Pola Pemanfaatan Ponsel di Kalangan Masyarakat Desa Kemang

BAB VIII POLA PEMANFAATAN DAN ADOPSI BERLEBIHAN TELEPON

SELULER Penggunaan ponsel di kalangan masyarakat Desa Kemang, khususnya di Kampung Beber dan Kampung Cikupa, dimanfaatkan secara berbeda oleh setiap individu adopter. Sehubungan dengan hal tersebut, bab ini akan menjelaskan pola pemanfaatan ponsel menurut karakteristik kategori adopter yang ada di kalangan masyarakat Kampung Beber dan Kampung Cikupa, serta memaparkan fenomena adopsi berlebihan over adoption yang terjadi di kalangan masyarakat tersebut.

8.1 Pola Pemanfaatan Ponsel di Kalangan Masyarakat Desa Kemang

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, ponsel dimanfaatkan oleh setiap individu dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing- masing. Tabel 25 di bawah ini, menjelaskan penggunaan ponsel yang berulang- ulang dan telah menjadi suatu kebiasaan, sehingga disebut pola pemanfaatan ponsel di Desa Kemang. Tabel 25 Distribusi Adopter Ponsel menurut Pola Pemanfaatan Ponsel di Desa Kemang Tahun 2011 dalam persen Pola Pemanfaatan Ponsel Persen MeneleponSMS Keluarga Inti 22,67 MeneleponSMS Teman Sebaya 17,33 MeneleponSMS Rekan BisnisKerja, Teman Sebaya dan Saudara Jauh 17,33 MeneleponSMS Saudara Jauh 16,00 MeneleponSMS Rekan BisnisKerja 9,33 MeneleponSMS Keluarga Inti dan Teman Sebaya 9,33 MeneleponSMS Rekan BisnisKerja dan Keluarga Inti 4,00 MeneleponSMS Keluarga Inti dan Saudara Jauh 2,67 Mendengar Radio dan Main Game 1,33 Total persen 100,00 Total jumlah 75 Berdasar pada data tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas adopter ponsel memanfaatkan ponsel untuk berhubungan melalui teleponSMS dengan keluarga inti mereka. Dalam hal ini keluarga inti adalah orang tua, suamiistri, kakakadik, dan anak yang tinggal di luar desa. Dapat dijumpai beberapa orang istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar kotanegeri atau sebaliknya. Begitu juga antara orang tua dan anak, dimana terdapat orang tua yang ditinggal anaknya bekerja di luar kotanegeri atau sebaliknya. Pengeluaran mereka untuk pulsa rata-rata sekitar Rp 40.000,00 per bulan, akan tetapi untuk adopter yang memiliki keluarga inti yang menjadi buruh migran di Arab Saudi pengeluarannya dapat mencapai Rp 100.000,00 per bulan. Selanjutnya, di kalangan adopter yang memanfaatkan ponsel untuk berhubungan dengan teman sebaya saja dan kombinasi antara rekan bisniskerja, teman sebaya, dan saudara jauh memiliki persentase yang sama 17 persen. Mereka biasanya menggunakan ponsel untuk berhubungan dengan teman sebaya sesama remaja yang masih duduk di bangku sekolah untuk mengobrol seputar kehidupan remaja dan sekolah. Oleh karena rata-rata kartu provider yang mereka gunakan sama, mereka ini lebih banyak berhubungan melalui SMS, yang mana provider tersebut memberikan fasilitas paket SMS sepuasnya ke sesama pengguna dengan tarif Rp 5.000,00 per minggu, sehingga pulsa yang bisa mereka habiskan dalam sebulan yaitu sekitar Rp 20.000,00 Telepon seluler juga dimanfaatkan oleh sebagian adopter 16 persen untuk berhubungan dengan saudara jauh. Biasanya, mereka yang memanfaatkan ponsel untuk berhubungan dengan saudara jauh, hanya meneleponSMS untuk sekedar berbincang-bincang dan saling menanyakan kabar. Sementara itu, adopter yang memanfaatkan ponsel untuk meneleponSMS rekan bisniskerja saja dan kombinasi antara keluarga inti dan teman sebaya, memiliki persentase yang sama, sekitar 9 persen. Mereka terdiri dari adopter yang bekerja sebagai penjahit, guru, pedangang pemilik warung dan pengusaha setempat. Bagi pengusaha setempat, ponsel sangat berguna bagi mereka untuk berhubungan dengan rekan bisnis di luar kota, seperti Bandung dan Jakarta. Pengeluaran mereka untuk membeli pulsa pun terbilang cukup tinggi, yakni sekitar Rp 200.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 setiap bulannya, terutama untuk menelepon. Begitu pula bagi pemilik warung, ponsel bermanfaat untuk berhubungan dengan pasar induk berkenaan informasi harga barang, sedangkan bagi penjahit, ponsel digunakan untuk berhubungan dengan para pelanggan yang menggunakan jasa mereka. Di Kampung Beber terdapat dua orang penjahit, sedangkan di Kampung Cikupa terdapat tiga orang penjahit. Ponsel juga dimanfaatkan oleh para guru dan kepala sekolah untuk berhubungan dengan sesama mereka, khususnya untuk membicarakan sejumlah permasalahan dan kegiatan di sekolah. Setiap bulannya, pengeluaran mereka untuk pulsa rata-rata sebesar Rp 20.000,000 sampai Rp 50.000,00. Secara rinci, rata-rata pengeluaran pulsa untuk setiap pola pemanfaatan, dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini. Tabel 26 Pengeluaran Pulsa Adopter Ponsel menurut Pola Pemanfaatan Ponsel di Desa Kemang Tahun 2011 dalam rupiah Pola Pemanfaatan Ponsel Pengeluaran Pulsa MeneleponSMS Keluarga Inti 40000-100000 MeneleponSMS Teman Sebaya 20000-25000 MeneleponSMS Saudara Jauh 20000-50000 MeneleponSMS Rekan BisnisKerja 20000-1000000 Selain mereka yang menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dengan individu lain, dalam penelitian ini juga ditemukan adanya adopter ponsel yang memanfaatkan ponsel sebagai media bisnis, yaitu untuk berdagang pulsa elektrik. Selain itu, terdapat adopter ponsel yang hanya memanfaatkan ponsel sebagai media hiburan, yaitu mendengarkan radio dan bermain game. Berdasar penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pemanfaatan ponsel oleh para adopter di Desa Kemang, khususnya di kedua kampung tersebut di atas, merupakan kegiatan konsumtif semata. Hanya sebagian kecil dari adopter yang memanfaatkan ponsel sebagai pendukung kegiatan produktifnya 31 persen.

8.2 Adopsi Berlebihan