2.5 Hipotesis Penelitian
Terdapat sejumlah hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1.
Semakin tinggi semua variabel pada tingkat penerimaan individu terhadap karakteritik inovasi ponsel -kecuali pada tingkat kerumitan-, semakin
tinggi tingkat keinovativan individu dan laju adopsi inovasi ponsel. 2.
Tipe pengambilan keputusan inovasi opsional berhubungan positif dengan tingkat keinovativan dan laju adopsi inovasi ponsel.
3. Semakin tinggi tingkat keragaman sumber informasi inovasi ponsel
semakin tinggi tingkat keinovativan individu dan laju adopsi inovasi ponsel.
4. Semakin tinggi tingkat ketaatan individu dalam berkomunikasi secara
interpersonal, maka semakin rendah tingkat keinovativan dan laju adopsi inovasi ponsel.
5. Semakin tinggi tingkat integrasi individu dalam kelompokindividu,
semakin tinggi tingkat keinovativan dan laju adopsi inovasi ponsel. 6.
Semakin tinggi frekuensi pertemuan individu dengan agen penjual jasa ponsel, semakin tinggi tingkat keinovativan dan laju adopsi inovasi
ponsel. 7.
Semakin tinggi semua variabel pada karakteristik individu semakin tinggi tingkat keinovativan dan laju adopsi inovasi ponsel.
2.6 Definisi Operasional
1. Tingkat Keinovativan Y
1
adalah waktu tahun yang dibutuhkan individu sejak mendengar atau mengenal inovasi ponsel sampai dengan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Merujuk kepada fakta bahwa inovasi ponsel telah dikenal warga masyarakat Desa Kemang,
sejak tahun 1995 atau sekitar 15 tahun yang lalu, ketika salah seorang warga mempunyai ponsel untuk pertama kalinya, variabel ini dibedakan ke
dalam tiga kategori: 1 rendah, jika individu mengadopsi inovasi ponsel setelah lebih dari 10 tahun sejak digunakan warga Kemang setelah tahun
2006 2 sedang, jika individu mengadopsi inovasi ponsel setelah lebih
dari lima tahun sejak digunakan warga periode tahun 2000-2005, dan 3 tinggi, jika individu mengadopsi inovasi ponsel pada lima tahun pertama
sejak ponsel digunakan warga kemang periode 1995-1999. 2.
Laju Adopsi Inovasi Ponsel Y
2
adalah jumlah individu yang mengadopsi inovasi ponsel dalam periode waktu tahun, sejak masuknya ponsel
sampai dengan digunakannya oleh sebagian besar anggota sistem sosial kampung. Dari hasil perhitungan diperoleh laju adopsi sebesar 28 persen
dan 17 persen berturut-turut untuk di Kampung Beber dan Kampung Cikupa. Berdasar hal tersebut, Laju Adopsi dibedakan ke dalam kategori:
1 rendah skor 1, untuk responden yang berasal dari Kampung Cikupa dan 2 tinggi skor 2, untuk responden yang berasal dari Kampung
Beber. 3.
Tingkat Keuntungan Relatif Inovasi Ponsel X
1
adalah derajat dimana inovasi ponsel dipandang memberikan keuntungan pada individu, berupa:
mengurangi biaya transportasi untuk berhubungan jarak jauh, efisiensi waktu dalam berkomunikasi, meningkatkan prestise dalam pergaulan,
memperlancar urusan bisnispekerjaan, dan menghemat biaya pencarian informasi; dibedakan dalam tiga kategori: 1 rendah, jika individu
memperoleh satu sampai dua jenis keuntungan atau tidak sama sekali, 2 sedang, jika individu memperoleh tiga sampai empat jenis keuntungan,
dan 3 tinggi, jika individu memperoleh seluruh jenis keuntungan. 4.
Tingkat Kesesuaian Inovasi Ponsel X
2
adalah derajat dimana aktivitas komunikasi antar individu menggunakan inovasi ponsel dipandang sesuai
dengan nilai-nilai sosial budaya, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan terhadap inovasi ponsel, yang meliputi: menjalin hubungan interpersonal
antar individu, menyampaikan pesan secara efektif, dan memenuhi kebutuhan komunikasi. Berdasar hal tersebut, variabel ini dibedakan ke
dalam kategori-kategori: 1 rendah, jika ada satu jenis kesesuaian atau tidak ada sama sekali, 2 sedang, jika ada dua jenis kesesuaian, dan 3
tinggi, jika ada tiga jenis kesesuaian. 5.
Tingkat Kerumitan Inovasi Ponsel X
3
adalah derajat dimana sejumlah fitur pada inovasi ponsel dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan
digunakan oleh individu. Fitur pada ponsel di antaranya: telepon, SMS, MMS, game, MP3, kamera, video, internet. Mengacu pada jenis fitur
tersebut, variabel ini dibedakan ke dalam tiga kategori: 1 rendah, jika individu menilai sulit menggunakan satu jenis fitur atau tidak sama sekali,
2 sedang, jika individu menilai sulit menggunakan dua jenis fitur, dan 3 tinggi, jika individu menilai sulit dalam menggunakan tiga danatau lebih
jenis fitur. 6.
Tingkat Kemungkinan Dicobanya Inovasi Ponsel X
4
adalah derajat dimana inovasi ponsel dianggap relatif mudah diaplikasikan oleh individu
karena tersedianya sarana pendukung: jaringan ponsel, penjual pulsa, dan aliran listrik; dibedakan ke dalam tiga kategori: 1 rendah, jika hanya satu
sarana pendukung yang tersedia atau tidak sama sekali, 2 sedang, jika dua sarana pendukung yang tersedia, dan 3 tinggi, jika seluruh sarana
pendukung tersedia. 7.
Tingkat Kemungkinan Diamatinya Inovasi Ponsel X
5
adalah derajat dimana hasil-hasil penggunaan inovasi ponsel dapat diamati dirasakan
manfaatnya oleh individu, yang meliputi: memperluas pergaulan, update akan informasi, dan bergengsi. Berdasar hal ini, variabel ini dibedakan ke
dalam kategori-kategori: 1 rendah, jika hanya memperoleh satu jenis manfaat atau tidak sama sekali, 2 sedang, jika memperoleh dua jenis
manfaat yang dapat diamati, dan 3 tinggi, jika memperoleh semua manfaat..
8. Tipe PK Inovasi Ponsel X
6
adalah keterlibatan individu sebagai unit pengambil keputusan danatau unit adopsi dalam PK Inovasi Ponsel,
dibedakan ke dalam 1 opsional, jika individu berperan sebagai unit pengambil keputusan sekaligus unit adopsi inovasi ponsel, 2 kolektif,
jika individu bersama-sama anggota keluarganya menjadi unit pengambil keputusan dan unit adopsi inovasi ponsel, dan 3 otoritas, jika unit
pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak yang memiliki otoritas instruksi dari pihak di luar keluarga atau atasan di tempat individu
bekerja. Berdasar kondisi tersebut, variabel ini dibedakan ke dalam tiga kategori: 1 rendah, jika tipe pengambilan keputusan otoritas, 2 sedang,
jika tipe pengambilan keputusan kolektif, dan 3 tinggi, jika tipe pengambilan keputusan opsional.
9. Tingkat Keragaman Sumber Informasi Inovasi Ponsel X
7
adalah total skor dari jumlah sumber informasi inovasi ponsel bagi individu, yang
meliputi saluran komunikasi interpersonal dan media massa. Dengan menetapkan bahwa setiap jenis sumber informasi baik dari saluran
interpersonal maupun media massa diberi skor satu; maka variabel ini dibedakan ke dalam tiga kategori : 1 rendah, jika hanya satu jenis sumber
informasi inovasi ponsel, 2 sedang, jika ada dua jenis sumber informasi inovasi ponsel, dan 3 tinggi, jika ada tiga jenis atau lebih sumber
informasi inovasi ponsel. 10.
Tingkat Ketaatan Individu Pada Aktivitas Komunikasi Interpersonal X
8
adalah derajat dimana setelah individu mengadopsi ponsel, dia cenderung mempertahankan aktivitas komunikasi interpersonalnya. Berdasar batasan
tersebut, variabel ini dibedakan ke dalam kategori-kategori: 1 rendah,
jika individu memutuskan hubungan komunikasi interpersonal, 2 sedang, jika individu mengurangi hubungan komunikasi interpersonal, dan 3
tinggi, jika individu tetap berhubungan melalui komunikasi interpersonal. 11.
Tingkat Integrasi Individu X
9
adalah total skor dari jumlah kelompok danatau organisasi yang aktivitasnya diikuti oleh individu
dan “status” individu dalam kelompok dan atau organisasi tersebut. Keikutsertaan pada
setiap kelompok diberi skor satu; sementara untuk status dalam kelompokorganisasi pemberian skornya berturut-turut: satu jika berstatus
anggota, dua untuk pengurus namun bukan berstatus ketua dan tiga jika berstatus ketua. Berdasar hal tersebut, variabel ini dibedakan ke dalam
tiga kategori: 1 rendah, jika total skor keikutsertaan dan status individu dalam kelompokorganisasi kurang dari 3; 2 sedang, jika total skor
keikutsertaan dan status individu dalam kelompok organisasi antara 3-6, dan 3 tinggi, jika total skor keikutsertaan dan status individu dalam
kelompok lebih dari 6. 12. Frekuensi Pertemuan dengan Agen Penjual Jasa Ponsel X
10
adalah total pertemuan dalam sebulan yang dilakukan antara individu dengan agen
penjual jasa ponsel; dibedakan ke dalam kategori: 1 rendah, jika
pertemuan individu dengan agen penjual jasa ponsel sebanyak kurang dari lima kali; 2 sedang, jika pertemuan individu dengan agen penjual
jasa ponsel antara 5-10 kali; dan 3 tinggi, jika pertemuan individu dengan agen penjualjasa ponsel lebih dari 10 kali.
13. Tingkat Pendidikan Formal X
11
adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti individu, dibedakan ke dalam kategori: a
rendah, jika tamat danatau sedang SDsederajat, 2 sedang, jika tamat danatau sedang SLTPsederajat, dan 3 tinggi, jika tamat danatau sedang
SLTA sederajat. 14. Pola Perilaku Komunikasi X
12
adalah akumulasi interaksi individu dengan beragam sumber informasi baik melalui komunikasi interpersonal
lokalit, kosmopolit maupun bermedia. Pada komunikasi interpersonal lokalit diukur dari pola interaksi dengan sumber-sumber informasi yang
berdomisili sama dengan individu dalam jenjang lingkup wilayah: RT, RW, kampung, dusun, dan desa. Pada komunikasi interpersonal
kosmopolit diukur dari status sumber informasi yang berinteraksi dengan individu-individu dari lingkungan pemerintahan dan kontak tanitokoh
masyarakat di lima tingkatan wilayah administratif: desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional. Baik bagi komunikasi interpersonal
maupun kosmopolit, pemberian skornya adalah satu sampai dengan lima berturut-turut dari jenjang yang terendah ke tertinggi. Untuk komunikasi
bermedia dibedakan menurut jenis medianya: radio, surat kabar, telepon, televisi, dan internet; dengan pemberian skor satu jika individu
berkomunikasi dengan pihak lain melalui salah satu jenis media atau tidak sama sekali; skor dua jika individu berkomunikasi dengan memanfaatkan
lebih dari dua jenis media; skor 3, jika individu berkomunikasi dengan memanfaatkan tiga danatau lebih jenis media. Selanjutnya, variabel ini
dibedakan ke dalam tiga kriteria: 1 rendah, jika total skor kurang dari 11, 2 sedang, jika total skor antara 11-19, dan 3 tinggi, jika total skor
lebih dari 19.
15. Tingkat Status Sosial Ekonomi X
14
adalah kumulatif dari faktor-faktor: status penguasaan lahan, pemilikan media elektronik dan pemilikan
kendaraan bermotor. Merujuk pada Mugniesyah 2007, status penguasaan lahan dibedakan ke dalam: 1 stratum I adalah golongan rumahtangga
yang tidak berlahan, 2 stratum II adalah golongan rumahtangga yang menguasai 0,1 - 0,7 ha lahan, 3 stratum III adalah golongan rumahtangga
yang menguasai 0,7 - 1,5 ha lahan, dan 4 stratum IV adalah golongan rumahtangga yang menguasai lebih dari 1,5 ha lahan. Adapun skor yang
diberikan berturut-turut satu sampai dengan empat untuk Stratum I, II, III, dan IV. Skor untuk pemilikan media elektronik sebesar satu sampai
dengan empat untuk berturut-turut media radio, ponsel, TV berwarna, dan jaringan internet. Masing-masing diberi skor 1, 2, 3, 4. Pemilikan
kendaraan bermotor dibedakan antara motor dan mobil. Skor masing- masing adalah 1 dan 2. Berdasar hal tersebut, variabel ini dibedakan ke
dalam tiga kriteria: 1 rendah, jika total skor yang diperoleh individu kurang dari 7, 2 sedang, jika total skor yang diperoleh individu antara 7
– 10, dan 3 tinggi, jika total skor yang diperoleh individu lebih dari 10.
16. Tingkat Kebutuhan Individu terhadap Inovasi Ponsel X
16
adalah motivasi atau alasan individu dalam konteks tujuan individu untuk
mengadopsi inovasi ponsel. Dengan merujuk pada pendapat Berlo 1960 dan Tubs dan Moss 1983 dalam Lubis 2009, tujuan komunikasi
meliputi: memperoleh informasi, mendapatkan hiburan, menjalin hubungan dan membantu bisnispekerjaan. Berdasar hal tersebut, variabel
ini dibedakan ke dalam tiga kategori, 1 rendah, jika bermotivasikan satu tujuan komunikasi atau tidak sama sekali, 2 sedang, jika bermotivasikan
dua tujuan komunikasi, dan 3 tinggi, bermotivasikan tiga atau lebih tujuan komunikasi.
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN