Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju adopsi ponsel di Kampung Bebr dan Cikupa tergolong rendah, namun laju adopsi ponsel di Kampung Beber sekitar 22 persen, atau lebih tingi 11 persen dibandingkan adopter di Kampung Cikupa. Hal ini berhubungan dengan perbedaan karakteristik adopter di kedua kampung tersebut, di mana adopter di Kampung Beber terdiri atas mereka yang berstatus sosial ekonomi lebih tinggi dibanding mereka yang ada di Kampung Cikupa; sebagian besar diantara mereka bekerja sebagai PNS, pedagang dan pelajar dan pedagang. Meskipun diantara warga Desa Kemang mulai terdedah informasi ponsel sejak 15 tahun yang lalu, namun sebagian besar warga desa ini menjadi adopter ponsel sejak berdirinya BTS XL dan BTS Telkomsel yang dibangun berturut- turut pada tahun 2008 dan 2010. Adopsi ponsel oleh warga di kedua kampung semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu dari mulai tahun 1995 sampai 2011 . Meskipun secara akumulatif “plot” adopter ponsel membentuk kurva penerimaan inovasi ponsel yang membentuk kurva S, namun adopter ponsel terbanyak terjadi pada tahun 2010. Dalam penelitian ini “plot” atas kategori adopter tidak berhasil membentuk kurva berbentuk Genta, antara lain karena contoh dalam penelitian ini tidak mencakup semua adopter ponsel di dua kampung. Hal ini menyebabkan kategori adopter ponsel yang tidak mengikuti sebaran normal. Berbasis interval waktu selang tiga tahun, inovator adopter pada periode tahun 1995-1998 dan penganut awal terbanyak atau early majority adopter periode tahun 2002-2004 masing- masing sebesar satu persen. Sementara penganut dini atau early adopter adopter pada periode tahun 1999-2001 sebesar lima persen. Adapun penganut lambat terbanyak atau late majority adopter pada periode tahun 2005-2007 dan kaum penolak laggards periode tahun 2008-2011 berturut-turut sebesar 29 persen dan 64 persen. Namun demikian, kategori adopter di dua kampung menunjukkan karakteristik yang cenderung sesuai dengan generalisasi Rogers dan Shoemaker 1971, dimana adopter yang tergolong inovator memiliki karakteristik pribadi yang lebih tinggi dibanding semua kategori adopter lainnya. Dari 14 variabel bebas yang diduga berhubungan dengan Tingkat Keinovativan, hanya enam variabel yang berhubungan nyata dengan tingkat keinovativan pada taraf α= 0,05, yaitu Tingkat Keuntungan Relatif r s = 0,249, Tingkat Integrasi Individu r s = 0,270, Tingkat Pendidikan Formal r s = 0,233, Pola Perilaku Komunikasi r s = 0,194, dan Tingkat Kebutuhan Individu terhadap Inovasi Ponsel r s = 0,265. Adapun sejumlah variabel lainnya yang berhubungan dengan Tingkat keinovativan pada taraf α= 0,10 adalah Tingkat Kemungkinan Diamati r s = 0,157 dan Tingkat Status Sosial Ekonomi r s = 0,155. Sementara itu, Tipe PK Inovasi Ponsel r s = 0,131 dan Tingkat Keragaman Sumber Informasi Inovasi Ponsel r s = -0,067 berhubungan dengan Tingkat Keinovativan pada taraf α= 0,20-0,30. Variabel bebas selainnya, yakni Tingkat Kesesuaian, , Tingkat Kerumitan, Tingkat Ketaatan Individu , dan Frekuensi Pertemuan dengan Agen PenjualJasa Ponsel tidak berhubungan dengan Tingkat Keinovativan. Hanya empat variabel bebas yang berhubungan dengan Laju Adopsi pada taraf α= 0,05, yakni Tingkat Kemungkinan Diamati r s = 0,289, Tingkat Ketaatan Individu r s = -0,196, Frekuensi Pertemuan dengan Agen PenjualJasa Ponsel r s = 0,284, dan Tingkat Status Sosial Ekonomi r s = 0,227. Tiga variabel bebas lainnya berhubungan berhubungan dengan Laju Adopsi pada taraf α= 0,10, yaitu Tingkat Keuntungan Relatif r s = 0,162, Tingkat Kesesuaian r s = -0,172, dan Tingkat Pendidikan Formal r s = 0,188. Adapun Tingkat Kebutuhan Individu terhadap Inovasi Ponsel berhubungan pada taraf α= 0,20-0,30 r s = -0,081. Selainnya, yakni Tingkat Kerumitan. Tipe Pengambilan Keputusan Inovasi, Tingkat Keragaman Sumber Informasi Inovasi Ponsel, Tingkat Integrasi Individu dan Pola Perilaku Komunikasi tidak berhubungan dengan Laju Adopsi. Terdapat sembilan pola pemanfaataran ponsel dikalangan adopter ponsel di dua kampung. Persentase tertingi 22 persen adalah adopter ponsel yang memanfaatkan ponsel untuk menilpon danatau SMS dengan keluarga inti. Selainnya meneleponSMS kepada teman sebaya serta kombinasi antara rekan bisnis, teman sebaya dan saudara jauh masing-masing 17,33 persen, saudara jauh saja 16 persen, serta kepada rekan bisnis saja dan kombinasi kepada keluarga inti dan teman sebaya masing-masing 9,33 persen. Secara umum, adopter ponsel memanfaatkan ponsel hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Oleh karena itu, hanya terdapat 31 persen yang tergolong adopter rasional, yakni mereka yang mengadopsi ponsel semata-mata untuk kebutuhan produktif; sementara 69 persen tergolong tidak rasional.

9.2 Saran