Persepsi Petani terhadap Manfaat Ekologi Hutan Rakyat

Persepsi sosial juga dicari untuk mengetahui manfaat sosial yang dirasakan oleh petani hutan rakyat dari pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran. Untuk persepsi ekonomi tidak dicari karena manfaat ekonomi dicari dari perhitungan pendapatan rumah tangga petani melalui perhitungan tertentu. Jika dicari dari persepsi maka data yang di dapat tidak dapat menjawab seberapa besar pendapatan rumah tangga petani yang didapat dari pengelolaan hutan rakyat.

5.3.1 Persepsi Petani terhadap Manfaat Ekologi Hutan Rakyat

Persepsi petani hutan rakyat mengenai manfaat ekologi hutan rakyat campuran dan monokultur dapat diketahui dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi ekologi dari pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran. Pertanyaan- pertanyaan tersebut digunakan untuk mengukur persepsi petani mengenai manfaat ekologi hutan rakyat. Manfaat hutan rakyat, keberadaan hutan rakyat, pengaruh hutan rakyat, sampai dampak hutan rakyat terhadap kehidupan petani merupakan indikator pertanyaan untuk persepsi petani hutan rakyat terhadap pengelolaan hutan rakyat campuran dan monokultur. Selanjutnya dari indikator tersebut dibuat skoring untuk mengetahui tingkat persepsi petani terhadap pengelolaan hutan rakyat campuran dan monokultur dengan 5 kategori berdasarkan skala likert, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Terdapat 11 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur persepsi petani hutan rakyat terhadap pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran. Pertanyaan tersebut ditanyakan kepada petani hutan rakyat monokultur sebanyak 30 responden dan petani hutan rakyat campuran sebanyak 30 responden, kemudian diukur nilai dari setiap pertanyaan. Pertanyaan- pertanyaan yang ditanyakan kepada 60 responden disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Nilai dari pertanyaan persepsi responden terhadap manfaat ekologi hutan rakyat No. Indikator Persepsi Nilai HR Monokultur Nilai HR Campuran 1 Pengelolaan lahan menjadi lebih baik 4,57 4,20 2 Dapat menimbulkan longsor dan banjir 1,93 1,77 3 Ada satwa liar di sekitar hutan rakyat 2,13 4,00 4 Air menjadi jernih 4,63 4,30 5 Udara terasa sejuk 4,47 4,10 6 Tidak ada pohon untuk berteduh 1,97 1,80 7 Memberi kenyamanan 4,60 4,03 8 Tanah menjadi lebih subur 4,30 3,87 9 Dapat menimbulkan hama dan penyakit pada tanaman 2,00 3,70 10 Tanaman tumbuh dengan baik 4,43 3,73 11 Ada pemanfaatan untuk kayu bakar dari pohon lain 4,03 3,83 Terdapat dua pertanyaan yang mempunyai nilai yang berbeda antara hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran. Pertanyaan tersebut, yaitu: ada satwa liar di sekitar hutan dan hutan rakyat dapat menimbulkan hama dan penyakit. Untuk hutan rakyat monokultur kedua pertanyaan tersebut bernilai rendah, berarti keberadaan hutan rakyat tidak menimbulkan adanya satwa liar serta hama dan penyakit karena semua responden tidak setuju dengan pertanyaan tersebut. Pada hutan rakyat campuran pertanyaan tersebut bernilai tinggi, berarti keberadaan hutan rakyat menimbulkan adanya satwa liar serta hama dan penyakit karena hampir semua responden setuju dengan pertanyaan tersebut. Hal tersebut terjadi, karena pada hutan rakyat campuran terdapat satwa liar yaitu babi hutan yang menimbulkan kerusakan pada tanaman tumpang sari yang ditanam di hutan rakyat, sehingga babi hutan tersebut dianggap hama yang merusak tanaman oleh masyarakat sekitar. Timbulnya babi hutan tersebut pada hutan rakyat campuran karena kondisi hutan rakyat sebelum menjadi hutan rakyat merupakan sebuah lahan yang terbengkalai yang cukup luas dimana habitat babi hutan hidup disana. Banyaknya babi hutan yang hidup disana karena kondisi hutan yang banyak terdapat semak belukar sehingga memudahkan babi hutan untuk berkembang biak dan kondisi hutan yang banyak semak belukar mengakibatkan jauh dari jangkauan manusia. Selain itu wilayahnya terdapat pada ketinggian 50- 350 mdpl. Menurut Ramdhani 2008 bahwa babi hutan hidup pada ketinggian ≤ 800 mdpl, habitat yang disukai adalah dataran rendah dengan vegetasi sekunder yang luas, terutama tumbuhan jati, dimana terdapat campuran pohon-pohon dengan umur pertumbuhan yang berbeda-beda dan tanah berumput dengan semak-semak belukar atau hutan yang terganggu berat. Sesudah dijadikan hutan rakyat dan dipelihara oleh petani, habitat babi hutan tetap ada dan merusak tanaman tumpang sari yang ada di hutan rakyat tersebut, karena tanaman utama yang ditanam di hutan rakyat campuran adalah jati dan mahoni. Selain itu terdapat tanaman tumpang sari dengan umur pertumbuhan berbeda-beda, seperti kelapa, petai dan jagung. Letak hutan rakyat juga dekat dengan cagar alam yang dipenuhi semak belukar. Berbeda dengan kondisi hutan rakyat campuran, hutan rakyat monokultur tidak ada hewan liar yang merusak tanaman dan menjadi hama bagi keberadaan hutan rakyat. Hal tersebut terjadi karena kondisi hutan rakyat monokultur hanya terdapat satu jenis pohon yang ditanam, yaitu mahoni sehingga babi hutan tidak menyukai kondisi hutan rakyat monokultur. Berdasarkan literatur diatas bahwa babi hutan lebih menyukai kondisi hutan yang ditanami oleh jati. Selain itu kondisi hutan rakyat monokulur tidak dipenuhi oleh semak belukar sehingga kondisinya lebih terbuka dan letaknya dekat dengan pemukiman penduduk. Kondisi hutan rakyat pada hutan rakyat monokultur dan campuran dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6 Kondisi hutan rakyat monokultur yang lebih terbuka dengan jenis tanaman mahoni. a. Cagar alam b. Lokasi hutan rakyat dekat cagar alam Gambar 7 Kondisi hutan rakyat campuran yang dekat dengan cagar alam. Setelah dilakukan penilaian dari seluruh responden terhadap setiap pertanyaan kemudian dilakukan analisis tingkat persepsi dari setiap responden untuk semua pertanyaan. Setelah dilakukan analisis maka dapat disimpulkan bahwa persepsi petani hutan rakyat terhadap pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran berada pada kategori tinggi. Tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Tingkatan persepsi responden terhadap manfaat ekologi pengelolaan hutan rakyat Kategori Nilai HR Monokultur HR Campuran Total Persepsi Responden n n Sangat Tinggi 4,20-5,00 0,00 0,00 Tinggi 3,40-4,20 23 76,67 22 73,33 75,00 Sedang 2,60-3,40 7 23,33 8 26,67 25,00 Rendah 1,80-2,60 0,00 0,00 Sangat Rendah 1,00-1,80 0,00 0,00 Total 30 100,00 30 100,00 100,00 Persepsi petani di hutan rakyat monokultur dan campuran mengenai manfaat ekologi yang dirasakan dari pengelolaan hutan rakyat adalah sama, dimana ada pada kategori tinggi. Jumlah responden yang memiliki persepsi tinggi pada hutan rakyat monokultur, yaitu: sebanyak 23 responden 76,67 dan pada hutan rakyat campuran yaitu sebanyak 22 responden 73,33. Tetapi jika dilihat dari persentase, persepsi ekologi pada hutan rakyat monokultur lebih tinggi dibandingkan dengan hutan rakyat campuran. Hal tersebut terjadi karena pada hutan rakyat monokultur keanekaragaman hayatinya rendah sehingga jarang sekali satwa liar seperti babi hutan ataupun kera yang hidup di hutan rakyat tersebut, sehingga tanaman tumpang sari yang ditanam di hutan rakyat monokultur tidak dirusak oleh satwa liar tersebut yang mengakibatkan pengelolaan hutan rakyatnya baik. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan- pertanyaan tertentu yang berkaitan dengan pengelolaan hutan rakyat yang dirasakan oleh petani yang diajukan pada hutan rakyat monokultur nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan hutan rakyat campuran. Berbeda halnya pada hutan rakyat campuran, keanekaragaman hayati pada hutan rakyat campuran tinggi karena jenis tanaman yang ditanam beragam sehingga satwa liar seperti babi hutan dan kera lebih senang tinggal di tempat yang kondisi hutannya lebih beragam. Hal ini mengakibatkan tanaman tumpang sari yang ditanam di hutan rakyat tersebut dirusak oleh babi hutan yang hidup di sana, sehingga pengelolaan hutan rakyatnya kurang begitu baik dibandingkan dengan hutan rakyat monokultur. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan tertentu yang berkaitan dengan manfaat yang dirasakan dari pengelolaan hutan rakyat, nilainya lebih rendah dibandingkan dengan hutan rakyat monokultur. Selain itu keberadaan hutan rakyat yang cukup lama menyebabkan persepsi petani hutan rakyat monokultur lebih tinggi dibandingkan hutan rakyat campuran, karena keberadaan hutan rakyat yang lama sehingga petani merasakan bahwa manfaat yang dirasakan dari segi ekologi sangat banyak. Jika dilihat secara umum bahwa 75 responden mempunyai kategori persepsi tinggi terhadap pengelolaan hutan rakyat. Hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran memberikan pengaruh positif berupa manfaat ekologi yang tinggi bagi kehidupan masyarakat. Manfaat ekologi tersebut antara lain adalah air jernih dan udara sejuk sehingga memberikan kenyamanan bagi masyarakat sekitar, serta tanah menjadi subur dan tanaman tumbuh dengan baik akibat dari pengelolaan lahan yang baik dan juga ada manfaat hasil hutan non kayu berupa kayu bakar dari hutan rakyat tersebut.

5.3.2 Persepsi Petani terhadap Manfaat Sosial Hutan Rakyat

Dokumen yang terkait

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI (Studi Kasus Desa Kutoarjo Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung)

1 11 137

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI (Studi Kasus Desa Kutoarjo Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung)

1 5 7

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Sub DAS Cimanuk Hulu

0 9 15

Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Wilayah Das Cimanuk Hulu

0 13 25

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Nanggung)

0 22 80

Analisis pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat studi kasus di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

3 13 66

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Analisis motivasi pemanenan kayu rakyat berdasarkan karakteristik petani hutan rakyat: kasus di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

2 12 107

Analisis Finansial dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

2 48 142