Plaza Masjid Kondisi Fisik dan Land Use Kawasan Masjid Raya Bogor

Menurut US Environment Protection Agency 2006, 1 m 2 atap bertanaman rumput dapat mengikat 0,2 kg partikel udara per tahun. Berdasarkan penelitian di Frankfurt, Jerman, kawasan perkotaan yang tidak ditanami vegetasi mempunyai kadar polusi udara yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10.000 sampai 20.000 partikel debu per liter udara, dibandingkan dengan kawasan yang mempunyai vegetasi, yaitu hanya 3.000 partikel debu per liter udara meskipun di wilayah yang sama.

4.2.5.3 Kualitas Suara

Kompleks Masjid Raya Bogor memiliki kualitas suara yang sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya suara bising dari mesin kendaraan dan suara klakson kendaraan yang setiap saat terdengar karena letak kompleks masjid berdekatan dengan jalan raya yang ramai. Guna mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penanaman pohon yang mampu menyerap suara bising di sekitar kompleks masjid dan sepanjang jalur jalan raya pada kawasan ini. Upaya penanaman pohon untuk menyerap suara bising dirasakan masih belum cukup, mengingat tingginya aktivitas di Jalan Raya Pajajaran dan sedikitnya ruang yang tersedia di Kompleks Masjid Raya untuk lahan terbuka hijau. Atap bertanaman green roof adalah instrumen yang tepat untuk mengurangi kebisingan pada Kompleks Masjid Raya Bogor. Lapisan tanah cenderung untuk meredam frekuensi rendah, sedangkan vegetasi mampu meredam frekuensi yang tinggi. Walaupun demikian, kemampuan atap bertanaman meredam kebisingan sangat dipengaruhi oleh kebocoran suara melalui lubang atap seperti lubang skylight dan atrium.

4.2.5.4 Kualitas Keamanan

Kualitas keamanan di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor terutama di Jalan Raya Pajajaran dan pedestrian, dinilai masih rendah khususnya bagi pejalan kaki. Solusi bagi rendahnya kualitas keamanan di jalan raya sekitar kawasan ini adalah dengan menempatkan jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki dan penempatan rambu lalu lintas. Adanya aktivitas pedagang kaki lima dan drainase terbuka di sepanjang pedestrian juga berakibat pada rendahnya tingkat keamanan tapak karena hanya menyisakan sedikit ruang bagi pejalan kaki. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan menertibkan pedagang kaki lima dan menutup permukaan saluran drainase tanpa menghilangkan fungsinya sebagai saluran sirkulasi air. Selain itu, minimnya titik lampu juga berakibat pada rendahnya kualitas keamanan pada malam hari sehingga diperlukan penambahan fasilitas penerangan yang cukup di sekitar kawasan ini demi keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dan pengendara.

4.2.5.5 Kualitas Penerangan

Secara keseluruhan kualitas penerangan di Kompleks Masjid Raya Bogor masih sangat rendah terutama di luar bangunan masjid. Hal ini dikarenakan minimnya fasilitas penerangan yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dan perbaikan fasilitas penerangan lampu jalan di sepanjang jalan raya dan jalur sirkulasi kendaraan serta penempatan lampu taman di area plaza dan sepanjang pedestrian. Selain itu, untuk menambah estetika pada malam hari night view, bangunan masjid dan kantor BAZ juga perlu menggunakan lampu sorot yang mengarah pada atap dan kubahnya.

4.2.5.6 Kualitas Iklim Mikro

Permasalahan iklim mikro di lingkungan perkotaan seperti halnya di Kompleks Masjid Raya Bogor yang memiliki struktur bangunan dan perkerasan yang mendominasi dan hanya sedikit ruang terbuka hijau berakibat pada penurunan kenyamanan termal bagi pengunjung. Kondisi demikian dapat diatasi dengan penempatan roof garden pada area plaza serta memanfaatkan ruang pada atap beton sebagai lahan untuk vegetasi green roof. Menurut Feriadi dan Frick 2008, hasil penelitian di Jepang memperlihatkan adanya pengaruh positif dari atap bertanaman terhadap bangunan melalui kemampuannya untuk memberikan perlindungan dari panas matahari dan meningkatkan kualitas udara dari lingkungan sekitarnya. Atap bertanaman dapat mengurangi panas akibat pemantulan kembali re-radiation dan hanya sekitar 20 persen dari energi matahari yang jatuh pada permukaan daun pepohonan yang akan dipantulkan kembali. Penghijauan pada atap bangunan tinggi dapat menciptakan keuntungan. Keuntungan tersebut dapat diukur secara kuantitatif, seperti keuntungan finansial yang diukur dengan uang, dan keuntungan kualitatif, seperti keuntungan dari aspek lingkungan, sosial, dan estetika.