Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

fakta Metafora, Pengadaian Grafik Keempat struktur tersebut merupakan rangkaian yang dapat menunjukan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut, yaitu: a. Sintaksis Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian susunan dan bagian berita headline, lead, latar informasi, sumber, dan penutup dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa. Headline merupakan aspek sintaksis dan wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita. Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang di pakai di bandingkan bagian berita. Headline di gunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk menunjukkan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk menunjukkan adanya jarak perbedaan. Lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar yang dipilih ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Karena itu latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa. Kutipan sumber, dalam bagian penulisan berita di maksudkan untuk membangun objektivitas-prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Bagian ini juga menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu. pengutipan sumber ini menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang di hubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang. 18 b. Skrip Skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Menulis berita dapat di samakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau kisah fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pada cara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi. Karenanya peristiwa diramu dengan mengaduk unsur emosi, menampilkan peristiwa tampak sebagai sebuah kisah dengan awal, adegan, klimaks dan akhir 18 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 296. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H – who, what, when, where, why, how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting. Misalnya, wartawan menulis mengenai demonstrasi mahasiswa, di beritakan mahasiswa melempar aparat keamanan sehingga puluhan aparat luka-luka. Taruhlah dalam berita itu ada unsur who mahasiswa, what pelemparan batu, where tempat kejadian, when tanggal kejadian, dan how bagaimana kronologi pelemparan batu, tetapi dalam berita itu tidak ada unsur why mengapa mahasiswa melempar maka makna berita itu akan menjadi lain. Dengan cara bercerita semacam ini khalayak di suguhi informasi bahwa mahasiswa berbuat anarkis, atau pelemparan tersebut menyebabkan bentrokan demonstrasi. Tetapi jika dalam berita tersebut ada unsur why, makna yang ditekankan kepada publik adalah mahasiswa melepar batu karena terdesak oleh aparat, dan mahasiswa menggunakan batu hanya sebagai sarana pertahanan menghadapi kekerasan aparat. 19 c. Tematik Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan. Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan pernyataan bagaimana peristiwa itu 19 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 299. dibuat oleh wartawan. Maka struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Di antaranya adalah koherensi, merupakan pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi, sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Terdapat tiga macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Di tandai dengan penggunaan kata hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi penjelas. Kalimat yang satu dilihat sebagai penjelas kalimat lain. Pemakaian kata hubung “dan” atau “lalu”. Ketiga, koherensi pembeda. Kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari kalimat lain. Biasanya menggunakan kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”. 20 d. Retoris Struktur ini dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran. 20 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 301 Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan.Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri dari beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata “meningggal” misalnya, mempunyai kata lain seperti mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Dengan demikian pilihan kata yang digunakan tidak semata-mata karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap faktarealitas. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideologi tertentu. Selain lawan kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam berita, unsur grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain di bandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, penggunaan garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, karena ia menginginkan khalayak menaruh bagian lebih pada bagian tersebut. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus difokuskan. 21 21 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 304.

C. Konseptualisasi Pemberitaan

1. Definisi Berita

Mitchel V. Charnley dalam bukunya reporting edisi III Holt- Reinhart Wiston, New York, 1975 Halaman 44 menyebutkan: “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. 22 Banyak para ahli lain yang mendefinisikan sebuah berita dengan beragam pendapat. Dari sekian macam pengertian itu, belum ada satu pun definisi yang menjadi patokan secara mutlak. Namun, sebagai pegangan, pengertian berita yang dapat dijadikan patokan secara mutlak. Namun, sebagai pegangan, pengertian berita dapat dikemukakan seperti berikut: Berita ialah laporan terkini tentang fakta atau pendapat atau ide terbaru yang aktual, benar, penting, atau menarik bagi khalayak dan disebarluskan melalui media masa periodik. Seperti surat kabar, televisi, radio, maupun media online atau internet.

2. Jenis-Jenis Berita

a. Jenis Berita Bedasarkan Jenis Peristiwa 1. Hard News Berita Berat yaitu berita tentang peristiwa yang di anggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. 2. Soft News Berita Ringan yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsa. 3. Intestigative Report Laporan Penyelidikan atau Investigasi yaitu jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di 22 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Roperter Profesional Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008, h. 2. permukaan, tapi harus dilakukan bedasarkan penyelidikan. Penyajian berita ini membutuhkan waktu lama. b. Jenis Berita Bedasarkan Sifat Kejadiannya 1. Berita di Duga, artinya peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti peringatan hari-hari bersejarah. 2. Berita tak Terduga, artinya peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan dan tidak diketahui sebelumnya. Seperti kecelakaan bus atau ledakan bom di suatu gedung. c. Jenis Berita Bedasarkan Lokasi Kejadian 1. Berita yang terjadi di tempat tertutup indoor news yaitu berita yang jenisnya masuk kategori berita ringan soft news, karen berita tersebut tidak sampai mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat, seperti berita tentang sidang kabinet. 2. Berita yang terbuka Outdoor News yaitu berita yang jenisnya masuk kategori berita berat hard news seperti, berita tentang kerusuhan. d. Jenis Berita Bedasarkan Isinya Di tinjau dari segi cakupan isinya, berita terdiri dari berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, kriminal, hukum, seni, olahraga, militer, teknologi dan sebagainya. 23

3. Nilai Berita

Nilai berita menjadi suatu ukuran berita atau yang bisa diterapkan yang menentukan berita itu layak untuk diterbitkan atau tidak. Nilai berita tersebut antara lain 24 : 23 Sudirman Tebba, Jurnalis Baru Ciputat: Kalam Indonesia , 2005, h. 56. a. Immediacy, biasa di sebut timelines, artinya terkait dengan kesegaran peristiwa , yang dilaporkan dari apa saja yang terjadi. b. Proximity, ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dengan keseharian hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita yang menyangkut kehidupan mereka. c. Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konseluensi. d. Conflict, peristiwa perang, demostran, atau kriminal merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. e. Oddity, peristiwa yang tidak bisa terjadi adalah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat. f. Sex, seks kerap menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis dan kriminal. g. Emotion, elemen emotion itu kadang dinamakan elemen human interest. Elemen ini meyangkutg kisah-kisah yang mengandung kepedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan dan humor. h. Prominence, elemen ini adalah unsur yang menjadikan dasar istilah “names make news”, nama membuat berita. Unsur keterkenalan menjadi incaran pembuat berita. i. Suspense, elemen ini menunjukan sesuatu yang ditunggu-tunggu, tahap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berita yang menyampaikan fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta dituntut masyarakat. 24 Septiawan Santana K, Jurnalisme Komtemporer Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 18-20. j. Progress, elemen ini merupakan elemen perkembangan peristiwa yang ditunggu masyarakat.

D. Tinjauan Islam Tentang Hukum Daging Anjing

Banyak hal yang diharamkan dalam agama Islam salah satu nya adalah mengkonsumsi daging anjing. Bukan hanya haram dikonsumsi memeliharanya pun di larang dalam Islam, kecuali memelihara anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu. Setiap yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah menghalalkan sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Seperti hal nya daging anjing yang diharamkan untuk dikonsumsi, dikarenakan dalam tubuh anjing terdapat cacing pita yang berbahaya bagi kesehatan. Hewan-hewan buas yang memiliki taring yang digunakan untuk berburu haram untuk dimakan. Makna yang digunakan untuk berburu adalah taringnya di jadikan sebagai alat untuk membunuh. Merobek-robek buruan dan memakannya. ِﺫ ﱢﻞُﻛ ِﻞْﻛَﺃ ْﻦَﻋ ﻰَﻬَﻧ َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ ﱠﻥَﺃ ،ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟﺍ َﻲِﺿَﺭ َﺔَﺒَﻠْﻌَﺛ ﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ ﻱ ِﻉﺎَﺒﱢﺴﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺏﺎَﻧ Dari Abu Tsa’labah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan semua binatang buas yang memiliki taring [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy] 24F 25 25 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Muttafaqun’Alaih Shahih Bukhari Muslim, Jakarta: Beirut, 2015 cet. 1, hal. 791.