120
yang dibutuhkan dan dicampur dengan air lalu dimasukkan ke dalam pompa alat semprot. Campuran air dan pestisida tersebut diaduk dengan menggunakan kayu-
kayu kecil pegalah, setelah itu pestisida siap untuk disemprotkan pada tanaman.
1. Hama Keong Mas
Petani Kampung Susuk mengendalikan hama keong mas dengan menaburkan racun keong yaitu Semponen. Bentuk Semponen menyerupai seperti
bubuk teh. Sebelum petani menanam bibit padi, maka racun keong akan ditabur di sawah. Hal tersebut bertujuan agar keong-keong mas yang ada di sekitar sawah
mati sebelum bibit padi ditanam. Pada saat racun keong ditabur, maka semua benteng-benteng sawah galangan harus ditutup agar racun keong tersebut tidak
keluar dari areal sawah. Namun, sebelum menabur racun petani harus mampu memprediksi apakah pada hari tersebut hujan turun.
Petani memprediksi apakah hujan akan turun atau tidak dengan cara melihat kondisi cuaca di pagi hari. Jika hari sudah mulai gelap dan mendung,
maka petani tidak akan melakukan penyemprotan karena kondisi tersebut menandakan bahwa hujan akan turun. Jika hujan turun pada saat petani baru
menabur racun, maka semua racun tersebut akan hanyut terbawa air hujan. Artinya, penaburan racun keong akan sia-sia karena sebelum keong mati, racun
keong sudah hanyut. Namun, jika hujan tidak turun setelah menabur racun, maka keesokan harinya akan terlihat banyak keong mas yang terapung karena mati
terkena racun keong. Hama keong mas terus menyerang sampai tanaman padi berusia satu
bulan. Oleh karena itu, penaburan Semponen dapat dilakukan berkali-kali setelah
121
bibit padi ditanam, terlebih ketika hujan terus-menerus turun. Hal tersebut karena hama keong mas berkembang biak dengan cepat ketika musim hujan. Namun,
petani mulai kewalahan dalam mengendalikan hama keong mas, karena petani Kampung Susuk saat ini tidak lagi melakukan penanaman bibit secara serentak.
Jika petani menanam bibit secara serentak maka penaburan racun keong juga dapat dilakukan secara serentak sehingga hama keong mas dapat dibasmi di
seluruh sawah petani.
2.Walang Sangit
Petani Kampung Susuk umumnya menggunakan pestisida Decis untuk memberantas hama walang sangit. Cara pemakaian Decis yang dilakukan petani
bervariasi, tergantung kebiasaan dan pengalaman petani. Beberapa petani menggunakan Decis dengan mencampur tembakau. Tembakau yang digunakan
adalah tembakau yang sudah tua kemudian direndam dalam air selama satu malam. Tembakau yang sudah direndam kemudian akan diperas. Air perasan
tembakau tersebut kemudian dicampur dengan Decis. Perbandingan Decis dengan perasan tembakau yaitu 30 cc Decis dan dua gelas air perasan tembakau.
Campuran tersebut kemudian disemprot ke tanaman padi yang diserang hama walang sangit. Namun, beberapa petani mencampur Decis dengan air soda sabun,
kemudian disemprot ke tanaman padi. 3.
Belalang
Hama belalang dibasmi petani dengan menyemprotkan Matador. Takaran yang digunakan tergantung banyaknya jumlah belalang yang menyerang. Petani
Kampung Susuk biasanya tidak terlalu khawatir dengan serangan hama belalang
122
karena kerusakan yang diakibatkan tidak terlalu parah. Hal tersebut dikarenakan jumlah hama belalang yang ada di Kampung Susuk tidak banyak. Akan tetapi,
petani selalu melakukan tindakan untuk mengantisipasi kerusakan yang parah
akibat serangan hama belalang dengan menyemprotkan Matador. 4.
Orong-orong
Hama orong-orong dikendalikan petani Kampung Susuk dengan menggunakan pestisida Prima Poor. Penggunaan Prima Poor yang dilakukan
petani bervariasi. Beberapa petani mencampur Prima Poor dengan pupuk dan kemudian menyiramkannya ke sekitar benteng-benteng sawah galangan.
Beberapa petani mencampur Prima Poor dengan pasir. Petani memberikan campuran terhadap Prima Poor karena orong-orong berada di bawah tanah. Jika
petani hanya menggunakan Prima Poor, maka jumlah Prima Poor yang diperlukan sangat banyak. Oleh karena itu, petani mengambil alternatif dengan memberikan
campuran yang lain. Menurut petani, campuran tersebut juga memberikan hasil yang maksimal dalam mengendalikan hama orong-orong.
5. Kepinding Tanah