Interpretasi ANALISIS TEMUAN TEKS DAN INTERPRETASI

realtime sebuah berita itu seberapa banyak dibaca.Kami bisa mengidentifikasi secara langsung oh berita ini laku banget. Nah berita-berita yang ramai biasanya kami jadikan headline untuk menarik perhatian public. Selain itu tentu saja berita-berita yang kami anggap punya dampak atau punya nilai berita yang sangat tinggi kami rasa public harus tau”. 15 Pemberitaan Kompas.com yang berjudul “Pemprov DKI Jakarta Bantah Akan Legalkan Daging Anjing Konsumsi” di tempatkan dalam headline karena berita ini memiliki nilai berita yang penting dan berita ini juga menjadi kontroversi dikalangan masyarakat. Selain headline yang dapat memperkuat isi berita adalah grafis. Elemen grafis biasanya muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. 16 Menurut pihak Republika Online grafis atau foto pada sebuah berita penting untuk menjadi support pada tulisan atau berita. Berikut kutipannya: 17 “Ukurannya sih kalo foto itu kan, jadi selama ini kan pemberitaan itu hanya pada teks ya, berita itu hanya berita tulis. Padahal pada faktanya kalo kita berbicara tentang online bahkan berita cetak berita itu tidak hanya pada teks tulis tapi juga pada gambar pada grafis juga, nah gambar dan grafis itu harus menjadi support dari tulisan itu. Jadi ketika ada tulisan tentang legalisasi anjing gambar harus semakin mendukung dari teks tulisan tersebut. Jadi kalo orang ketika membaca judul dengan melihat gambarnya aja udah kebayang oh ini beritanya tentang ini”. Berbeda dengan Republika Online, Kompas.com menilai grafis atau foto pada berita merupakan hal yang penting dan tidak 15 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. 16 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2002 , h. 306. 17 Wawancara Pribadi dengan Didi Purwadi, Asisten Redaktur Pelaksana ROL, Jakarta 9 Mei 2015. penting.Penting karena pembaca bisa mendapat gambaran tentang berita tersebut.Tidak pentingnya kalau gambar itu tidak mewakili dari isi berita. Berikut kutipannya: 18 “Penting dan tidak penting.Penting dalam artiaan bahwa foto itu bisa memberikan nilai tambah pada berita sehingga pembaca bisa mendapatkan gambaran secara real bagaimana situasi dilapangan atau juga foto memiliki arti orang jadi tau siapa sih yang ngomong.Misalnya ada seorang tokoh, pengamat atau anggota DPR lalu kita tampilkan tokohnya.Kalo engga kita tampilkan fotonya orang gatau yang namanya Fadli Zon tuh kaya gimana sih. Nah kalo ada gambarnya orang akantau Fadli Zon itu seperti apa. Kalau tidak pentingnya contohnya gambar itu tidak mewakili dari isi berita atau misalnya kita tidak ada stockgambar untuk mewakili isi berita, mendingan kita gausah memakai gambar karena tidak sesuai dengan isi beritanya”. Namun dalam berita yang berjudul“Pemprov DKI Jakarta Bantah Akan Legalkan Daging Anjing Konsumsi” di Kompas.com tidak menampilkan unsur grafis atau gambar. Pihak Kompas.com mengatakan bahwa ia tidak memiliki stock foto dari narasumber tersebut. Berbeda dengan Republika Online, menurut kompas.com tidak pas apabila berita tersebut di cantumkan gambar anjing. Berikut kutipannya : 19 “Kemungkinan karena ga nemu orangnya atau kalo seandainya di kasih ilustrasi anjing kok kayanya engga pas. Ini sepertinya kami engga punyastock foto yang mewakili berita”. Pemberitaan yang diangkat oleh kedua media online tersebut membahas sebuah peristiwa yang memiliki inti persoalan yang sama yaitu mengenai tanggapan dari wacana Gubernur DKI Jakarta yang berupaya 18 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. 19 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. menerbitkan peraturan daerah tentang peredaran daging anjing di Jakarta. Walaupun terdapat kesamaan dalam inti permasalahan, tapi media ini bisa saja mengkontruksi berita tersebut dengan cara yang berbeda. Peristiwa tentang pelegalan daging anjing di Jakarta dimaknai oleh kedua media tersebut secara berbeda. Republika melihat bahwa pergub tersebut tidaklah perlu karena apabila daging anjing dilegalkan dengan regulasi, akan makin banyak beredar. Menurut pihak Republika Online Pergub baru atau aturan baru itu bisa menimbulkan kekhawatiran diwarga muslim soal peredaran daging anjing itu sendiri. Berikut kutipannya : 20 “Tidak krusial menurut saya karena alasan Ahok untuk membatasi tingkat rabies di DKI padahal faktanya Ahok sendiri bilang bahwa tingkat rabies di DKI sudah menurun. Artinya kan pengawasan terhadap peredaran daging anjing itu udah bisa dilakukan. Artinya aturan yang sudah berlaku sudah bisa diterapkan.Jadi tidak perlu ditambahkan Pergub baru atau aturan baru itu bisa menimbulkan kekhawatiran diwarga muslim soal peredaran daging anjing itu sendiri”. Berbeda dengan Republika Online, Kompas.com menilai pergub tersebut bisa baik bisa tidak karena apabila tidak ada peraturan yang memayungi ini, nanti pengawasan terhadap masuknya anjing dari luar kota ke Jakarta menjadi sulit. Berikut kutipannya : 21 “Kami sih netral-netral aja.Kami tidak dalam posisi mendukung atau tidak mendukung. Kami hanya menyampaikan apa yang menjadi wacana dan apa yang kemudian di putuskan oleh Pemprov DKI. Menurut kami sendiri kebijakan itu bisa baik bisa tidak.bisa baik dalam pengertian itu betul harus di awasi peredaran rabiesnya ini.Karena kalau tidak ada peraturan yang 20 Wawancara Pribadi dengan Didi Purwadi, Asisten Redaktur Pelaksana ROL, Jakarta 9 Mei 2015. 21 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. memayungi ini, nanti pengawasannya menjadi sulit.Maka dari itu kami melihat baik.Kami tidak mengambil posisi mendukung atau tidak, kami melihat ada sesuatu yang positif dari pemberitaan itu.Kami netral”. Meskipun menurut Kompas.com peraturan tersebut bisa berdampak baik, namun Kompas.com menegaskan bukan berati Kompas.com mengambil posisi mendukung, Kompas.com tetap netral. Sebuah berita juga harus terdapat unsur objektifitas dalam memberikan informasi yang akurat.Dalam hal ini pemilihan narasumber untuk dijadikan unsur kutipan harus narasumber yang berkaitan dengan pemberitaan.Republika Online mengatakan narasumber yang di ambil selain harus sesuai dengan berita narasumber pun di ambil dari berbagai macam segi. Berikut kutipannya : 22 “Pasti ada penentuan. Maksutnya ketika misalkan kasus leglalisasi daging anjing maka narsum yang kita ambil yang sesuai dengan isu kita. Misalkan dari DPRD gimana tanggapannya, tanggapan dari Umat Muslim dan tokoh-tokoh agama karena kan ini berkaitan degan daging anjing yang diharamkan oleh Islam. Ketika kita ambil isu ini kita coba megambil dari berbagai macam segi.Itu yang menentukan siapa narsum yang akan kita ambil”. Pada berita ini narasumber yang diambil hanya satu narasumber yaitu Ketua Presidium Muda NU Susianah Affandy yang dengan tegas menolak wacana pergub tersebut. Alasan Republika Online hanya mengambil satu narasumber karena berita ini merupakan hot topic atau berita yang muncul hingga berhari-hari dan pada setiap beritanya di ambil narasumber yang berbeda-beda. Berikut kutipannya : 23 22 Wawancara Pribadi dengan Didi Purwadi, Asisten Redaktur Pelaksana ROL, Jakarta 9 Mei 2015. 23 Wawancara Pribadi dengan Didi Purwadi, Asisten Redaktur Pelaksana ROL, Jakarta 9 Mei 2015. “Karena ini Hot Topic jadi isu ini berhari-hari.Misalnya pada hari pertama kita narsum nya dari tokoh-tokoh umat Islam itu kita ga hanya ngambil dari NU.Misalnya ada tiga reporter.Oke kamu garap dari NU nya, kamu dari Muhamadiyah nya bahkan dari tokoh-tokoh muslim yang di luar dari NU dan Muhamadiyah”. Sedangkan menurut Kompas.com menentukan narasumber harus kompeten dan kredibel terhadap wacana yang sedang kita beritakan. Berikut kutipannya : 24 “Ketentuannya umum.Pada sebuah peristiwa bukan hanya ini kita menentukan narasumber pasti kompeten, terkait dan kredibel terhadap wacana yang sedang kita beritakan intinya itu”. Dalam memilih narasumber Kompas.com juga memilih narasumber yang bersifat netral tidak condong kesana dan tidak condong kesini.Apabila condong, Kompas.com hanya ingin kecondongannya terhadap kebenaran. Berikut kutipannya: 25 “Kami melihat orang-orang yang mempunyai cara pandang objektif pada sebuah peristiwa. Biasanya kalau kita kenal dengan banyak narsumber kita bisa tau kecondongan orang ini begini, orang itu begitu.Maka terhadap sebuah peristiwa lalu kita memilih yang benar-benar bisa memberikan pendapat yang objektif.Kami engga ingin pemberitaan kami itu condong kesini, condong kesana.Kalaupun condong pada hal tertentu kami ingin condongnya pada kebenaran.Pada objektivitas sehingga publik dapat mendapatkan informasi yang benar”. Cara Republika membentuk frame yang dibuat dengan menceritakan alasan-alasan mengapa pergub itu harus dibatalkan. Hal tersebut didukung dengan pemilihan judul , narasumber dari NU yaitu 24 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. 25 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. organisasi Islam besar di Indonesia, dan isi berita yang di sampaikan Republika Online. Pada bagian ini Republika Online melakukan penekanan pada judul berita yaitu “Ahok Akan Legalkan Daging Anjing, NU: Melukai Umat Islam” yang menekankan bahwa umat Islam akan terluka apabila pergub tersebut diterbitkan, selain itu Republika Online menjelaskan dampak apabila pergub tersebut di terbitkan. Tidak seperti Republika Online, Kompas.com menggunakan frame berita yang menceritakan tujuan-tujuan dari pergub tersebut. Hal tersebut didukung dengan dengan pemilihan judul, narasumber yang berasal dari Pemprov DKI, dan isi berita yang disampaikan. Pada bagian ini Kompas.com mencoba mengklarifikasi berita-berita yang beredar sebelumnya.Dengan menggunakan judul “Pemprov DKI Jakarta Bantah Akan Legalkan Daging Anjing Konsumsi” Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan KPKP membantah bahwa peraturan gubernur ini bermaksud melegalkan daging anjing untuk konsumsi.Dan pada kesempatan berbeda Kompas.com juga mengambil pernyataan dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang mengklarifikasi maksud dari Pergub ini. Setiap media memiliki ideologi yang berbeda.Ideologi media mengandung pengertian ideologi yang dimiliki oleh media sebagai sebuah institusi atau yang menjadi landasan hidup media. 26 Republika Online sendiri menganut ideologi nasionalis bukan media agama.Meskipun dalam Republika terdapat rubrik-rubrik agama. Berikut kutipannya: 27 26 Udi Rusadi, Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan MetodeDepok: PT Rajagrafindo Persada, 2015, cet ke-1, h. 82. 27 Wawancara Pribadi dengan Didi Purwadi, Asisten Redaktur Pelaksana ROL, Jakarta 9 Mei 2015. “Kalau bicara ideologi ya banyak pembaca yang mengaitkan bahwa media Republika itu ideologi nya Islam.Tapi sejak pendiriannya ketika Parni Hadi mengumumkan pendirian Republika secara tegas menjelaskan bahwa Republika adalah media umum atau media nasionalis bukan media agama. Banyak nya rubrik-rubrik Islam karena latar belakang kita pembacanya adalah muslim. Jadi, kita coba mengakomodir kepentingan- kepentingan umat Islam.Jadi, bukan berati kita media Islam. Karena kalau kamu bandingkanporsi berita Nasional dengan berita keislaman, gak misalkan 90 berita Islam tapi hampir seimbang”. Tidak jauh berbeda dengan Republika, Kompas.com juga memiliki ideologi nasionalis disamping itu kebenaran,tidak berpihak dan objektivitas juga menjadi ideologi dari kompas.com. Berikut kutipannya: 28 “Kebeneran, independensi, objektivitas, tidak berpihak kepada satu kelompok.Ideologi nya lebih nasionalis, prularis, demokrasi, universalitas, keberagaman, kemanusiaan”. Kedua media tersebut mempunyai ideologi yang sama yaitu nasionalis. Meskipun banyak yang menyangka bahwa Republika mempunyai ideologi Islam karena didalam nya terdapat rubrik-rubrik Islami tetapi sejak pendiriannya Parni Hadi menegaskan bahwa Republika adalah media umum atau media nasionalis bukan media agama.Begitupun dengan Kompas.com yang memiliki ideologi nasionalis selain itu tidak berpihak artinya Kompas.com adalah media netral yang sifatnya tidak mendukung kepada satu pihak. Dalam berita yang disajikan biasanya media mengarahkan pembacanya kepada kesimpulan pro atau kontra. Dalam berita “Ahok 28 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. Akan Legalkan Daging Anjing, NU: Melukai Umat Islam” Republika Onlinemengarahkan pembaca pada kesimpulan kontra terhadap wacana Gubernur DKI Jakarta yang akan menerbitkan Pergub terkait peredaran daging anjing di Jakarta. Berikut kutipannya: 29 “Ya jelas, jadi kan ketika kita menetapkan isu ini kita sudah tau nih isu ini mau dibawa kemana nih. Nah target kita menggagalkan pergub tersebut. Artinya kan kalo seandainya Ahok jadi menerbitkan peraturan daging anjing berbahaya bagi umat Islam. Ketika umat Islam ke pasar ingin membeli daging sapi ternyata beli daging anjing kan sangat berbahaya sekali”. Berbeda dengan Republika Online yang ingin menggagalkan Pergub tersebut.Kompas.com lebih menyajikan berita ini secara objective, Kompas.com tidak dalam posisi medukung ataupun menolak kebijakan tersebut.Kompas.com lebih dalam posisi netral. Berikut kutipannya: 30 “Kami menyajikan objective, seluruh pandangan yang menyeluruh terhadap persoalan ini”. Berita yang disajikan kepada masyarakat merupakan hasil dari proses panjang kontruksi yang dilakukan oleh para pekerja media. Republika Online dan Kompas.com menggunakan judul demikian untuk mengkontruksi pembaca. Jadi, baik Republika Online maupun Kompas.com memandang suatau peristiwa dengan menggunakan bahasa dan cara yang berbeda. Selain itu narasumber yang di ambil dalam berita tersebut sangatlah berbeda, Republika Online mengambil narasumber dari NU yang kita tahu bahwa NU adalah organisasi Islam besar di Indonesia, narasumber tersebut di pilih sesuai dengan latar belakang Republika. 29 Wawancara Pribadi dengan Didi Purwadi, Asisten Redaktur Pelaksana ROL, Jakarta 9 Mei 2015. 30 Wawancara dengan Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 20 Mei 2016. Sedangkan berita di Kompas.com mengambil narasumber dari Pemprov DKI Jakarta, narasumber ini di ambil sesuai dengan sikap Kompas.com yang netral dan tidak berpihak terhadap berita yang di tulis. Pemilihan narasumber pun menjadi salah satu strategi Republika Online dan Kompas.com mengkontruksi berita. Selain penggunaan bahasa dan pemilihan narasumber, proses kontruksi sosial media massa juga sangat terkait oleh ideologi yang dimiliki oleh masing-masing media. Kita mengetahui bahwa Republika Online dan Kompas.com adalah media online yang sama-sama memiliki ideologi nasionalis.Tetapi, opini publik yang berkembang pada masyarakat yang menganggap Republika Online adalah media yang beraliran Islami.Ini dilihat dari sejarah dan latar belakang berdirinya media tersebut, serta bayaknya rubrik Islami yang terdapat dalam Republika Online. Republika berdiri atas dasar pemikiran dari ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI.Hal ini yang membuat Republika dalam berita pelegalan daging anjing di Jakarta lebih condong kontra atau menolak rencana Gubernur DKI Jakarta dalam menerbitkan Pergub tentang peredaran daging anjing di Jakarta.Sedangkan Kompas.com selain berideologi nasionalis juga tidak berpihak kepada satu kelompok. Hal ini membuat Kompas.com dalam berita pelegalan daging anjing di Jakarta lebih condong pro terhadap rencana Pergub tersebut, meskipun Kompas.com menegaskan iatidak memposisikan pro atau kontra dalam berita ini, namun menurutnya ada sesuatu yang positif dari Pergub tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan media mengkontruksi berita dengan berbagai cara agar masyarakat melihat berita tersebut melalui pandangan yang berbeda sesuai dengan cara pandang media. Republika Online dan Kompas.com tanpa bisa di hindari sangat dipengaruhi oleh ideologi media yang memiliki sudut pandang tersendiri terhadap rencana Gubernur DKI Jakarta dalam menerbitkan Pergub tentang peredaran daging anjing di Jakarta. Sudut pandang yang berbeda inilah yang akanmembuat hasil kontruksi media dalam membahas sebuah isu yang sama menjadi terlihat berbeda. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pada setiap media. Disini, baik Republika Online maupun Kompas.com memandang peristiwa ini dengan cara yang berbeda, melakukan kontruksi dengan cara mereka sendiri, dan menghasilkan hasil pemaknaan yang berbeda. 95

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan pembahasan yang telah di uraikan oleh penulis mengenai analisis framing yang di gunakan untuk menganalisis teks media dalam mengemas berita upaya pelegalan daging anjing di Jakarta di media online Republika dan Kompas.com pada tanggal 30 September 2015, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berita yang dikemas Republika Online terkait upaya pelegalan daging anjing di Jakarta lebih menekankan kepada penolakan pergub tersebut. Hal itu terlihat dari berita yang di muat pada tanggal 30 September 2016 pukul 10:48 WIB. Dari berita tersebut, Republika Online memperlihatkan pandangannya mengenai dampak negatif apabila Pergub tersebut di terbitkan akan mengkhawatirkan umat Islam. Karena tidak di legalkan saja banyak makanan haram yang beredar, di khawatirkan apabila peredaran daging anjing dilegalkan dengan regulasi, maka daging anjing yang pada dasarnya haram akan makin banyak beredar. 2. Republika Online dalam berita upaya pelegalan daging anjing di Jakarta mengarahkan pembaca terhadap satu kesimpulan yaitu kontra terhadap rencana Pergub ini. Karena target dari penetapan berita ini dalam Republika Online yaitu untuk menggagalkan Pergub tersebut. 3. Sedangkan pengemasan berita yang dilakukan Kompas.com terkait berita upaya pelegalan daging anjing di Jakarta lebih menekankan kepada klarifikasi dari opini yang beredar akan ada pelegalan daging anjing yang terkait adanya rencana peraturan gubernur pergub yang mengatur daging anjing konsumsi.. Hal itu terlihat dari berita yang di muat pada tanggal 30 September 2016 pukul 11:14 WIB. Dari berita tersebut, Kompas.com memperlihatkan pandangannya mengenai dampak positif apabila Pergub tersebut di terbitkan yaitu untuk mencegah penyakit rabies di Jakarta. 4. Berbeda dengan Republika Online yang mengarahkan pembaca kepada satu kesimpulan kontra, Kompas.com menyajikan berita ini objektif dan tidak memihak atau netral. Meskipun tidak dalam posisi mendukung atau tidak mendukung tetapi Kompas.com melihat ada sesuatu yang positif dari pemberitaan upaya pelegalan daging anjing di Jakarta

B. Saran

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis framing terkait pemberitaan upaya pelegalan daging anjing di Jakarta oleh Republika Online dan Kompas.com, penulis mempunyai beberapa saran untuk media online Republika dan Kompas serta bagi pembaca. Adapun saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Media massa khususnya Republika Online dan Kompas.com hendaknya dalam memberikan informasi kepada khalayak bersifat objektif, tidak berpihak atau netral sehingga tidak membawa pembaca pada perdebatan dan konflik. 2. Bagi khalayak seharusnya menjadi subjek yang aktif dalam menerima informasi yang di kontruksi oleh media massa, sehingga tidak terjebak dalam prasangka sosial yang berujung pada konflik. 3. Republika Online dan Kompas.com sebagai saluran komunikasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat luas, diharapkan dapat menjalankan fungsi yang dapat memberi wawasan dan pengetahuannya terhadap masyarakat sebagai sarana pendidikan yang positif. Daftar Pustaka Buku: Al-Utsaimin, M. B. 2014. Halal Haram Dalam Islam. Jakarta: Ummul Qura. Baqi, M. F. 2015. Muttafaqun Alaih Shahih Bukhari Muslim. Jakarta: Beirut. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi :TeoriParadigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2007 Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Bungin, Burhan. Kontruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Kritik Terhadap Peter L. Berger Serta Thomas Luckmann , Jakarta: Kencana, 2008. Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik media, Yogyakarta : LKiS, 2002. Fahri, Arfian. 2013. “Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam Pada Surat Kabar Nasional Media Indonesia Dan Republika” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi ,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hamad, I. 2004. Kontruksi Realitas Politik Dalam Media Massa. Jakarta: Granit. Kriyantono, R. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muda, D. I. 2008. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rohmayni, Suci. 2013. Analisis Framing Konflik Muslim Rohingnya Pada Harian Republika. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi ,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rusadi, U. 2015. Kajian Media Isu Ideologis Dalam Prespektif, Teori dan Metode. Depok: PT. Rajagrafindo Persada. Sasongko, Aji. 2015. Bingkai Pemberitaan Penyergapan Terorisme Ciputat Studi Komparasi Berita di Liputan6.com dan Tempo.co. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi ,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sobur, A. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Anlisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Swasti, Wandita Gita. 2010. Pembingkaian Berita Mengenai Krisis Toleransi Antar Umat Beragama di Harian Republika Analisis Framing Berita Tentang Izin Pendirian Rumah Ibadah. kripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Tebba, S. 2005. Jurnalis Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. Zamroni, Mohammad , Filsafat Komunikasi Pengantar Ontologis, Epistimologis, Aksiologis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Website : Profil Republika Online www.republika.co.id Profil Kompas.com http:inside.kompas.com Berita di Kompas.com dengan judul “Pemprov DKI Jakarta Bantah Akan Legalkan Daging Anjing Konsumsi pada tanggal 30 September 2015 pukul 11:14 WIB.