5.4.1 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Persepsi terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat
Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau
permasalahan tertentu seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan dan pengetahuan Budiarti 2011. Faktor-faktor
internal yang berhubungan dengan persepsi, yaitu: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan
keluarga dan pendapatan rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan pengujian korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil pengujian
dengan menggunakan Rank Spearman, maka didapatkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi persepsi petani pada hutan rakyat monokultur dan campuran,
yang disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Hubungan faktor internal dengan persepsi petani hutan rakyat
menggunakan uji Spearman Faktor Internal
Persepsi Petani Hutan Rakyat HR Monokultur
HR Campuran Koefisien
Korelasi Peluang
Koefisien Korelasi
Peluang Umur
-0,063 0,743
0,061 0,751
Tingkat pendidikan 0,456
0,011 0,132
0,488 Pengalaman bertani
-0,013 0,945
-0,176 0,352
Pekerjaan pokok 0,332
0,073 0,234
0,214 Pekerjaan sampingan
-0,484 0,007
-0,174 0,358
Jumlah tanggungan keluarga 0,268
0,152 -0,250
0,182 Pendapatan rumah tangga
0,225 0,233
0,032 0,865
Keterangan : korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 2-tailed ; korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 2-tailed
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan korelasi Rank Spearman
, pada hutan rakyat monokultur faktor internal yang berpengaruh nyata terhadap persepsi adalah tingkat pendidikan dan pekerjaan sampingan. Hal ini
dibuktikan dengan nilai peluang 0,05 terima H1, sehingga terdapat hubungan antara variabel yang diuji.
Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang searah dan cukup kuat dengan tingkat persepsi sebesar 45,6 dengan nilai peluang nilai
α 0,0110,05 pada selang kepercayaan 95. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat persepsinya karena pengetahuan yang didapat akan semakin banyak, sehingga meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia. Pada hutan rakyat monokultur tingkat pendidikan petani lebih beragam dan lebih tinggi dibandingkan dengan hutan rakyat campuran, yaitu: terdapat
beberapa responden yang tingkat pendidikannya perguruan tinggi, sedangkan pada hutan rakyat campuran paling banyak responden tingkat pendidikannya
sekolah dasar dan tidak ada responden yang tingkat pendidikannya perguruan tinggi. Hal ini karena keadaan perekonomian pada hutan rakyat monokultur lebih
tinggi dibandingkan dengan hutan rakyat campuran sehingga mampu melanjutkan tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi.
Pekerjaan sampingan pada hutan rakyat monokultur memiliki nilai hubungan yang tidak searah karena bernilai negatif - dan hubungan yang kuat
dengan tingkat persepsi nilai koefisien korelasi sebesar 48,4 dengan nilai peluang
α 0,0000,05 pada selang kepercayaan 99. Hal ini berarti semakin banyak responden yang memiliki pekerjaan sampingan pada kegiatan non usaha
tani maka akan semakin rendah persepsinya karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya responden tidak mengandalkan hasil dari hutan rakyat, sehingga
keberadaan hutan rakyat tidak begitu berarti bagi kehidupan responden. Pada hutan rakyat campuran tidak ada faktor internal yang berpengaruh
terhadap persepsi petani, karena keberadaan hutan rakyat belum lama yaitu baru sekitar 7 tahun sehingga persepsi petani pada hutan rakyat campuran cenderung
dipengaruhi oleh faktor eksternal.
5.4.2 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Persepsi terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat