Organisasi Pemuda dalam Penguasaan Politik Lokal

67 Karena itu, keamanan menjadi terganggu dan masyarakat menjadi tidak aman ditengah-tengah kelompok pemuda yang sedang berkelahi yang berlangsung sekitar tahun 1990 sampai akhir 2002. Hal ini dapat dilihat dari situasi, pada tahun-tahun itu, jalan-jalan yang sepi dan pasar tradisional yang banyak ditinggal para pedagangnya. Akhirnya, pendapatan masyarakat menjadi berkurang dan harga menjadi serba mahal karena barang-barang sulit didapat karena kerusuhan itu. Situasi ini kemudian akan mempengaruhi perkembangan politik lokal di kota Medan. Karena adanya kesempatan bagi para pemuda untuk masuk ke dalam otoritas politik lokal di kota Medan. Atas dasar itu, pertentangan dan perkelahian diantara kedua kelompok ini mereda pada akhir 2002. Masing- masing elit organisasi difasilitasi oleh beberapa tokoh senior pemuda untuk menjadi mediator agar ”perebutan lahan” tersebut tidak lagi terjadi. Salah seorang mediator yang terlibat adalah Abdillah Walikota Medan Periode 1999- 2004 yang memiliki kepentingan untuk menciptakan suasana kondusif di kota Medan ketika itu.

2.4. Organisasi Pemuda dalam Penguasaan Politik Lokal

Konstelasi kekuatan politik organisasi pemudapreman di kota Medan sedikit berbeda dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia, yang dikenal juga memiliki tradisi kekerasan itu sepeti Banten dengan Jawaranya, Betawi dengan Jagoan, dan lain sebagainya. Di Medan, tidak hanya PP yang kuat, namun ada juga IPK, sebuah organisasi yang lahir dari PP yang akhirnya justru menjadi saingan terbesar PP. Olo Panggabean yang low profile, pemimpin IPK yang lama berkuasa, sangat ditakuti secara luas di kota Medan bahkan di beberapa lingkaran internal malah dipuja-puja. Kedudukannya di masyarakat diperkuat dengan semacam tindakan amal seperti penyediaan bantuan transport dan keuangan bagi orang-orang yang tersingkir karena konflik Aceh dan berharap bisa kembali ke Jawa. 100 Kepemimpinan Olo di IPK membawa beberapa perubahan dalam konstalasi kekuasaan yang dimiliki oleh organisasi pemuda di 100 Gatra, September 2000. Universitas Sumatera Utara 68 kota Medan. Karena kepiawaiannya dalam memainkan peran diantara tokoh- tokoh berpengaruh baik dari kalangan sipil dan militer, IPK bahkan segera menjadi lebih kuat daripada Pemuda Pancasila yang ditinggalkannya tahun 1978. Tidak jarang para pengikut atau yang disebut anggota paling bawah terlibat dalam aksi kekerasan seperti perkelahian untuk memperebutkan pengaruh atau akses atas dunia kriminal di kota Medan. Pada saat yang sama hal tersebut tidak terjadi di kalangan para elitnya. Pemimpin puncaknya seperti Moses Tambunan dan Bangkit Sitepu malah muncul menjadi sekutu politik yang akrab di Golkar. Meskipun sering sekali terjadi pergantian ketua pemimpin di IPK namun Olo masih dianggap sebagai ’godfather’ utama kota Medan. Pergantian pimpinan IPK hanyalah sebatas persoalan ”restu” karena pada saat Musyawarah IPK kota Medan, tahun 2005, justru Moses tersingkir digantikan dengan Budi Panggabean, yang tercatat masih kerabat dari Olo. Ketua IPK yang baru ini juga dianggap sebagai ’anak emasnya’ sang godfather. Beberapa agenda organisasi pemuda yang sangat penting terutama berkaitan dengan pergantian pimpinan dan strategi untuk menguasai satu wilayah tertentu berada di tangan sang godfather. 101 Ketika perubahan politik terjadi di tahun 1997, beberapa elit IPK ternyata menyadari bahwa organisasi ini harus juga mengalami perubahan dalam memberikan dukungan politiknya. Selama Orde Baru, IPK dikenal sebagai organisasi yang selalu memberikan dukungan dan aspirasi politiknya ke Golongan Karya, namun ketika perubahan terjadi, organisasi ini menyatakan dirinya sebagai organisasi independen. Meskipun dalam praktiknya sering mengalami kontradiksi. Beberapa unsur pengurus IPK menjadi ketua partai politik di Medan. Ali Umri misalnya, wakil ketua DPP IPK adalah Ketua Umum DPD Partai Golkar Sumatera Utara dan pada bulan Oktober 2007 telah secara resmi mencalonkan sebagai Gubernur Sumatera Utara Periode 2008-2013 dari Partai Golkar. Deni Ilham Panggabean, kader dan fungsionaris IPK adalah Ketua Umum DPC Partai Demokrat kota Medan. Banyak hal yang menarik untuk dilihat diantaranya adalah 101 Vedi R. Hadiz. Op. Cit. hal. 250. Universitas Sumatera Utara 69 individu-individu yang memimpin partai politik itu bukan hanya berasal dari pengurus IPK, namun mereka juga berprofesi sebagai pengusaha. Yang menarik perhatian dari fenomena ini adalah mereka yang memiliki posisi penting dalam institusi politik itu punya latar belakang sebagai pengusaha lokal kontraktor yang sangat bergantung pada alokasi anggaran belanja pemerintah melalui APBN maupun ABPD. Karena itu, kecenderungan untuk mempertahankan kendali langsung atas aparatur negara dijadikan sebagai alasan untuk merebut posisi politik. Kendali langsung itu dilakukan dengan menguasai partai politik dan organisai masyarakat yang aktivitasnya berkaitan dengan politik lokal. Berbeda dengan IPK, Pemuda Pancasila memiliki lebih banyak kader yang duduk sebagai anggota DPRD kota Medan. Dari 45 orang anggota legislatif, terdapat hampir separuh anggota DPRD kota Medan pernah dan masih aktif baik sebagai anggota dan pengurus PP. 102 Kebanyakan anggota DRPD, yang tercatat sebagai anggota Pemuda Pancasila tersebut berasal dari Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, PBR dan PDIP. Bangkit Sitepu misalnya, politisi Partai Golkar adalah mantan ketua cabang PP yang masih memiliki pengaruh yang kuat. Hendra DS adalah Ketua DPC Partai Patriot Pancasila. Ketua DPRD kota Medan, Syahdansyah Putra, tercatat aktif sebagai anggota dan pengurus Pemuda Pancasila kota Medan. Organisasi pemuda yang disebutkan itu, pada masa Orde Baru, dianggap sebagai pendukung utama dari unsur pemuda, namun ketika terjadi perubahan politik dengan serta merta menyatakan dirinya sebagai organisasi pemuda yang bersifat independen secara politik. Dari keputusan Mubes Pemuda Pancasila misalnya pada bulan Desember 1999 diputuskan bahwa aspirasi politik organisasi pemuda ini bersifat independen. Dengan demikian, para kader dan anggotanya kemudian bebas untuk memilih masuk dalam partai politik manapun juga. Pelaksanaan keputusan organisasi ini tidak juga mudah dilaksanakan karena beberapa daerah termasuk kota Medan terjebak dalam konflik internal 102 Data ini dilihat dari curriculum vitae anggota DPRD Kota Medan Periode 2004-2009. Meskipun tidak semua yang menuliskan secara lengkap, namun data yang ada menunjukkan bahwa dominasi anggota atau mantan anggota PP di DPRD Kota Medan jelas terlihat. Lihat Profil Anggota DPRD Kota Medan Periode 2004-2009 yang dicetak oleh DPRD Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 70 akibat masing-masing pengurusnya memiliki pilihan yang berbeda-beda secara politik. Bagi FKPPI, yang lahir dengan tujuan memperkuat barisan muda di tubuh Golkar, mengharuskan organisasi ini berada di bawah koordinasi Golkar. Namun, ketika Orde Baru jatuh, banyak kader-kader FKPPI yang memilih menyeberang dari Golkar seperti Partai Keadilan dan Persatuan PKP dan partai lainnya. Martius Latuparisa, seorang ketua DPC PKP kota Medan adalah pemimpin lokal FKPPI, yang ketika pemilihan walikota Medan tahun 1999 dianggap sebagai tokoh kunci kemenangan Abdillah. 103 Gatot Pujiasto, Ketua DPW PKS adalah wakil ketua FKPPI. Berbeda dari kedua organisasi pemuda PP dan IPK, FKPPI lebih memperhatikan ”instruksi” dari markas besar mabes TNI yang tentunya berasal dari Panglima Daerah Militer Pangdam Bukit Barisan. Kecenderungan ini akhirnya juga dibantah oleh Martius. Beliau menyatakan bahwa setelah konsolidasi organisasi dilakukan paska jatuhnya Orde Baru, maka organisasi bersifat independen secara politik. Artinya anggota atau kader FKPPI dapat bermain di mana saja dan kapan saja. 104 Meskipun beliau memiliki rencana lain untuk menyatukan kembali sikap politik kader dan anggota FKPPI pada momen- momen politik lokal ke depan seperti pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2008 misalnya. Tabel 2.3: Beberapa Pengurus Organisasi Pemuda yang Menjadi Pengurus Partai Politik di Kota Medan Nama Organisasi Pemuda Partai Politik Ali Umri Ikatan Pemuda Karya Ketua DPD Partai Golkar Sumatera Utara Deni Ilhan Panggabean Ikatan Pemuda Karya Ketua DPC Partai Demokrat kota Medan Hendra DS Pemuda Pancasila Ketua Partai Patriot Pancasila Bangkit Sitepu Pemuda Pancasila Ketua DPD Partai Golkar kota Medan Moses Tambunan Ikatan Pemuda Karya Fungsionaris Partai Golkar Kota Medan Martius Latuperissa FKPPI Ketua Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 103 Lihat Ryter. Op. Cit. 104 Wawancara dengan Martius Latuparisa di Medan, Ketua FKPPI Kota Medan, 17 Oktober 2007. Universitas Sumatera Utara 71 PKPI Kota Medan Gatot Pujiasto FKPPI Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera Sumatera Utara Arif Rahman Pemuda Pancasila Ketua DPD PAN Kota Medan Elvi Rahma Ginting Pemuda Pancasila Fungsionaris PAN Kota Medan Sumber: diolah dari berbagai sumber termasuk dari wawancara dengan beberapa nara sumber Selain menjadi anggota dan pengurus partai, beberapa fungsionaris atau simpatisan organisasi pemudapreman tersebut juga banyak yang menjadi anggota DPRD kota Medan. Yang menarik adalah jika dilihat dari perolehan suara pada pemilu 2004 dari masing-masing anggota dewan, maka mereka sebenarnya cukup memperoleh suara yang tidak juga sedikit. Usaha Ginting misalnya, aktif di PP dan pengurus PDIP memperoleh suara sebesar 23,04 di daerah pemilihannya. Jumlah yang diperolehnya bukanlah angka yang sedikit. Mereka yang menjadi anggota dewan dan tercatat sebagai anggota maupun fungsionaris organisasi pemudapreman terlihat dalam tabel 2.4 di bawah ini. Tabel 2.4: Beberapa Anggota Organisasi Pemuda yang Menjadi Anggota DPRD Kota Medan Nama OKP Partai Politik Perolehan suara Dapem Marudut Nadapdap PP PDIP 2371 11,17 Usaha Ginting PP PDIP 4819 23.04 Subandi IPK PAN 3706 17.05 Landen Marbun PP PBI 3398 15.63 H. Hardi M. PP Golkar 2668 12.76 Sahdan Syah Putra PP Golkar 4253 20.03 Bangkit Stepu PP Golkar 5958 28.49 Conrad P. Nainggolan IPK Golkar 6564 32.93 Hendra DS PP Patriot 1254 5.77 Ahmad Arif PP PAN 3461 16.55 Syahrizal Pangemanan PP PBR 1407 6.47 Sumber: diolah dari berbagai sumber termasuk dari wawancara dengan beberapa nara sumber Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh anggota organisasi pemuda tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota Medan, seperti yang dijelaskan di atas yang penuh dengan kekerasan, ternyata tidak begitu signifikan Universitas Sumatera Utara 72 ketika dilihat dari jumlah mereka yang ada di parpol dan menjadi anggota dewan. Penguasaan politik oleh organisasi pemudapreman secara khusus mendapat tempat yang baik dalam sebuah sistem kekuasaan yang didalamnya kemampuan untuk melakukan atau paling tidak mengancam tindak kejahatan dianggap sebagai hal yang sangat penting untuk mengendalikan keamanan bagi aparatur negara tingkat lokal. Mereka secara khusus dicari, mengingat militer telah dipaksa mundur dari peran politik kontemporer. Di samping menyediakan tenaga bagi calon-calon pejabat, para pemimpin organisasi pemuda – karena mereka memimpin usaha-usaha gelap yang menguntungkan – juga mampu membantu permintaan bantuan dana politik. Dengan otot dan uang mereka secara potensial juga mampu mempengaruhi keputusan politik dan perdebatan di parlemen lokal, termasuk yang berkaitan dengan alokasi kontrak dan sumber daya lainnya. Menonjolnya Pemuda Pancasila, IPK, dan FKPPI di kota Medan memperlihatkan dengan jelas adanya kecenderungan militerisasi sipil. Dengan berbagai warna seragam loreng dan tanda pangkat, mereka menghadirkan tentara swasta yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan orang-orang kaya, kuat dan kejam. Barangkali tidak ada lagi kota di Indonesia di mana papan nama organisasi-organisasi tersebut begitu lazim dan dipasang begitu jelas, seolah- olah menjadi tanda batas wilayah. Meskipun begitu, anggota-anggota organisasi ini agaknya tidak berdisiplin. Banyak anggota yang berganti seragam semaunya, mereka mengenakan seragam organisasi manapun yang bersedia memobilisasi mereka sewaktu-waktu. Hal ini kemudian memunculkan ide ’pemuda setempat’ yang siap disewa oleh siapapun dan tidak punya rasa keterikatan dengan organisasi manapun. 105 Implikasi yang timbul dari situasi itu adalah masyarakat tingkat bawah semakin risau atas prilaku-prilaku sekelompok pemuda yang sering menggunakan atribut organisasi tertentu dan tidak jarang meminta bantuan dana dari proposal yang mereka ajukan seperti acara pelantikan, kunjungan wisata, dan lain sebagainya dengan sesekali menggunakan nada ancaman. 105 Wawancara dengan Taufan Damanik di Medan, akademisi dan anggota Tim Sukses Medan Madani Centre MMC yang dibentuk oleh Abdillah, 17 Oktober 2007. Universitas Sumatera Utara 73

BAB III POSISI POLITIK PEMUDA PANCASILA, IKATAN PEMUDA KARYA, DAN

Dokumen yang terkait

Rekrutmen Partai Politik Dalam Pencalonan Pemilu Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus : Partai Golongan Karya Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara)

1 59 98

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 Kota Medan Di Lingkungan Vi Kelurahan Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota

1 41 18

A. Pedoman Wawancara untuk Organisasi Pemuda - Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

0 1 43

BAB II AKTIVITAS SOSIAL DAN POLITIK ORGANISASI PEMUDA DAN PREMAN DI KOTA MEDAN 2.1. Dinamika Sosial, Kultural, Ekonomi, dan Politik Kota Medan - Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah La

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

0 1 42

Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

0 2 18