BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Taman sebagai fasilitas pendukung pada Masjid Raya Bogor sangatlah diperlukan untuk menunjang kebutuhan kenyamanan pengunjung maupun untuk
menambah estetika masjid. Secara umum konsep ekoarsitektur dapat diterapkan pada Masjid Raya Bogor, hal ini ditunjang oleh luasnya permukaan atap beton
datar yang dapat dimanfaatkan sebagai atap bertanaman atau roof garden. Penerapan konsep ekoarsitektur berfungsi untuk meningkatkan kualitas
lingkungan, memperbaiki kualitas visual, meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna tapak, serta melindungi struktur bangunan dari kerusakan
mekanis akibat curah hujan yang tinggi di Kota Bogor.
Pada tapak ditemukan beberapa permasalahan, yaitu permasalahan visual yang rendah dan pelanggaran land use yang diakibatkan oleh pedagang kaki lima
di sepanjang pedestrian, penempatan fasilitas toilet umum di depan masjid, dan penempatan penitipan gerobak di sekitar lingkungan masjid. Selain itu, kondisi
penerangan malam yang rendah juga menjadi perhatian dalam perancangan untuk diperbaiki demi keamanan, kenyamanan, dan estetika tapak di waktu malam.
Kegiatan perancangan pada Kompleks Masjid Raya Bogor dilakukan dengan mengoptimalkan potensi-potensi tapak dan memperbaiki kualitas tapak yang
rendah.
5.2 Saran
Konsep ekoarsitektur direkomendasikan untuk diterapkan pada lanskap Masjid Raya Bogor pada tahap renovasi masjid yang akan dilaksanakan dalam
waktu dekat oleh Pemerintah Kota Bogor mengingat posisi masjid tersebut yang terletak di pusat Kota Bogor dengan kondisi tingkat polusi suara dan udara yang
tinggi. Kualitas penerangan perlu diperhatikan untuk keamanan, kenyamanan, dan estetika masjid. Dalam menetapkan kebijakan tata ruang, sebaiknya pemerintah
Kota Bogor lebih tegas terhadap pelanggaran ruang publik, terutama yang dilakukan oleh pedagang kaki lima di sepanjang jalur pedestrian di kawasan
sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati DO. 2005. Hubungan Penggunaan Lahan dan Ruang Terbuka Hijau dengan Suhu Udara Kota Cibinong Kabupaten Bogor. Laporan Praktik
Lapang. Departemen Geofisika dan Meteorologi. Fakultas MIPA. Bogor: Institut Pertanian Bogor
. Apsari J. 2007. Upaya Mengatasi Fenomena Urban Heat Island Studi Kasus: DKI
Jakarta. [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor
. Arnold HF. 1980. Trees in Urban Design.
New York: Von Nostrand reinhold Co Inc.
Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architecture Design. Illionis:
Waveland Press Inc. Branch MC. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif Terjemahan.
Yogyakarta: Erlangga.
Carpenter PL, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plant In The Landscape. San
Fransisco: W. H. Freeman and Co. Crowe S. 1981. Garden Design.
London: Packard Publ. Ltd. Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor. 1991. Toponimi Bogor.
http:www.cikalbogor.20m.comcatalog.html. [24 Februari 2008]. Direktorat
Bina Marga.
1991. Pemeliharaan
Rutin Tanaman
Jalan. http:www.pu.go.idditjen_prasarana20wilreferensinspmpetunjuk17.p
df. [21 Februari 2008]. Feriadi H, Frick H. 2008. Atap Bertanaman Ekologis dan Fungsional.
Yogyakarta: Kanisius. Frick H, Mulyani TH. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.
Frick H, Suskiyatno FXB. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.
Gold SM. 1980. Recreation Planing and Design. New York: Mc Graw-Hill Co.
Handayani S.
2010. Lansekap
dalam Arsitektur.
http:file.upi.eduDirektoriFPTKJUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTU R196609301997032-SRI_HANDAYANIBahan_Ajar_Mata_Kuliah_ Ars
Lansekap_2.pdf. [15 April 2011].
Hardjasoemantri K. 2000. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.