Perusahaan perlu mengadakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja, dan pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja perlu dan sangat penting,
karena membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja bagi diri masing- masing karyawan maupun perusahaan. Dengan adanya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini,
karyawan akan merasa aman, terlindungi dan terjamin keselamatannya, sehingga diharapkan dapat mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan uraian diatas dan mengingat
sangat pentingnya pelaksanaa program K3 ini, maka peneliti tertarik untuk judul
“Seberapa besar Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan”.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pokok yang ingin dibahas di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
di PT. PLN Persero Unit Pelayanan Transmisi Medan? 2.
Seberapa besar Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PLN
Persero Unit Pelayanan Transmisi Medan?
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja K3 di PT. PLN Persero Unit Pelayanan Trasmisi Medan.
2. Untuk mengetahui Seberapa besar Pengaruh Pelaksanaan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PLN Persero Unit Pelayanan Transmisi Medan.
I.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitan ini antara lain :
a. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori
dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara. b.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi PT. PLN Persero dan perkembangan instansi.
c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.
1.5 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian.
Setelah masalah penelitian di rumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang
dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian Sugiyono, 2005 : 55.
Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan
dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:
1.5.1 Kebijakan Publik
Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah
yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggungjawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian
public itu sendiri dalam Bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum Abidin, 2004:17.
Menurut Carl. I. Friedrich dalam Dwijowijoto 2004:4 mendefenisikan kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang,
golongan, atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan
kesempatan-kesempatan, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan
suatu kehendak serta tujuan tertentu. Sedangkan menurut Dimock, kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan
keinginan-keinginan banyak orang atau golongan dalam masyarakat Soenarko, 2003:42-43.
Dalam melakukan kebijakan publik terlebih dahulu harus mengetahui proses kebijakan publik. James Anderson dalam Subarsono 2005:12-13 sebagai
pakar publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut: 1.
Formulasi masalah problem formulation: Apa masalahnya, apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan, dan bagaimana masalah
tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. 2.
Formulasi kebijakan formulation: Bagaimana mengembangkan pilihan- pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut dan siapa
saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan. 3.
Penentuan kebijakan adaption: Bagaimana alternatif ditetapkan, persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi, siapa yang akan melaksanakan
kebijakan, bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan, dan apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan.
4. Implementasi implementation: Siapa yang terlibat dalam implementasi
kebijakan, apa yang mereka kerjakan dan apa dampak dari isi kebijakan. 5.
Evaluasi evaluation: Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan dikur, siapa yang mengevaluasi kebijakan, apa konsekuensi dari adanya
evaluasi kebijakan, dan adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan.
Proses kebijakan ini berperan untuk memastikan bahwa kebijakan yang hendak diambil benar-benar dilandaskan atas manfaat optimal yang akan diterima
oleh publik dan bukan asal menguntungkan pengambil kebijakan.
1.5.2. Implementasi Kebijakan 1.5.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan
Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan
dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan
dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, implementasi kebijakan
mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik Tangkilisan, 2003:17.
James E. Anderson menjelaskan implementasi adalah menyangkut Siapa dan Apa apa yang dilakukan dan apa dampaknya serta sebagai aplikasi dari
kebijakan oleh pelaksana administrasi. Sedangkan Mazmania dan Sabatier mengatakan bahwa, makna implementasi adalah memahami apa yang senyatanya
terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-
kegiatan yang timbul sesudah disahkannya usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibatdampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian Wahab, 2001:65.
Jones dalam Tangkilisan 2003:18, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus-menerus usaha-usaha untuk mencari
apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam
tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu:
1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program
ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan 2.
Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan
3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan,
upah, dan lain-lainnya. Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggungjawab untuk
melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik,
ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terliobat dan yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif Tangkilisan, 2003:19.
1.5.2.2 Model Implementasi Menurut Para Ahli
Model implementasi dapat digunakan untuk memudahkan pelaksana kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
a. Model Gogin
Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada
keseluruhan implementasi yakni: 1 Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2
Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun intensif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3 Pengaruh
lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
b. Model Grindle