Atap Bertanaman sebagai Bagian dari Desain Ekoarsitektur

Selanjutnya menurut Feriadi dan Frick 2008, kondisi iklim mikro berubah seiiring dengan berubahnya ketinggian suatu tempat. Suhu udara ekstrem dan angin yang bertiup lebih keras perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya. Bangunan sekitar akan mempengaruhi pola pergerakan angin seperti efek terowongan angin, membentuk bayangan atau memantulkan cahaya. Dengan demikian, kajian menyeluruh mengenai atap bertanaman dalam kaitannya dengan bangunan sekitarnya sangat diperlukan. Dalam beberapa segi tertentu, faktor yang kurang baik seperti angin dan kelebihan sinar matahari dapat diatasi oleh perencanaan yang matang. Orientasi atap bertanaman dapat mempengaruhi jumlah angin dan sinar matahari yang diperoleh. Bayangan yang disebabkan oleh bangunan sekitar turut menentukan jenis tanaman yang ditanam. Angin yang berlebihan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pengguna, merusak tanaman atau merobohkan pohon sehingga dalam penerapannya pelindung angin dan pengikatan tanaman dengan jangkar khusus mungkin diperlukan Feriadi dan Frick, 2008.

2.6 Desain Ekoarsitektur sebagai Solusi Masalah Lingkungan Kota

Menurut Feriadi dan Frick 2008, perbandingan antara lingkungan buatan dan lingkungan alam yang melewati ambang batas tertentu menimbulkan “iklim kota”. Peningkatan suhu iklim kota tersebut rata-rata 1 – 2 O C dan pada waktu malam dapat mencapai 6 O C. Ditambah dengan pencemaran yang meningkat, beban atau risiko atas kesehatan manusia meningkat pula. Tingkat kehangatan suhu dalam iklim kota pada siang hari naik di pusat kota, membubung di situ dan memadatkan partikel debu dan sebagainya. Dengan demikian, udara tercemar membentuk semacam kanopi kabut atau asap yang mengurangi sinar matahari langsung dan cahaya alamiah. Udara tercemar tersebut kemudian turun di pinggiran kota. Pada malam hari kanopi kabut tersebut mengurangi pemantulan suhu permukaan bumi ke angkasa, mengakibatkan meningkatnya suhu sampai 6 O C, dan menghalangi angin sejuk masuk ke dalam kota Feriadi dan Frick, 2008. Selanjutnya menurut Feriadi dan Frick 2008, kanopi kabutasap dan peningkatan suhu di dalam kota terjadi berdasarkan argumentasipenalaran berikut: 1 kapasitas penyimpanan panas oleh gedung dan jalan yang seharusnya dipantulkan pada waktu malam terganggu oleh pencemaran udara; 2 penerimaan radiasi panas sinar maahari diperburuk oleh bahan pemantulan kaca, kendaraan, dsb dan oleh warna gelap jalan aspal hitam dsb; 3 kurangnya tanaman dan pepohonan yang memberi bayangan pada siang hari, sedangkan sebenarnya pepohonan berpotensi dapat menurunkan suhu di sekitarnya hingga 3 - 4 O C; 4 aliran air hujan yang melewati atap, jalan, saluran, dan sebagainya, biasanya langsung ke roil kota saluran pembuangan sehingga tidak dapat menguap di tempat yang sekaligus dapat menurunkan suhu setempat. Untuk mengurangi efek kanopi kabut dan iklim kota yang juga mempengaruhi kesehatan, penghuni harus mengusahakan hal-hal berikut: 1 mencegah emisi pengaruh pencemaran udara, bahan pengotor, kebisingan, radiasi, dsb.,atas manusia, hewan, dan tanaman; 2 memungkinkan gerakan sirkulasi udara dalam lingkungan kecil; 3 menciptakan taman kota, hutan kota, dan permukaan penyerapan air yang cukup luas; 4 menambah penghijauan di sekitar gedung lahan parkir dihijaukan dengan rumput, menanam tanaman peneduh, menghijaukan dinding luar kebun vertikal, dan menggunakan konstruksi atap bertanaman. Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota karena manusia dapat hidup erat dengan alam melihat tumbuhnya tanaman, burung, dan binatang lain, serta dapat mengerti fungsi ekosistem. Menurut Sasmita 2009, kota yang memiliki keteduhan dengan banyaknya pohon yang rindang dapat mengurangi secara tidak langsung lalu lintas kendaraan bermotor karena penduduk lebih bersedia berjalan kaki, serta kurang berkehendak untuk keluar kota atau ke tempat hiburan. Di samping hal-hal tersebut, penghijauan di lingkungan kota meningkatkan produksi oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, dan meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, kemudian menguap kembali. Dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi lereng terhadap tanah longsor.

2.7 Penerapan Teknik Sipil untuk Desain Ekoarsitektur

Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia. Salah satu cabang dari ilmu teknik sipil yang diperlukan dalam merancang suatu kawasan ekoarsitektur adalah teknik sipil struktural, yaitu cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari beberapa pilihan jenis material, seperti baja, beton, kayu, kaca, atau bahan lainnya. Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut Dalam bidang ini dipelajari lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur bangunan, jalan, jembatan, green roof, terowongan dari pembangunan pondasi, hingga bangunan siap digunakan.

2.8 Pemodelan Digital Piranti lunak software berfungsi sebagai alat bantu untuk keperluan

gambar teknik agar suatu gambar lebih cepat dan mudah dikerjakan, lebih akurat, dan lebih baik kualitas gambarnya secara visual. Ada dua jenis gambar teknik yang umum digunakan, yaitu gambar dua dimensi 2D yang berfungsi sebagai gambar kerja panduan pelaksana dengan piranti lunak AutoCad, PhotoShop, atau CorelDraw. Jenis yang kedua adalah gambar tiga dimensi 3D. Gambar jenis ini bersifat memiliki kedalaman ruang sehingga walaupun hanya dalam bentuk gambar pada bidang kertas, gambar tersebut memudahkan dalam visualisasi bentuk dan ruang dari berbagai arah, bahkan dari dalam ruangan Thabrani, 2007. Piranti lunak dalam pemodelan 3D yang dapat digunakan adalah 3D Studio Max, SketchUp, Maya, Bryce, dan Piranesi. Pilihan bergantung pada kebutuhan dan keahlian pengguna software, tetapi yang umum dan popular digunakan dalam pemodelan tiga dimensi adalah piranti lunak 3D StudioMax. Kemampuan piranti lunak 3D StudioMax tidak hanya untuk keperluan pemodelan 3D, juga terdapat material, pencahayaan, serta membuat simulasi gerakan animasi sehingga model dapat dipresentasikan secara foto Thabrani, 2007.