Market Risk MANAGEMENT OF FINANCIAL RISK continued

The original consolidated financial statements included herein are in Indonesian language. PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012 Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated 31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan 31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND COMMITMENTS continued

b. Surat kesepakatan bersama lanjutan

b. Joint arrangement letter continued

Biaya yang terjadi sehubungan dengan aktivitas pengawasan dan pemilahan mangan tersebut dikelompokkan sebagai biaya penggalian dan pengerukan dalam ”Beban Pokok Penjualan”. The expenses incurred in relation to the controlling and sorting activities on the manganese produced are classified as digging and dredging expenses which are charged to ”Cost of Goods Sold”.

c. Komitmen penjualan

c. Sales commitments

Pada tanggal 31 Desember 2012, SMR memiliki komitmen untuk menjual mangan kepada CV Sinar Surya dengan total kuantitas mangan dan harga yang telah disepakati, yang akan diserahkan terpenuhinya hingga jumlah kuantitas yang disepakati. SMR menerima pembayaran dimuka sebesar Rp 352.800.000 yang akan diperhitungkan terhadap penjualan mangan terkait, yang dicatat sebagai ”Uang Muka Pelanggan”. As of December 31, 2012, SMR has commitments to sell manganese to CV Sinar Surya at specified agreed quantity of manganese and price, which will be delivered until the agreed quantity is reached. SMR has received an advance payment amounting to Rp 352,800,000 which will be applied against the invoice price of the manganese to be sold, which is recorded as “Advances from Customers”.

d. Liabilitas pengelolaan lingkungan hidup

d. Environmental obligations

Kegiatan usaha Kelompok Usaha telah, dan di masa mendatang mungkin, dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam peraturan pengelolaan lingkungan hidup. Kebijakan Kelompok Usaha adalah berusaha untuk memenuhi semua ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan menerapkan ukuran yang secara teknis dapat dibuktikan dan secara ekonomis memungkinkan. The operations of the Group have been, and may in the future be, affected from time to time by changes in environmental regulations. The Group’s policy is to comply with all applicable regulations issued by the Government of the Republic of Indonesia, by applying technically proven and economically feasible measures. Kelompok Usaha telah membentuk provisi untuk pengelolaan dan reklamasi lingkungan hidup Catatan 19. The Group has recognized provision for environmental and reclamation costs Note 19.

e. Royalti

e. Royalty

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 452003, seluruh perusahaan yang memiliki kuasa pertambangan sekarang Izin Usaha Pertambangan diwajibkan untuk membayar iuran eksplorasiiuran eksploitasiroyalti sebesar 3,25 dari harga jual untuk jenis bahan galianmineral berupa mangan. SMR mencatat biaya royalti dimaksud sebagai bagian dari “Beban Pokok Penjualan”. Based on Government Regulation No. 452003, all companies holding mining rights currently mining business license will have an obligation to pay an exploration feeexploitation feeroyalty for manganese minerals, computed at 3.25 of sales price. SMR recorded the royalty fee as part of “Cost of Goods Sold”.

f. Peraturan kehutanan

f. Foresty regulation

Pada tanggal 10 Maret 2006, Menteri Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri No. P.14Menhut-II2006 ”Peraturan Kehutanan 2006” mengenai Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang menjelaskan mengenai izin untuk menggunakan hutan bukan untuk kegiatan hutan. On March 10, 2006, the Ministry of Forestry issued Ministerial Regulation No. P.14Menhut- II2006 the “2006 Forestry Regulation” regarding Guidelines for BorrowingUse of Forest Areas describing the permit to use forests for non-forestry activities. The original consolidated financial statements included herein are in Indonesian language. PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012 Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated 31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan 31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND COMMITMENTS continued

f. Peraturan kehutanan lanjutan

f. Foresty regulation continued

Menurut Peraturan Kehutanan 2006, perusahaan dapat diberikan izin perhutanan untuk menggunakan area hutan bukan untuk kegiatan perhutanan misalnya untuk kegiatan komersial, dibatasi dengan sejumlah syarat, untuk periode selama 5 tahun dapat diperpanjang. Pursuant to the 2006 Forestry Regulation, a company may be given a forestry permit to use a forest area for non-forestry activities e.g., commercial activities, subject to a number of preconditions, for a period of 5 years extendable. Salah satu syarat signifikan berdasarkan Peraturan Kehutanan 2006 adalah untuk menyediakan lahan bukan hutan seluas dua kali dari luas hutan yang digunakan lahan kompensasi. Lahan kompensasi kemudian harus dihutankan kembalireboisasi. One of the most significant preconditions under the 2006 Forestry Regulation is to provide nonforest land with an area twice that of the forest area to be used “compensation land”. The compensation land must then be reforested. Atau sebagai alternatif, apabila dalam 2 tahun, perusahaan pemohon IPPKH tidak dapat menyediakan lahan kompensasi yang diminta, perusahaan harus membayarkan Pendapatan Negara Bukan Pajak ”PNBP” secara tahunan kepada Menteri Kehutanan sebesar 1 dari jumlah nilai produksi. Peraturan Kehutanan 2006 tidak menyebutkan bagaimana menentukan jumlah nilai produksi. Or, alternatively, if within 2 years the company as applicant of IPPKH cannot provide the required compensation land, the company must pay on an annual basis Non-tax State Revenue “PNBP” to the Minister of Forestry in the amount of 1 of “total production value”. The 2006 Forestry Regulation, however, is silent on how to determine the “total production value”. Pada tanggal 10 Juli 2008, Peraturan Kehutanan 2006 telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P.43Menhut-II2008 ”Peraturan Kehutanan 2008” antara lain mengenai penambahan bentuk kompensasi lahan untuk IPPKH, perubahan besaran PNBP dan jangka waktu IPPKH yang berubah menjadi 20 tahun dan dapat diperpanjang. On July 10, 2008, the 2006 Forestry Regulation was amended by Ministerial Regulation No. P.43Menhut-II2008 “the 2008 Forestry Regulation” in relation to, among others, additional alternatives for land compensation for IPPKH, the changes in the basis of PNBP and changes in the IPPKH period to become 20 years, which is extendable. Pada tanggal 30 Maret 2011, Peraturan Kehutanan 2008 telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18Menhut- II2011 ”Peraturan Kehutanan 2011” antara lain mengenai perubahan kondisi dan ketentuan IPPKH. On March 30, 2011, the 2008 Forestry Regulation was amended by Ministerial Regulation No. P.18Menhut-II2011 “the 2011 Forestry Regulation” in relation to, among others, changes in the IPPKH terms and conditions. SMR yang saat ini telah memperoleh persetujuan prinsip atas IPPKH mungkin dapat dikenakan PNBP dan melakukan reboisasi. SMR juga melakukan monitoring terus-menerus atas kepatuhan mereka terhadap peraturan kehutanan dimaksud. SMR, which currently has obtained approval in principle related to IPPKH, may be charged with PNBP and should perform reforestation. SMR also continuously monitors its compliance with such forestry regulation.

g. Peraturan menteri No. 342009

g. Ministerial regulation No. 342009

Pada bulan Desember 2009, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral “KESDM” mengeluarkan Peraturan Menteri No. 342009 yang mewajibkan perusahaan pertambangan untuk menjual sebagian hasil produksinya kepada pelanggan domestic Domestic Market Obligation atau “DMO”. In December 2009, the Minister of Energy and Mineral Resources “KESDM” issued Ministerial Regulation No. 342009, which provides a legal framework to require mining companies to sell a portion of their output to domestic customers Domestic Market Obligation or “DMO”.