BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Difusi Inovasi
Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker 1971 dan Rogers 1995 yang dikemukakan dalam sub-
bab ini dikutip dari Mugniesyah 2006. Rogers dan Shoemaker 1971 dan
Rogers 1995 mendefinisikan difusi inovasi sebagai suatu proses melalui mana inovasi dikomunikasikan kepada anggota-anggota sistem sosial melalui saluran-
saluran tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Hasil empiris menunjukkan bahwa adopsi terhadap teknologi baru tidak terjadi serempak, karena seseorang
bisa menerima lebih cepat atau lebih lambat dari orang lain. Hal ini ditunjukkan oleh Soewardi 1972 yang dalam penelitiannya menemukan bahwa warga petani
pada lapisan atas cenderung lebih responsif terhadap inovasi Panca Usaha Pertanian dibanding mereka yang berasal dari lapisan bawah. Selanjutnya, warga
lapisan atas ini menyebarkan inovasi tersebut melalui pergaulan sehari-hari kepada warga lapisan bawah. Juga dikemukakan bahwa pada kasus petani lapisan
bawah tidak aktif bertanya, namun mereka meniru secara diam-diam suatu inovasi dari petani lapisan atas tersebut.
Sebagaimana dikemukakan Rogers dan Shoemaker 1971 dan Rogers 1995, proses difusi inovasi terdiri dari empat unsur yang mempengaruhinya.
Unsur pertama adalah inovasi, yang diartikan sebagai suatu gagasan, praktek atau objek yang dipandang sebagai baru oleh seorang individu. Terdapat sejumlah
karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi, yaitu: keuntungan relatif
relative advantages, kompatibilitas compatibility, kompleksitas complexity, kemudahan untuk dicoba trialability, dan kemudahan untuk diamati
observability. Unsur kedua adalah saluran komunikasi, yaitu cara-cara melalui mana sebuah pesan diperoleh penerima dari sumber, yang dibedakan ke dalam
saluran interpersonal dan media massa. Saluran komunikasi interpersonal lebih efektif membangun dan mengubah sikap, sementara saluran media massa efektif
mengubah pengetahuan tentang inovasi. Selain itu, media massa memiliki
keunggulan dalam hal kecepatan dan jumlah khalayak yang bisa dijangkau. Pada Tabel 1 disajikan perbedaan karakteristik saluran komunikasi interpersonal dan
media massa.
Tabel 1 Karakteristik Saluran Komunikasi Interpersonal dan Media Massa No.
Karakteristik Saluran Interpersonal
Saluran Media Massa
1. Arus pesan
Cenderung dua arah Cenderung searah
2. Konteks komunikasi
Tatap muka Melalui media
3. Tingkat umpan balik
Tinggi Rendah
4. Kemampuan
mengatasi tingkat selektivitas
Tinggi Rendah
5. Kecepatan
jangkauan terhadap khalayak banyak
Relatif lambat Relatif cepat
6. Efek yang mungkin terjadi
Perubahan dan
pembentukan sikap Perubahan
pengetahuan
Sumber: Rogers dan Shoemaker 1971 dalam Mugniesyah 2006 Keterangan:
Terutama selektivitas untuk terdedah atau selective exposure
Unsur yang ketiga dalam difusi inovasi adalah waktu. Dalam hal waktu, ada tiga aspek penting yang berhubungan dengan proses difusi, yakni: 1 proses
pengambilan keputusan inovasi the innovation-decision process, 2 keinovativan innovativeness, dan 3 laju adopsi suatu inovasi
innovation’s rate of adoption dalam sistem sosial.
Proses pengambilan keputusan inovasi selanjutnya ditulis PK Inovasi yang terdiri dari lima tahapan, yaitu pengenalan, persuasi, keputusan,
implementasi dan konfirmasi, melibatkan waktu karena setiap tahapannya biasa terjadi dalam serangkaian tatanan waktu. Terdapat empat tipe proses PK Inovasi,
yaitu opsional, kolektif, otoritas, dan kontingensi, dimana keempatnya dibedakan berdasarkan unit pengambil keputusan dan unit adopsi dalam PK Inovasi tersebut.
Pada PK Inovasi opsional, individu merupakan unit pengambil keputusan dan unit adopsi inovasi, sedangkan pada PK Kolektif, baik unit pengambil keputusan
maupun unit adopsi inovasinya adalah kelompok atau suatu sistem sosial. Berbeda dengan tipe sebelumnya, pada tipe otoritas, PK Inovasi dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai posisi kekuasaan atasan superordinat sedangkan unit adopsinya adalah anggota sistem sosial bawahannya subordinat. Adapun pada
tipe kontingensi, pengambilan keputusan merupakan kombinasi dari dua atau lebih keputusan inovasi, atau keputusan inovasi dibuat setelah ada keputusan tipe
lain yang mendahuluinya. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971 keinovativan innovativeness
adalah derajat dimana seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya secara relatif lebih dini atau lebih dahulu mengadopsi sesuatu inovasi daripada
rata-rata anggota sistem sosial dimana dia menjadi anggotanya. Keinovativan yang berbeda tersebut memungkinkan untuk melihat kategori adopter suatu
inovasi tertentu, yang dibedakan ke dalam inovator innovator, penganut dini early adopter, penganut dini terbanyak early majority, penganut lambat
terbanyak late majority dan penolak laggards. Laju adopsi adalah kecepatan relatif dimana suatu inovasi diadopsi oleh
anggota-anggota suatu sistem sosial. Laju adopsi ini biasanya diukur sebagai jumlah penerima yang mengadopsi inovasi dalam periode waktu tertentu.
Terdapat sejumlah faktor yang menentukan laju adopsi, dan masing-masing variabel meliputi satu atau lebih unsur. Adapun hubungan beberapa variabel yang
menentukan laju adopsi independent variables dan laju adopsi inovasinya dependent variable digambarkan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.
Unsur keempat dalam difusi inovasi adalah sistem sosial, yang diartikan suatu seperangkat unit-unit kolektivitas yang berhubungan satu sama lain dalam
upaya mencapai tujuan bersama, khususnya dalam penyelesaian masalah. Anggota-anggota sistem sosial bisa terdiri dari individu, kelompok informal,
organisasi, danatau subsistem-subsistem. Sistem sosial memiliki seperangkat batasan di dalam mana inovasi menyebar. Itu sebabnya penting untuk memahami
pengaruh struktur sosial dalam sistem yang mempengaruhi pola-pola difusi inovasi. Rogers dan Shoemaker, menyatakan bahwa struktur sosial mempengaruhi
difusi inovasi melalui beberapa cara, di antaranya peranan tokoh pemuka pendapat dan agen perubah. Dalam konteks peranan pemuka pendapat,
dimungkinkan adanya individu yang mengembangkan struktur komunikasi homofili dan heterofili. Homofili adalah derajat dimana dua orang atau lebih
individu yang berinteraksi memiliki kesamaan atribut atau karakteristik tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lainnya. Adapun heterofili
adalah derajat dimana pasangan individu-individu yang berinteraksi memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, komunikasi
interpersonal yang homofili dapat menghambat proses difusi, karena memungkinkan penyebaran inovasi hanya secara horizontal, baik hanya di
kalangan lapisan atas atau hanya di kalangan lapisan bawah.
Variabel-variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh
Sumber: Rogers dan Shoemaker 1971 dan Rogers 1995 dalam Mugniesyah 2006
Gambar 1 Paradigma Laju Adopsi Inovasi
I. KARAKTERISTIK INOVASI
Keuntungan Relatif Kompabilitas
Kompleksitas Kemungkinan Dicoba
Kemungkinan Diamati Hasilnya
II. TIPE KEPUTUSAN INOVASI Opsional
Kolektif Otoritas
III. SALURAN KOMUNIKASI Interpersonal
Media Massa IV. CIRI SISTEM SOSIAL
Tradisional vs Modern Derajat Integrasi Komunikasi
Dan lain-lain
V. UPAYA PROMOSI OLEH AGEN PERUBAH
LAJU ADOPSI INOVASI
2.2 Konsep Adopsi Berlebihan