lubang bekas hisapan berubah warna menjadi cokelat, daun padi menjadi kering dan menggulung. Hal tersebut dapat juga menyebabkan gabah setengah berisi atau hampa. Gambar 8 : kepinding tanah 71

c. Hama Tergalangen