4.1.3 Iklim
Iklim merupakan faktor-faktor tidak tetap yang saling berhubungan yang meliputi suhu, radiasi matahari, curah hujan, serta kelembaban udara. Rancangan
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi iklim yang sudah ada dengan mengambil aspek-aspek yang menguntungkan dan mengendalikan aspek-aspek yang
merugikan. Kondisi iklim terutama iklim mikro turut menentukan tingkat kenyamanan bagi pengguna masjid. Oleh karena itu, pengendalian terhadap iklim
mikro sangat penting. Iklim pada Kompleks Masjid Raya Bogor termasuk ke dalam iklim kota karena iklim alami sudah dipengaruhi oleh struktur bangunan
dan aktivitas perkotaan. Kota Bogor terkenal dengan sebutan kota hujan. Hal tersebut
menggambarkan kondisi iklim lokal Bogor secara keseluruhan. Kondisi iklim tersebut dapat dilihat secara numerik pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Iklim Kota Bogor pada Tahun 2008
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga
Bulan Suhu
Hari Hujan Kelembaban
Nisbi Curah
Hujan
mm Maksimum Minimum
Januari 30,7
23,1 16
80,7 339
Februari 28,2
22,3 16
87 324
Maret 30,4
22,4 25
83,7 653
April 30,8
22,4 22
80,7 506
Mei 31,7
22,4 17
75,3 222
Juni 31,5
22,2 13
75,7 128
Juli 32,2
21,3 8
71 78
Agustus 31,4
21,9 13
77,7 151
September 32,3
22,2 15
71,3 474
Oktober 31,8
21,1 18
77 334
November 30,9
20,2 20
78 543
Desember 29,9
19,8 24
81 300
Jumlah 371,8
261,3 207
939 4052
Rata-rata 31
21,8 17
78,3 337,7
Pada kolom curah hujan dapat terlihat bahwa curah hujan Kota Bogor rata- rata pada bulan Maret tahun 2008 dapat mencapai 653 mm, sedangkan hari hujan
selama tahun 2008 mencapai 207 hari. Dengan kata lain, lebih dari setengah tahun hujan turun. Hujan dapat menyebabkan struktur bangunan mudah mengalami
kerusakan ataupun penurunan kualitas material bangunan sehingga diperlukan alatupaya untuk mengantisipasi tingginya curah hujan agar tidak merusak struktur
bangunan. Roof garden merupakan instrumen yang tepat untuk Kompleks Masjid
Raya Bogor, mengingat sebagian besar lahannya berupa struktur bangunan beton. Roof garden berfungsi untuk nengendalikan kerusakan dan penurunan kualitas
material akibat tingginya curah hujan agar struktur bangunan lebih awet sekaligus menambah nilai estetika dan mempertahankan kenyamanan termal.
Iklim mikro di Kompleks Masjid Raya Bogor cenderung kurang nyaman pada siang hari karena kurangnya vegetasi dan struktur bangunan yang terlalu
masif terutama pada bagian plaza masjid sehingga pada siang hari terik matahari langsung tidak terhalang. Oleh karena itu, suhu udaranya tinggi pada waktu-waktu
tertentu yang berdampak pada minimnya aktivitas di daerah plaza. Posisi Kompleks Masjid Raya Bogor berada di antara lintasan matahari
dan angin karena letak gedung yang berorientasi timur dan barat, serta tegak lurus terhadap arah angin yang dominan pada daerah tropis, yaitu angin yang bergerak
dari tenggara ke timur laut pada musim kemarau dan dari timur laut ke tenggara pada musim hujan. Posisi yang demikian merupakan potensi yang baik untuk
desain dengan konsep ekoarsitektur.
4.1.4 Kondisi Fisik dan Land Use Kawasan Masjid Raya Bogor
Kondisi fisik yang diamati dan dianalisis untuk proses perancangan meliputi Kompleks Masjid Raya Bogor, yang terdiri dari bangunan masjid utama,
plaza masjid, koridor masjid, kantor Badan Amil Zakat BAZ Kota Bogor, taman masjid, tempat parkir, dan perkerasan pada halaman masjid. Selain Kompleks
Masjid Raya Bogor, area pendukung, seperti pedestrian, jalan raya, dan Markaz Islam Bogor yang berhubungan dengan Masjid Raya Bogor menjadi area yang
tidak dapat dipisahkan sebagai objek yang diamati dan dianalisis untuk proses perancangan.