40
tidak terlalu luas. Rata-rata petani hanya mengelola sawah seluas 0,76 Ha. Sistem sewa lahan di Kampung Susuk yaitu setiap kali panen petani harus membayar 10
kaleng padi per seribu meter tanah dan biasanya 10 kaleng padi tersebut dibayar dalam bentuk uang. Namun demikian, adakalanya biaya sewa lahan disesuaikan
dengan kondisi hasil panen petani. Jika hasil penen petani tidak terlalu bagus gagal panen, maka pihak penyewa tanah memberikan keringanan kepada petani.
2.4 Sejarah Kampung Susuk
Kampung Susuk berasal dari kata “susuk” yang diambil dari nama kampung asal penduduk Kampung Susuk yaitu Kampung Susuk Gunung. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk tetap mengingat kampung asal. Kampung Susuk merupakan salah satu kampung yang berada di Lingkungan IX, Kelurahan Padang
Bulan Selayang I, Kecamatan Medan Selayang. Batas-batas administrasi Kampung Susuk adalah :
Utara : Jalan Abdul Hakim Tanjung Sari
Timur : Universitas Sumatera Utara
Selatan : Jalan Berdikari
Barat : Sei. Selayang
Topografi Kampung Susuk berupa dataran dengan curah hujan antara Bulan Juli-Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Januari-Maret.
Luas Kampung Susuk adalah 80.000m
2
. Kampung Susuk terdiri dari 13 bagian yaitu Susuk 1 sampai dengan Susuk 13. Berdasarkan batas administrasi, awalnya
Kampung Susuk berada di Kabupaten Deli Serdang. Oleh karena adanya pemekaran wilayah pada tahun 1974, Kampung Susuk masuk ke dalam batas
administrasi Kotamadya Medan. Pemerintah menganjurkan agar setiap daerah
41
memiliki nama dan jalan. Oleh karena itu, masyarakat Kampung Susuk memberikan nama “susuk” pada nama jalan dan gang dengan tujuan agar tetap
menjaga keaslian nama kampung mereka. Selain itu, berdasarkan administrasi pemerintahan Jalan Abdul Hakim dianggap sama dengan Jalan Susuk Raya.
Areal Universitas Sumatera Utara pada awalnya merupakan areal milik penduduk asli Kampung Susuk. Panglima Jamin Ginting mengadakan
musyawarah bersama penduduk dengan tujuan untuk membangun “rumah sekolah” USU. Apabila tidak terjadi kesepakatan antara Panglima Jamin Ginting
dan penduduk maka kemungkinan pembangunan rumah sekolah akan dialihkan ke Padang Sumatera Barat. Berdasarkan kesepakatan bersama maka masyarakat
mendapatkan ganti rugi sebesar dua rupiah lima puluh sen per meter tanah dan hunian penampungan untuk masyarakat kampung Susuk yang terletak di Pasar 2
seluas 20 x 23 m
2
. Latar belakang Panglima Jamin Ginting mendirikan rumah sekolah di Kampung Susuk adalah dengan tujuan untuk mempermudah akses
pendidikan bagi anak-anak penduduk di Kampung Susuk. Kampung Susuk berdiri pada tahun 1950 yang diawali dengan kedatangan
50 kepala keluarga KK yang berasal Kampung Susuk Gunung, Tanah Karo. Hal yang melatarbelakangi KK-KK ini adalah adanya penyempitan lahan pertanian di
Kampung Susuk Gunung akibat pembagian tanah di lingkungan keluarga. Kepala- kepala keluarga terdiri dari kumpulan “Silima Marga” yaitu Marga Karo-karo,
Perangin-angin, Ginting, Tarigan dan Sembiring. Sebagian dari kepala-kepala keluarga tersebut melakukan peninjauan
lokasi ke Kampung Susuk dengan tujuan mencari tanah garapan untuk diolah menjadi lahan pertanian. Pada awalnya Kampung Susuk merupakan lahan
42
perkebunan tembakau jajahan Belanda. Namun ketika KK melakukan peninjauan lahan tersebut telah menjadi lahan terlantar yang ditumbuhi semak dan ilalang.
Selanjutnya dilakukan musyarawah bersama KK yang lain di Kampung Susuk Gunung Tanah Karo. Berdasarkan hasil musyawarah bersama 50 KK tersebut di
Kampung Susuk Gunung, maka diputuskan untuk menggarap tanah di Kampung Susuk dengan berbekal ongkos dan beras 4 kgKK.
Lima puluh KK tersebut memutuskan untuk membangun sebuah Rumah Panjang yang berfungsi sebagai tempat tinggal sementara. Setelah itu 50 KK
tersebut melakukan pembagian tanah seluas 80 ha dengan rincian 6.000m
2
120x50 m per KK dan dibangun gubuk pada patok yang telah ditentukan untuk
menjadi milik masing-masing KK. Oleh karena telah ada pembagian tanah dan pembangunan gubuk pada masing-masing lahan KK maka Rumah Panjang
dibongkar. Gubuk inilah yang menjadi tempat tinggal masing-masing KK. Masing-masing KK membawa anggota keluarganya dari Kampung Susuk
Gunung ke Kampung Susuk. Ada beberapa KK yang tidak dapat bertahan tinggal di Kampung Susuk karena tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup dan
memutuskan kembali ke Kampung Susuk Gunung.
2.5 Sejarah Pertanian Kampung Susuk