dari stimulasi yang diterima. Namun persepsi dua orang mengenai suatu obyek yang sama dapat berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena tiap orang berbeda
kebutuhan, motif, minat dan lain-lain. Sedangkan Myers 1988 dalam Puspasari 2010 berpendapat, terbentuknya persepsi cenderung menurut kebutuhan, minat
dan latar belakang masing-masing. Menurut Susiatik 1998 hubungan dengan pelaksanaan kegiatan, tinggi
rendahnya tingkat persepsi seseorang atau kelompok akan mendasari atau mempengaruhi tingkat peran serta dalam kegiatan. Tingkat persepsi yang tinggi
akan merupakan dasar dukungan dan motivasi positif untuk berperan serta, begitu pula sebaliknya tingkat persepsi yang rendah atau kurang dapat merupakan
penghambat bagi seseorang atau kelompok orang untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan.
2.3 Manfaat Ekologi
Menurut Ewusie 1990 dalam Sundawiati 2004, faktor-faktor ekologi digolongkan kedalam faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik terdiri atas
curah hujan, suhu, kelembaban relatif RH, angin, cahaya, kesetimbangan energi, topografi, tanah dan geologi. Sedangkan faktor biotik terdiri atas tumbuhan hijau
atau tumbuhan lain, interaksi seperti pemangsaan, simbiosis, parasitisme hewan dan manusia.
Irwan 1992 menyatakan bahwa ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungan. Lingkungan
adalah suatu kombinasi khusus dari keadaan luar yang mempengaruhi organisme. Pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan berarti semua faktor ekternal yang bersifat biologis dan fisik.
Menurut Irwan 1992 ekologi terbagi menjadi dua macam, yaitu: autekologi dan sinekologi. Autekologi membahas pengkajian individu organisme
atau individu spesies yang penekanannya pada sejarah-sejarah hidup dan kelakuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sedangkan sinekologi membahas
pengkajian golongan atau kumpulan organisme-organisme yang berasosiasi bersama sebagai satuan.
2.4 Manfaat Ekonomi
Manfaat ekonomi dapat dirasakan dari kesejahteraan yang dirasakan oleh petani hutan rakyat. Menurut Twikromo et al. 1995 kesejahteraan dapat
diartikan sebagai suatu kondisi kehidupan dimana keseimbangan lahir dan batin manusia dapat tercipta dalam kaitannya dengan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani mereka.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:
Desa Naluk dengan pola hutan rakyat monokultur yang terletak di Kecamatan Cimalaka dan Desa Karanglayung dengan pola hutan rakyat campuran yang
terletak di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2011.
3.2 Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah petani hutan rakyat yang pola hutan rakyatnya monokultur dan hutan rakyat campuran.
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: alat tulis, alat hitung, kamera, daftar pertanyaan kuisioner, alat perekam dan komputer.
3.4 Kerangka Pemikiran
Seiring dengan perkembangan teknologi, pola hutan rakyat yang berkembang berbeda-beda, ada hutan rakyat dengan pola hutan rakyat
monokultur, campuran, dan ada juga hutan rakyat dengan pola agroforestri. Pada penelitian ini terdapat dua pola pengelolaan hutan rakyat yang dikembangkan di
Kabupaten Sumedang, yaitu: hutan rakyat monokulur dan hutan rakyat campuran. Perbedaan pola pengelolaan hutan rakyat tersebut tentunya memberikan pengaruh
yang berbeda antara petani hutan rakyat monokultur dan petani hutan rakyat campuran dilihat dari manfaat ekologi, ekonomi dan sosial. Pola pengelolaan
hutan rakyat monokultur dan campuran dikatakan berhasil apabila manfaat yang dirasakan petani hutan rakyat membawa dampak positif bagi kehidupan mereka.
Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.