Tata Guna Lahan Sintesis

4.2.4.8.1 Pedestrian

Aktivitas pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor menjadi permasalahan utama yang perlu dicarikan solusinya. Aktivitas pedagang kaki lima ini berakibat pada penyempitan jalur pedestrian yang mengganggu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dan juga mengakibatkan penurunan kualitas visual kawasan masjid karena menyebabkan kawasan ini terlihat kotor. Oleh karena itu, diperlukan penertiban pedagang kaki lima dengan merelokasi kegiatan mereka ke tempat lain. Permasalahan lain pada jalur pedestrian ini adalah paving pada pedestrian banyak yang sudah mengalami kerusakan akibat kegiatan pedagang kaki lima dan sistem infiltrasi air yang kurang lancar pada tapak yang mengakibatkan penurunan kualitas paving. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan perbaikan dan sistem pemasangan paving dengan daya infiltrasi yang tinggi, dengan pemilihan bahan yang tepat dan memperbaiki sistem drainasenya. Saluran drainase terbuka pada sisi barat pedestrian perlu ditutup bagian permukaannya tanpa mengganggu fungsinya karena saluran drainase terbuka dapat mengganggu keamanan pejalan kaki. Standar untuk lebar pedestrian ini sebaiknya mengikuti keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 yang menyebutkan persyaratan ukuran lebar trotoar atau jalur pedestrian berdasarkan lokasi Tabel 3. Tabel 3 Persyaratan Ukuran Lebar Trotoar atau Jalur Pedestrian Berdasarkan Lokasi Lokasi Trotoar Lebar Trotoar Minimum Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima 4 meter Daerah perkantoran utama 3 meter Daerah Industri : Jalan primer 3 meter Jalan akses 4 meter Di wilayah pemukiman Jalan primer 2,75 meter Jalan sekunder 2 meter Sumber: Menteri Perhubungan 1993

4.2.4.8.2 Jalan Raya Pajajaran

Fungsi Jalan Raya Pajajaran sebagai jalan arteri dengan lalu lintas yang padat belum diimbangi dengan fasilitas yang memadai, terutama fasilitas keamanan bagi pejalan kaki yang berlalu lalang menyeberang keluar masuk Kompleks Masjid Raya Bogor. Fasilitas zebra cross yang tersedia belum cukup memberikan jaminan keamanan bagi penyeberang jalan karena posisi zebra cross tidak pada jarak pandang yang cukup bagi pengendara, ditambah pula dengan tidak adanya rambu lalu-lintas sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan. Penempatan Zebra cross harus ditempatkan di lokasi dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas, dan arus pejalan kaki yang relatif rendah agar tidak mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan bermotor. Alternatif lain untuk penyeberangan jalan adalah dengan menyediakan jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki karena lebih aman bagi pejalan kaki tersebut.

4.2.4.8.3 Markaz Islam Bogor

Kurang termanfaatkannya lahan di bagian samping dan belakang gedung ini dinilai perlu diatasi dengan penataan lanskapnya, terutama penempatan vegetasi untuk mengisi kekosongan lahan. Penataan lanskap tersebut akan meningkatkan nilai estetika dan kenyamanan.

4.2.5 Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan tapak yang tinggi dapat menjadi potensi untuk kegiatan pengunjung. Akan tetapi, beberapa kualitas lingkungan yang buruk perlu dicarikan solusi dan alternatifnya untuk menunjang aktivitas pengunjung, terutama dalam beribadah dan rekreasi, agar identitas tapak tampak sebagai pusat kegiatan keislaman di Kota Bogor.

4.2.5.1 Kualitas Visual

Koridor masjid memiliki potensi pemandangan yang baik good view. Pemandangan Gunung Salak jelas terlihat dari area ini sehingga berakibat pada tingginya aktivitas pengujung. Namun, tingginya aktivitas pengunjung yang duduk-duduk dapat mengganggu fungsi awal dari koridor itu sendiri, yaitu sebagai jalur sirkulasi manusia yang berlalu-lalang dari area ground floor ke masjid atau