6.2.2 Kategori Adopter Inovasi Ponsel di Kampung Beber dan Cikupa
Rogers dan Shoemaker 1971 mengemukakan adanya lima kategori adopter dalam setiap sistem sosial yang ditentukan berdasarkan tingkat
keinovativannya. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, tingkat keinovativan adalah waktu tahun yang dibutuhkan individu sejak mendengar atau mengenal
inovasi ponsel sampai dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan mempertimbangkan kurun waktu sejak diintroduksikannya ponsel ke
warga masyarakat tahun 1995 sampai dengan penelitian ini berlangsung 2011, pengategorian adopter dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: a
inovator innovator, adalah adopter inovasi ponsel pada periode tahun 1995- 1998, b Penganut Dini early adopter, adalah adopter inovasi ponsel pada
periode tahun 1999-2001, c Penganut Dini Terbanyak early majority, yakni mereka yang mengadopsi ponsel pada periode tahun 2002-2004, d Penganut
Lambat Terbanyak late majority, adalah adopter inovasi ponsel pada periode 2005-2007, dan e Penolak laggards, yakni mereka yang mengadopsi inovasi
ponsel pada periode 2008-2011. Dengan kategori tersebut di atas, maka didapatkan jumlah dan kategori golongan penerima inovasi ponsel di kedua
kampung seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4 Kurva Kategori Adopter Inovasi Ponsel di Kampung Beber dan Kampung Cikupa pada Tahun 2011
1 5
1 29
64
10 20
30 40
50 60
70
Innovator Early
Adopter Early
Majority Late
Majority Laggards
In d
iv id
u y
a n
g M
enera p
k a
n In
o v
a si
P o
ns el
Kategori Adopter
persen
Kurva kategori adopter yang terbentuk pada Gambar 4 tidak membentuk genta Bell-shape curve, karena tidak mengikuti suatu sebaran normal, sehingga
tidak sejalan dengan asumsi bahwa jika suatu inovasi diperkenalkan kepada suatu sistem sosial, maka dengan berjalannya waktu akan menemukan bahwa individu
yang mengadopsi inovasi akan semakin bertambah banyak. Hal ini dimungkinkan karena belum semua warga di dua kampung disurvei, sebagaimana yang telah
dijelaskan pada sub-bab 3.4 tentang Kelemahan Penelitian. Persentase pada kategori adopter innovator sebesar satu persen, lebih
rendah jika dibandingkan dengan acuan baku Rogers dan Shoemaker 1971, yaitu 2,5 persen. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi nasional pada saat itu tahun
1995-1998 sedang mengalami krisis moneter, dimana harga berbagai kebutuhan pokok melonjak tajam. Kondisi tersebut berdampak pada keadaan perekonomian
masyarakat Desa Kemang yang semakin lemah. Harga ponsel pun saat itu masih relatif mahal dan hanya terdapat di pusat-pusat kota, sehingga sebagian besar
masyarakat tidak mengenal ponsel, kecuali mereka yang tergolong kaya dan berhubungan dengan orang-orang di luar desa.
Kategori adopter innovator merupakan golongan yang pertama menerapkan inovasi ponsel dalam kehidupan sehari-harinya. Dia adalah seorang
pengusaha daun pisang setempat yang telah berhasil memenuhi kebutuhan para konsumen daun pisang hingga ke luar provinsi. Dari total adopter di kedua
kampung, dia tergolong orang paling kaya dengan penguasaan lahan lebih dari lima hektar dan kepemilikannya atas beberapa benda elektronik dan kendaraan
bermotor. Selanjutnya, pada golongan early adopter terjadi peningkatan persentase adopter ponsel sekitar empat persen. Namun kategori ini bukan terdiri
dari tokoh masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker 1971. Mereka ini adalah pedagang dan PNS yang memiliki tingkat pendidikan
dan tingkat sosial ekonomi yang tinggi, serta berhubungan dengan orang di luar desa. Kemudian, terjadi penurunan persentase adopter pada kategori early
majority yang diduga disebabkan oleh kemampuan adopter ponsel pada saat itu, baik secara finansial maupun informasi terkait ponsel masih sangat terbatas.
Selanjutnya, pada kategori late majority dan laggards, terjadi peningkatan persentase adopter yang tinggi. Dimungkinkan hal ini terjadi karena, beberapa
dari mereka melakukan migrasi ke luar desa, baik untuk urusan pekerjaan maupun sekolah. Kondisi tersebut didukung oleh masuknya Sekolah Menengah Pertama
dan Sekolah Menengah Atas di Desa Kemang, yang memungkinkan para pelajar SMP dan SMA memiliki informasi tentang inovasi ponsel dari peer group
mereka. Di samping itu, sarana dan prasarana di Desa Kemang semakin memadai, dengan dibangunnya BTS yang telah membuka akses adopter ponsel akan
jaringan ponsel itu sendiri. Ponsel dengan berbagai merek dan harga, dari yang murah hingga yang mahal juga sudah dapat diakses oleh para adopter, sehingga
adopter dengan kondisi ekonomi yang rendah pun dapat menjangkaunya Setiap kategori adopter memiliki ciri-ciri khusus dan berbeda satu sama
lain, kecuali kategori adopter early majority, late majority, dan laggards yang memiliki kesamaan baik status sosial ekonomi, pola hubungan maupun sumber
informasi inovasi ponsel, seperti yang terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Ciri-ciri Kategori Adopter Inovasi Ponsel Dilihat Menurut Kategori
Penerima di Kampung Beber dan Kampung Cikupa Tahun 2011
Ciri-ciri Kategori Adopter Inovasi Ponsel
Innovator Early
Adopter Early
Majority Late
Majority Laggards
Tahun Mengadopsi
inovasi ponsel 1995-1998
1999-2001 2002-2004
2005-2007 2008-2011 Status
sosial dan ekonomi
tinggi sedang
sedang sedang
sedang Pola hubungan
komunikasi lebih
kosmopolit dari
kategori lain lebih lokalit
daripada innovator,
lebih kosmopolit
dari kategori lainnya
lokalit lokalit
lokalit
Sumber informasi
inovasi ponsel rekan bisnis
di perkotaan rekan bisnis,
kerja, dan
atau sekolah di perkotaan
rekan bisnis, kerja,
dan atau sekolah
di perkotaan keluarga,
teman sebaya,
tetangga, dan media
massa keluarga,
teman sebaya,
tetangga, dan media
massa
Secara umum Rogers dan Shoemaker 1971 membuat generalisasi bahwa kategori adopter innovator memiliki karakteristik pribadi variabel pengaruh
yang lebih tinggi dibanding kategori adopter early adopter dan kemudian diikuti
oleh kategori adopter lainnya. Berdasarkan Tabel 17 dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori adopter inovasi ponsel di Kampung Beber dan
Kampung Cikupa sesuai dengan generalisasi Rogers dan Shoemaker, karena pada kategori innovator, status sosial ekonomi berada pada kategori tinggi
–yang dilihat dari penguasaan lahan dan kepemilikan sejumlah benda berharga-, pola
hubungan lebih kosmopolit, dan sumber informasi inovasi ponsel berasal dari rekan bisnis di perkotaan. Berbeda dengan kategori adopter early adopter, dimana
status sosial ekonominya berada pada kategori sedang, pola hubungannya lebih lokalit daripada innovator akan tetapi lebih kosmopolit dibanding kategori adopter
lain, dan sumber informasi inovasi ponsel berasal dari rekan bisnis, kerja dan atau sekolah di perkotaan. Sama halnya dengan kategori early adopter, pada kategori
early majority, late majority, dan laggards status sosial ekonominya berada pada kategori sedang, namun pola hubungannya lokalit, dan sumber informasi inovasi
ponsel memiliki kesamaan, yaitu: keluarga, teman sebaya, tetangga, dan media massa. Kecuali pada kategori early majority sumber informasi inovasi ponselnya
sama dengan pada kategori early adopter.
6.3 Laju Adopsi Inovasi Ponsel di Kampung Beber dan Kampung Cikupa