tersebut dengan Tingkat Keinovativan sebagaimana disajikan pada Lampiran 4. Pada Lampiran 4 diketahui Tingkat Keinovativan berhubungan nyata dengan
Tingkat Keuntungan Relatif dengan nilai r
s
= 0,249 pada taraf α= 0,05; sedangkan
Tingkat Kemungkinan Diamati r
s
=0,157 dan Tingkat Kerumitan r
s
= 0,040 berhubungan nyata dengan Tingkat Keinovativan berturut-turut
pada taraf α= 0,10 dan
α= 0,30. Dengan perkataan lain, merujuk pada Purnaningsih 2006, hal tersebut berarti dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 variabel Tingkat
Keuntungan Relatif dianggap berhubungan dengan Tingkat Keinovativan. Adapun Tingkat Kemungkinan Diamati α= 0,10 dan Tingkat Kerumitan α= 0,30
berturut-turut dianggap cukup berhubungan dan kurang baik berhubungan dengan Tingkat Keinovativan.
Dalam hal Laju Adopsi data pada Lampiran 4 memperlihatkan hasil uji korelasi rank Spearman yang menunjukkan bahwa Tingkat Kemungkinan Diamati
r
s
= 0,289 berhubungan nyata dengan Laju Adopsi pada taraf α= 0,05, sedangkan
Tingkat Keuntungan Relatif r
s
= 0,162 dan Tingkat Kesesuaian r
s
= -0,172 berhubungan nyata dengan Laju Adopsi
pada taraf α= 0,10. Hanya Tingkat Kerumitan r
s
= 0,045 yang berhubungan dengan Laju Adopsi pada taraf α
0,30. Dengan merujuk pada Purnaningsih 2006, dapat diartikan bahwa Tingkat Kemungkinan Diamati dengan signifikansi 0,05 dianggap berhubungan dengan
Laju Adopsi. Selanjutnya, variabel-variabel dengan tingkat signifikansi 0,10, yakni Tingkat Keuntungan Relatif dan Tingkat Kesesuaian dianggap cukup
berhubungan dengan Laju Adopsi. Adapun Tingkat Kerumitan dengan signifikansi lebih dari 0,30 dianggap sangat tidak berhubungan dengan Laju
Adopsi.
7.2 Hubungan antara Tipe Pengambilan Keputusan Inovasi Ponsel
dengan Tingkat Keinovativan dan Laju Adopsi Tabel 20 menyajikan data berkenaan hubungan antara variabel Tipe PK
Inovasi Ponsel X6 dengan Tingkat Keinovativan Y1 dan Laju Adopsi Y2. Sebagaimana terlihat pada tabel tersebut, persentase mereka yang mengadopsi
ponsel karena pihak otoritas sangat rendah; karena mayoritas diantara mereka memutuskan mengadopsi ponsel atas dasar keputusan kolektif diantara keluarga
inti mereka, diikuti oleh keputusan yang opsional. Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, inovasi ponsel bukan inovasi yang diintroduksikan melalui program pemerintah, sehingga Tipe PK Inovasi Ponsel pada kategori
otoritas tergolong rendah menjadi minoritas.
Tabel 20 Hubungan antara Tipe PK Inovasi Ponsel dengan Tingkat Keinovativan dan Laju Adopsi Inovasi Ponsel dalam persen
Tipe PK Inovasi Ponsel X6
Tingkat Keinovativan Y1 Total
Laju Adopsi Y2 Total
Rendah Sedang Tinggi Rendah
Tinggi Otoritas
0,00 1,33
0,00 1,33
1,33 0,00
1,33 Kolektif
20,00 37,33
2,67 60,00
25,33 34,67
60,00 Opsional
12,00 17,33
9,33 38,67
17,33 21,33
38,67 Total
32,00 56,00
12,00 100,00
44,00 56,00
100,00
Berdasar data pada tabel di atas, diketahui bahwa Tipe PK Inovasi Ponsel di kalangan adopter ponsel mayoritas tergolong Tipe PK Kolektif, diikuti oleh
Tipe PK Opsional. Hal ini tampaknya berhubungan dengan fakta bahwa mereka dengan PK Inovasi tipe kolektif terdiri atas adopter yang tidak bekerja, yakni
pelajar dan pekerja keluarga yang memerlukan persetujuan keluarga inti untuk mengadopsi ponsel, sementara pada mereka dengan Tipe PK opsional sebagian
besar adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai PNS, petani dan pedagang. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan Tipe PK Inovasi Ponsel r
s
= 0,131 dengan Tingkat Keinovativan menunjukkan hubungan positif pada
taraf α= 0,20. Sementara, Tipe PK Inovasi Ponsel r
s
= 0,006 berhubungan dengan Laju Adopsi pada taraf α 0,30. Dengan merujuk pada Purnaningsih 2006, hal
tersebut berarti bahwa Tipe PK Inovasi Ponsel dianggap kurang baik berhubungan dengan Tingkat Keinovativan dan sangat tidak baik berhubungan dengan Laju
Adopsi.
7.3 Hubungan antara Saluran Komunikasi dengan Tingkat Keinovativan