1.5.2.2 Model Implementasi Menurut Para Ahli
Model implementasi dapat digunakan untuk memudahkan pelaksana kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
a. Model Gogin
Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada
keseluruhan implementasi yakni: 1 Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2
Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun intensif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3 Pengaruh
lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
b. Model Grindle
Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan
dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari : 1 kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi. 2 jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, 3 derajat
perubahan yang diharapkan, 4 letak pengambilan keputusan, 5 pelaksanaan program, dan 6 sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah
lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.
c. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Model implementasi kebijakan oleh Meter dan Horn dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu: 1 standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian
tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh, 2 sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi, 3 komunikasi inter organisasi dan kegiatan
pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai, 4 karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan
faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program, 5 kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan 6
sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.
1.5.3 Keselamatan Kerja
1.5.3.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
accident atau nyaris celakaan near-miss. Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat- tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian,
industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja,
mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir.
1.5.3.2 Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui
Kansil, 1997:26. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal
ini, kecelakaan yang terjadi merupakan akibat langsung dari pekerjaaan atau terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan Kecelakaan kerja dapat terjadi
karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat. Dengan kata lain kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi
tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Ruang lingkup kecelakaan akibat kerja kadang-kadang diperluas, sehingga melingkupi juga kecelakaan yang
terjadi saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja.
Faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dari dimensi pokok, yaitu: 1.
Berkaitan dengan sistem kerja yang merupakan penyebab utama dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi baik dikantor
maupun di pabrik atau ditempat kerja lainnya.
2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia biasa yang dalam hal akibat
dan sistem kerja, tetapi bisa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja.
Pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan:
a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja
b. Melakukan pengawasan yang teratur
c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian
d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara
kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan Abdurrahmant, 2006:109.
1.5.3.3 Tujuan Keselamatan Kerja
Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja antara lain : • Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi secara produktifitas nasional
• Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja • Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan
efisien. Di dalam peraturan perundang-undangan ditetapkan bahwa syarat-syarat
keselamatan kerja yakni: -
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
- Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
- Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
- Memberi kesempatan, atau jalan menyelematkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya -
Memberi pertolongan pada kecelakaan -
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja -
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar,
radiasi, suara dan getaran -
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan
- Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
- Menyelenggarakan udara yang cukup
- Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
- Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
- Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya -
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang
- Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
- Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang -
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
- Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi UU No.1 Pasal 3 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
1.5.4 Kesehatan Kerja 1.5.4.1 Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
fisik, mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif. Di dalam Undang-Undang N0. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Bidang kesehatan kerja mempunyai implikasi luas baik secara mikro maupun makro. Potensi munculnya berbagai penyakit akibat kerja yang dialami
pekerja akan merugikan perusahaan dari segi biaya kesehatan, absen kerja yang pada ujungnya mengganggu produktivitas kerja. Perhatian yang baik pada
kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-Undang N0. 23 tahun
1992 pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja.
Perusahaan yang mempunyai banyak pegawai, apalagi yang memukimkan karyawannya di suatu daerah, sebaiknya menentukan jenis atau bentuk pelayanan
kedokteran medical services atau pelayanan kesehatan masyarakat public health services. Pelayanan kesehatan health services adalah upaya yang
diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan
perorangann, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
03MEN1982 pasal 1 tentang pelayanan kesehatan kerja bahwa pelayanan kesehatan adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. 2.
Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerrja
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental rohani dan kemampuan fisik
tenaga kerja 4.
Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit
Suatu pelayanan kesehatan perusahaan dapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia available, perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan
untuk karyawannya dengan cara mempunyai poliklinik atau rumah sakit, bila tidak menyerahkannya kepada pihak ketiga.
2. Wajar appropriate, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan, misalnya suatu
perusahaan tambang haruslah menyediakan pelayanan bedah, karena kemungkinan akan sering terjadi kecelakaan akibat bekerja dengan alat-alat
berat dozer, crane, shovel, excavator. 3.
Berkesinambungan continue, pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan berkesinambungan. Pemeriksaan kesehatan berkala
harus dilakukan secara periodik sehingga keadaan kesehatan karyawan bisa dipantau terus-menerus.
4. Dapat diterima acceptable, suatu perusahaan besar dengan laba yang besar
tentu saja tidak layak bila memberikan fasilitas kesehatan yang minimal. Karyawan tidak akan menerimanya. Itu berarti pelayanan tidak acceptable.
Sedangkan perusahaan yang belum mampu memberikan layanan kesehatan yang lengkap sesuai standar, bisa memberikan pelayanan yang minimal tetapi
dengan memberikan penjelasan kepada karyawannya bahwa perusahaan belum mampu. Apabila alasan ini masuk akal, maka karyawan akan bisa menerima
layanan tersebut dengan ikhlas. Jadi walaupun layanannya minimal, tetapi tetap acceptable.
5. Dapat tercapai accessible, pelayanan kesehatan yang diupayakan harus
mudah dicapai. Karyawan yang lokasi kerjanya jauh dari tempat fasilitas kesehatan harus mendapat jemputan untuk pemeriksaan kesehatan, atau apabila
ada kecelakaan harus bisa cepat dijemput dengan ambulan untuk medical evacuation.
6. Terjangkau affordable, perusahaan bisa memilih layanan kesehatan yang
sesuai standard dan harganya terjangkau oleh perusahaan. Banyak cara untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, namun tidak setiap cara cocok untuk suatu perusahaan.
1.5.5 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 1.5.5.1 Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja K3 adalah usaha perlindungan,
pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan sebagai berikut: a.
Perlindungan terhadap kecelakaan yang dapat menimpa: • Tenaga kerja pegawai dan bukan pegawai dan orang lain yang berada di
tempat kerjaberhubungan dengan kegiatan Perseroan umum dan pelanggan
• Sumber produksi seperti material, peralatan, bangunan, instalasi, dan asset perseroan lainnya
• Proses produksi, seperti pembangunan, pembangkitan, penyaluran, dan distribusi tenaga listrik
• Hasil produksi, seperti pemanfaatan tenaga listrik oleh pelanggan
b. Pencegahan timbulnya kecelakaan, seperti:
• Kecelakaan dinas yang menimpa pegawai kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan dinas lainnya
• Kecelakaan masyarakat umum yang ada hubungannya dengan perseroan • Kerugian aset Perseroan akibat kecelakaan kecelakaan dinas, kecelakaan
tenaga kerja bukan pegawai, kecelakaan masyarakat umum, kebakaran ledakan, kerusakangangguan, bencana alam dan kehilangan
c. Penyelesaian bila terjadi kecelakaan dan kerugian
Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal
dengan singakatan K3L yang artinya keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Aspek lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan
keselamatan kerja juga merupakan hal yang sangat penting, namun dalam pembahasan berikut yang akan menjadi fokus utamanya adalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Suria, 2011:130. Menurut Sedarmayanti 2000, mengemukakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap manusia, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar karyawan tidak mengalami cedera.
Keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki sasaran yang hendak dicapai yaitu:
1. Timbulnya motivasi untuk bekerja secara aman
2. Terciptanya kondisi yang tertib, aman dan menyenangkan
3. Mengurangi tingkat kecelakaan di lingkungan tempat kerja
4. Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya makna keselamatan kerja
5. Meningkatkan produktifitas kerja Sedarmayanti, 2000:145
Pada prinsipnya dasar keselamatan dan kesehatan kerja menekankan beberapa hal, yaitu:
a. Setiap karyawan berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja agar
terhindar dari kecelakaan b.
Setiap karyawan yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya
c. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman Sedarmayanti,
2007:208
1.5.5.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara 2002 bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b.
c. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
d. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
e. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
f. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
g. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789236505Chapter20I.pdf.di akses pada 05 Maret 2012 pukul 11.30 WIB
Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan gizi serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai
dengan baik dengan tidak meninggalkan masalah perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah
industri. Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat- manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang b.
Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen
c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim e.
Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan g.
Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial Sculler dan Jackson, 1999.
1.5.6 Produktivitas 1.5.6.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas berasal dari kata “produktif” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan
sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditiobjek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti
keinginan dan usaha dari setiap manusia individu atau kelompok untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.
Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran output dengan pemasukan input, sedangkan
menurut Sulistiani dan Rosidah 2003:126 mengemukakan bahwa produktivitas adalah menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang
diperoleh didalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi dan efektivitas.
Karyawan yang merasa puas secara ilmiah akan berusaha meningkatkan hasil kerja mereka output. Meningkatnya ouput kerja merupakan istilah lain dari
apa yang disebut produktivitas kerja. Dengan demikian, produktivitas menyangkut hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh di dalam proses
produksi Sulastini dan Rosidah, 2003. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara
hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu sri budi cantika, 2005:203.
Muchdarsyah 2000, mengartikan produktivitas sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik barang-barang atau jasa dengan masukan yang
sebenarnya. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai tindakan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Dalam hal ini produktivitas
mengutarakan cara-cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas sebenernya produktivitas memiliki dua dimensi, pertama efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja
yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan berkualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya
membandingakan input dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Efesiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input direncanakan dengan input sebenarnya. Apabila ternyata input yang sebenarnya
digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efesiensi semakin tinggi.
Sedangkan efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran suatu target yang dicapai. Apabila kedua tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya, maka
terjadinya peningkatan efektivitas tidak akan selalu menjamin meningkatnya efesiensi.http:makalahdanskripsi.blogspot.com200810pengertianproduktivitas
-kerja.html, diakses pada 07 maret 2012 pukul 13.25 wib. Dengan demikian, produktivitas dapat disimpulkan sebagai perbandingan
antara besarnya input yang dilibatkan dalam kegiatan produksi terhadap hasil akhir output yang dihitung berdasarkan nilai unit atau rupiah barang dan jasa
yang dihasilkan. Pengertian ini mengandung arti bahwa produktivitas kerja karyawan dapat dinilai dari hasil perbandingan antara input terhadap output, dan
harus dapat di ukur berapa besarnya sri budi cantika, 2005:203.
1.5.6.2 Manfaat Produktivitas.
Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapa
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.
2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien
melalui pengukuran produktivitas, baik perencanaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3.
4. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat di organisasikan
kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.
5. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat
dimodifikasi kembali berdasarkan indormasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.
6. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas productivity gap yang ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas
yang diukur, dalam hal ini pengkuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan
yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil.
7. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi
produktivitas industri pada skala nasional maupun global.
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus.
Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari
perusahaan itu.
9. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan
perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.
10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus
yang dilakukan perusahaan. 11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang
untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja.
12. Aktivitas perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.
http:www.scribd.comdoc16733299Konsep-Produktivitas, diakses pada 05
Maret 2012 pukul 15.35 WIB
1.5.6.3
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman 1986 dan Tarwaka 1991 merinci faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja secara umum. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
1.
Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk
mencapainya. Karyawan didalam proses produksi adalah sebagai manusia
individu sudah barang tentu memiliki identifikasi tersendiri. Motivasi
2 .
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
Kedisplinan
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah
menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat 2.
Adanya prilaku yang dikendalikan 3.
Adanya ketaatan obedience
Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu
pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang
produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan produktivitas yang banyak produktivitas individu melainkan juga produktivitas masyarakat secara
keseluruhan.
3. Etos Kerja
4.
Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu
selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK terutama dalam perubahan teknologi mutakhir.
Keterampilan
Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan
demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya
akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.
5. Pendidikan
Disamping faktor tersebut diatas, manuaba 1992 mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas
yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.
http:hamidum.wordpress.com20071127produktivitas-kerja-2diakses pada
tanggal 2 maret 2012 pukul 10.15 wib.
Produktivitas pegawai menjadi pusat perhatian dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi.
Analisis yang lebih mengkonsentrasikan pada kinerja akan lebih memberikan penekanan pada dua faktor utama yaitu: 1 motivasi pegawai, 2 kemampuan dari
pegawai untuk bekerja. Pendelegasian wewenang, pengendalian dan pengarahan anak buah perlu disertai dengan motivasi. Hal ini dilakukan agar tindakan perilaku
sikap pegawai terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan aspek pentingnya pemberian motivasi kepada bawahan, pemimpin hendaknya
dapat memberikan motivasi searah dengan karakteristik bawahan.
1.5.7 Motivasi 1.5.7.1 Pengertian Motivasi
Motivasi dari kata motif yang artinya sesuatu yang mendorong dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu gerak, sedangkan motivasi adalah sesuatu yang
membuat orang untuk bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu yang didasarkan dari motif. Motivasi secara singkat dapat diartikan adalah proses
menggerakkan manusia, dan memberikan motivasi artinya proses untuk menggerakkan orang ain agar mau melakukan sesuatu sebagaimana yang
diharapkan oleh penggeraknya atau yang mengarahkannya. Beberapa pakar yang mengemukakan tentang pengertian motivasi dalam hubungannya dengan aktivitas
manusia, yaitu menurut Beredoom dan Garry A. Stainer yang dikutip Juwono 1985 mengemukakan: Motivasi adalah kondisi mental yang mendorong aktivitas
dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberik kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.
Sedangkan Winardi 1990 memberikan pengertian tentang motivasi adalah sebuah konteks organisasi merupakan proses dengan apa seseorang
manajer merangsang pihak lain untuk bekerja dalam rangka upaya mencapai sasaran-sasaran organisasi sebagai alat untuk memuaskan keinginan-keinginan
pribadi mereka sendiri. Dengan demikian, motivasi merupakan daya dorong untuk bergerak, dan motivasi yang berasal dari kata motif berarti penggerak. Sehingga
pengertian motivasi dapat dikatakan suatu keadaan yang menggerakkan atau mengarahkan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan tertentu.
Keberhasilan dari hasil motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki.
Pencapaian tujuan motivasi kerja sebagaimana diharapkan menghasilkan efektivitas, produktivitas, dan hasil kerja yang efisien, baik bagi diri individu yang
bersangkutan maupun bagi organisasi Abdurrahmant,2006:80. Menurut Wahjosumidjo untuk memberikan motivasi yang tepat, pimpinan
hendaknya secara terus menerus: a.
Mengamati dan memahami tingkah laku bawahan b.
Mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan c.
Memperhitungkan, mengawasi dan mengubah serta mengarahkan tingkah laku bawahan
Untuk dapat memahami motivasi secara lebih mendalam maka harus dipahami pula bahwa di dalam organisasi publik, akan terjadi interaksi dan
aktivitas baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas. Seperti dikatakan olrh Wahjosumidjo sebagai berikut:
a. Interaksi kerjasama antara pimpinan dan bawahan kolega maupun dengan atasan pimpinan itu sendiri
b. Dalam proses interaksi tersebut terjadi perilaku bawahan yang harus diperhatikan, diarahkan, dibina, dikembangkan tetapi kemungkinan juga
dipaksakan agar perilaku tersebut sesuai dengan organisasi yang bersangkutan c. Perilaku yang ditampilkan oleh para bawahan sesuai dengan sistem nilai dan
aturan atau bertentangan d. Dorongan perilaku yang berbeda-beda dapat terjadi karena keinginan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda pula Ambar dan Rosidah, 2003:187.
Kekuatan motivasi yang ada dalam diri manusia bisa ditimbulkan oleh dorongan karena perbuatan dan oleh motivasi yang ditimbulkan dan dalam dirinya
atau motivasi yang ditimbulkan dari hakiki intrinsic. Kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic motivasi yang
timbul oleh dorongan yang ditimbulkan dari dalam dirinya dan lingkungan. Sedangkan aspek lainnya adalah faktor pemeliharaan budaya dan nilai-nilai yang
terkandung dalam organisasi yang dapat mendorong prestasi kerja yang tinggi.
1.5.7.2 Manfaat Motivasi
Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang
diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah: 1.
Pekerjaan akan cepat selesai dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai dengan standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah
ditentukan 2.
Orang akan senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat seseorang senang
mengerjakannya. 3.
Orang akan merasa berharga. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul- betul berharga bagi orang termotivasi.
4. Orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu
tinggi untuk berhasil sesuai target terhadap apa yang mereka kerjakan. 5.
Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan.
6. Semangat juangnya akan tinggi. Hai ini akan memberikan suasana bekerja
yang bagus di semua bagian Ishak Hendri, 2002:219.
1.5.7.3 Model Motivasi
Banyak pakar Barat yang menjelaskan model tentang motivasi ini, diantaranya adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, dan Mc. Leland.
Maslow terkenal dengan hirarki kebutuhannya, hezberg terkenal dengan teori dua
faktornya, dan Mc Leland terkenal dengan Teori Achievement, Afiliation dan Power AAP disamping teori-teori motivasi lain yang banyak berkembang.
1. Maslow’s Model
Model Maslow ini sering disebut dengan model hirarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan
kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar dia termotivasi untuk bekerja. Menurut A.H. Maslow pada umumnya ada lima hirarki kebutuhan manusia, yang
dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1. Maslow’s need hierarchy
a. Kebutuhan fisiologis fisik, misalnya makanan, minuman, istirahattidur, seks.
Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu.
b. Kebutuhan keamananperlindungan. Tiap individu mendambakan keamanan
bagi dirinya termasuk keluarganya. c.
Kebutuhan akan kebersamaan kebutuhan sosial. Tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain. Selama hidup manusia di
dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan pihak lain. d.
Kebutuhan penghormatan dan penghargaan kebutuhan harga diri. Sejelek- jelek kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan.
Kebutuhan Fisik Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan akan Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan Aktualisasi diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri.
Jadi, hal pertama yang harus dipenuhi dulu adalah kebutuhan fisik. Jika kebutuhan fisik telah terpenuhi, maka kebutuhan yang berikutnya adalah
kebutuhan keamanan. Demikianlah seterusnya sampai pada kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
2. Hezberg Model
Disini oleh Fedrick Hezberg, kebutuhan disebut dengan istilah Two-Fctor View. Sebelumnya kepuasan orang terbagi menjadi dua, yaitu puas dan tidak puas.
Selanjutnya Pittsburgh melakukan studi yang kemudian lahirlah teori Two Factor, yaitu:
a. Motivator
Disini ada kepuasan atau perasaan positif b.
Hygiene Disini ada perasaan negatif atau ketidakpuasan kerja
Menurut teori ini harus menciptakan dan meningkatkan faktor mitivator dan mengurangi faktor hygiene. Dalam teori ini terdapat beberapa faktor yang
menimbulkan ketidak-puasan yaitu: a
Kebijakan dan administrasi perusahaan b
Pengawasan c
Hubungan ddengan pengawa d
Kondisi kerja e
Gaji f
Hubungan dengan rekan kerja
g Kehidupan pribadi
h Hubungan dengan bawahan
i Status
j Keamanan
Sedangkan beberapa faktor yang sering memberikan kepuasan kepada pegawai, yaitu:
1 Tercapainya tujuan
2 Pengakuan
3 Pekerjaan itu sendiri
4 Pertanggungjawabkan
5 Peningkatan
6 pengembangan
3. Mc Cleland’s Model
Model Mc. Cleland’s sangat menekankan perhatian terhadap prestasi Achievement. Ada 3 kebutuhan yang penting, yaitu:
a. Achievement
Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik dari sebelumnya pencapaian prestasi. Orang yang dalam hatinya ada perasaan
menggebu-gebu untuk meraih prestasi terbaik, akan sangat bergairah dan termotivasi dalam melaksanakan pekerjaan dan tugasnya. Sebaliknya, orang yang
tidak ada niat yang kuat untuk meraih prestasi, akan ketinggalan jauh dibandingkan dengan orang yang termotivasi.
Hal ini dapat dicapai dengan cara: -
Merumuskan tujuan -
Mendapatkan umpan balik -
Memberikan tanggungjawab pribadi -
Bekerja keras b.
Affiliation Artinya adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini
dapat dicapai dengan cara: -
Bekerjasama dengan orang lain -
Membuat kawan ditempat kerja -
Sosialisasi c.
Power Artinya ada kebutuhan kekuasaan, yang mendorong seseorang bekerja
sehingga termotivasi dalam pekerjaannya. Cara orang bertindak dengan kekuasaan sangat tergantung pada:
- Pengalaman masa kanak-kanak
- Kepribadian
- Pengalaman kerja
- Tipe organisasi
1.6 Hipotesis
Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan Sugiyono, 2005 : 70. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, maka penulis
mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis Kerja Ha
Ada pengaruh antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja K3 terhadap produktivitas kerja karyawan.
2. Hipotesis Nol Ho
Tidak ada pengaruh antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja K3 terhadap produktivitas kerja karyawan.
1.7 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi pusat penelitian ilmu sosial Singarimbun, 1987 : 33. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang
diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari tulisan ini yaitu: 1.
Implementasi kebijakan publik adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja K3 adalah upaya dalam pencegahan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran lingkungan kerja yang penerapannya menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaan serta kondisi lingkungan kerja. 3.
Produktivitas kerja Adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras, dan
berusaha memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan.
1.8 Definisi Operasional