Jenis utama yang dikembangkan di hutan rakyat ini pada awalnya adalah pohon sengon Paraserianthes falcataria. Tapi setelah pohon sengon mulai
gampang terserang oleh hama penyakit, banyak petani yang berlalih untuk menanam pohon mahoni Swietenia mahagoni karena harga jualnya lebih tinggi.
Selain itu dalam pemeliharaan lahannya tidak terlalu sulit, petani tidak perlu repot-repot untuk membersihkan lahan karena jarang rumput yang tumbuh di
bawah tegakan mahoni akibat dari tumpukan daun mahoni yang tebal bisa menghambat pertumbuhan rumput. Sehingga komoditas utama yang
dikembangkan di hutan rakyat monokultur ini adalah pohon mahoni.
5.1.2 Hutan Rakyat Campuran
Hutan rakyat campuran adalah hutan rakyat yang di dalamnya terdiri dari lebih satu jenis pohon. Desa yang terpilih sebagai tempat penelitian untuk jenis
hutan rakyat campuran adalah Desa Karanglayung dengan luas hutan rakyat sebesar 60 ha. Hutan rakyat ini dikembangkan di atas lahan desa bukan lahan
milik pribadi karena hutan rakyat ini terbentuk melalui program penghijauan yang diadakan di desa tersebut. Pada awalnya sebelum hutan rakyat terbentuk lahan
yang terdapat di desa ini merupakan lahan desa yang terbengkalai yang dipenuhi oleh rerumputan dan alang-alang serta tanaman buah yang tidak terawat.
Pada tahun 2004 Dinas Perkebunan dan Kehutanan setempat melaksanakan program penghijauan dan mengubah lahan desa yang terbengkalai
menjadi hutan rakyat. Bibit pohon yang ditanam di hutan rakyat tersebut berasal dari Dinas Kehutanan setempat. Tujuan dari pembentukan hutan rakyat ini adalah
untuk menghijaukan lahan desa, karena ketika tidak ada hutan kondisi udara dan lingkungan disekitar menjadi panas dan kering. Selain itu untuk membantu warga
setempat yang mengalami kesulitan ekonomi. Setelah itu dibentuklah kelompok tani hutan rakyat dengan nama
kelompok Tani Bahagia II yang diketuai oleh Bapak Ujin Sutarji. Jumlah anggota kelompok tani tersebut sebanyak 43 orang. Hasil kayu yang didapat dari hutan
rakyat tersebut nantinya di bagi hasil dengan pemerintah desa karena tanah yang digunakan adalah tanah desa. Pembagian hasil tersebut adalah 30 dari hasil
penjualan kayu akan diberikan kepada pemerintah desa dan sisanya untuk petani.
Petani juga bisa menanami hutan rakyat tersebut dengan tanaman tumpang sari dan buah-buahan. Hasil dari tanaman tumpang sari ini sepenuhnya milik petani
dan pemerintah desa setempat tidak akan memungut hasil. Pada program penghijauan ini komoditas tanaman utama yang diberikan
adalah jati Tectona grandis dan mahoni Swietenia mahagoni. Selain itu pemerintah juga memberikan tanaman tumpang sari yaitu kelapa, jagung, mangga
dan petai tetapi tanaman tumpang sari itu tidak tumbuh dengan baik karena dirusak oleh babi hutan. Tanaman tumpang sari yang tumbuh hanya petai dan
mangga dan itupun hanya 2-3 pohon saja, sehingga petani lebih banyak memanfaatkan kayu bakarnya saja karena kayu yang ditanam belum bisa
dimanfaatkan mengingat umur tanaman tersebut baru sekitar 7 tahun. Kondisi hutan rakyat campuran dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Hutan rakyat campuran dengan tanaman utama jati dan mahoni.
5.2 Karakteristik Petani Hutan Rakyat