7. Dalam peraturan perundangan yang ada, seperti dalam uraian kegiatan
pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat yang mencapai 10 butir, tidak ada yang mencakup keteknikan hutan
8. Dimensi kayu yang dipanen biasanya kecil, sebagai contoh dibeberapa hutan
rakyat Jawa Barat terlihat bahwa diameter maksimum hanya mencapai sekitar 35 cm
9. Pola penanaman lain yang khas terdapat di Gunung Kidul, seperti
dikemukakan Simon 1995 dalam Tinambunan 2008, ada tiga pola, yaitu: 1 Penanaman pohon di sepanjang batas lahan milik; 2 Penanaman pohon di
teras bangku; dan 3 Penanaman pohon diseluruh lahan milik.
2.1.2 Ciri-ciri Hutan Rakyat
Balai Informasi Pertanian 1982 menyebutkan bahwa hutan rakyat mempunyai beberapa ciri yang khas, sebagai berikut:
1. Tidak merupakan kawasan yang kompak, tetapi terpencar-pencar diantara
lahan-lahan pedesaan lainnya 2.
Bentuk usahanya tidak selalu murni berupa kayu-kayuan tetapi terpadu atau dikombinasikan dengan barbagai tanaman seperti tanaman pertanian, tanaman
perkebunan, rumput makanan ternak dan tanaman pangan. Usaha seperti ini sering juga disebut sistem wanatani agroforestry
3. Terdiri dari tanaman yang mudah cepat tumbuh, cepat memberikan hasil bagi
pemiliknya.
2.1.3 Bentuk Hutan Rakyat
Bentuk hutan rakyat yang terdapat di Indonesia terdiri dari berbagai macam. Menurut Balai Informasi Pertanian 1987 terdapat tiga bentuk hutan
rakyat, sebagai berikut: 1.
Hutan rakyat murni, yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam dan diusahakan secara homogen atau
monokultur 2.
Hutan rakyat campuran, yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran.
3. Hutan rakyat agroforestry, hutan yang mempunyai bentuk usaha kombinasi
kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan dan lain-lain secara terpadu.
2.1.4 Peran dan Manfaat Hutan Rakyat
Retna 2001 menjelaskan bahwa pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu program andalan Departemen Kehutanan yang telah digalakkan mulai
Pelita VI yang diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1.
Meningkatkan pendapatan petani sekaligus kesejahteraan hidupnya 2.
Memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan yang tidak produktif dan mengelolanya agar menjadi lahan yang subur
3. Meningkatkan produksi kayu bakar dan menyediakan kayu perkakas, bahan
bangunan dan alat rumah tangga 4.
Menyediakan bahan baku industri seperti kertas, korek api dan lain-lain. 5.
Menambah lapangan kerja bagi penduduk pedesaan 6.
Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan kualitas lingkungan demi terwujudnya kelestarian sumberdaya alam.
2.2 Konsep Persepsi