52
BAB IV ANALISIS TEMUAN TEKS DAN INTERPRETASI
Kontroversi mengenai upaya pelegalan daging anjing di Jakarta di angkat oleh media online Republika dan Kompas secara bersamaan. Meskipun
kedua media online ini sama-sama mengangkat berita tentang upaya pelegalan daging anjing di Jakarta tetapi dari segi pembingkaian seperti, pemilihan
narasumber, judul dan penekanan kalimat memperlihatkan secara jelas perbedaan ideologi kedua media tersebut.
A. Pembingkaian berita di Republika Online
Penelitian ini membandingkan dua media massa tersebut dari sisi sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Judul berita dari Republika Online
yang di gunakan menjadi dasar untuk analisis “Ahok Akan Legalkan Daging Anjing, NU: Melukai Umat Islam”, diterbitkan pada tanggal 30
September 2015, 10:48 WIB. Berikut penjelasannya:
1. Sintaksis
Tabel 4.1 Analisis Sintaksis dari Republika
Online Struktur
Unit Teks
Keterangan
Sintakis Headline Ahok Akan Legalkan Daging
Anjing, NU: Melukai Umat Islam
Judul
Lead Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok
berupaya melegalkan peredaran daging anjing di Jakarta. Itu
dilakukan dengan upaya penerbitan Peraturan Gubernur
Pergub yang khusus mengatur tentang peredaran daging anjing
di Jakarta. Latar
Pertentangan dari Ketua Presidium Kaukus Perempuan
Muda NU Susianah Affandy terhadap upaya Gubernur DKI
Jakarta dalam menerbitkan Peraturan Gubernur yang
khusus mengatur tentang peredaran daging anjing di
Jakarta
Paragraf 1
Kutipan “Jadi, halal saja tidak cukup.
Selain halal harus baik,” katanya, Rabu 309.
“Apalagi daging anjing yang jelas haram, kalau peredaran
daging anjing dilegalkan, kebijakan itu akan melukai umat
Islam,” ujar Susianah.
Paragraf 2
Paragraf 3
Sumber Ketua
Presidium Kaukus Perempuan Muda NU Susianah
Affandy Pernyataan Ketua Presidium Kaukus
Perempuan Muda NU Susianah Affandy mengatakan, dalam
Islam pedoman untuk mengosnsumsi makanan
prinsipnya halalan toyiban. Artinya, makanan yang
dikonsumsi harus halal dan baik
Dia mencontohkan, ayam tiren itu ayamnya halal. Namun,
karena mati kemarin ayamnya tidak baik, ayam tiren tak boleh
dikonsumsi.
Logikanya, terang Susianah, tidak dilegalkan saja banyak
beredar makanan haram dan tak layak konsumsi.
Paragraf 2
Paragraf 3
Paragraf 4
Penutup Logikanya, terang Susianah,
tidak dilegalkan saja banyak beredar makanan haram dan tak
Paragfraf 4
layak konsumsi. Apalagikalau peredaran daging anjing
dilegalkan dengan regulasi, akan makin banyak beredar
Dilihat dari struktur sintaksis, Republika Online mengangkat berita mengenai upaya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
yang ingin mengeluarkan Peraturan Gubernur terkait peredaran daging anjing di Jakarta. Dengan judul “Ahok Akan Legalkan Daging Anjing,
NU: Melukai Umat Islam”. Headline
berita dalam Republika Online cenderung
menggambarkan seakan-akan Ahok ingin melegalkan daging anjing terlihat jelas dari penggunaan judul ini langsung disertai tanggapan
negatif dari NU yang tidak setuju dengan rencana Ahok. Dapat dilihat dari kalimat Headline ini menggambarakan “Ahok akan legalkan
daging anjing, NU: Melukai umat Islam”. Judul ini seolah-olah membawa pembaca beranggapan bahwa Ahok akan melegalkan
daging anjing. Mungkin sebagian pembaca yang hanya membaca judul berita tanpa membaca isinya beranggapan Ahok akan melegalkan
dalam arti legal untuk dikonsumsi, karena pada kalimat “Ahok akan legalkan daging anjing” tidak disertai alasan Ahok melegalkan daging
anjing. Apakah untuk konsumsi atau untuk peredarannya.Ini merupakan salah satu strategi Republika Online dalam mengkonstruki
berita. Lead yang digunakan Republika Online ialah tentang upaya
Ahok melegalkan peredaran daging anjing di Jakarta. Upaya tersebut