BAB II - 123
Pembangunan jalan Tol yang perlu didorong percepatan pembebasan lahannya adalah Pembangunan Jalan Tol Solo
– Ngawi 90,10 Km, Tol Ngawi – Kertosono 87,02 Km, Tol Kertosono
– Mojokerto 40,05 km, Tol Surabaya- Mojokerto 36,27 km, Jalan Tol Gempol
– Pandaan 13,61 Km dan Tol Pandaan – Malang sudah habis masa berlaku SP2LP-nya. Untuk mendukung percepatan
pembangunan Jalan Tol Dan Infrastruktur lainnya yang memerlukan
pembebasan tanah, Pemerintah Provinsi telah membentuk Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Arteri Provinsi Jawa Timur melalui
Keputusan Gubernur 18894KPTS0132013. Sementara, terkait Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur yang
dilaksanakan melalui
koordinasi Pemerintah
Pusat dan
Pemerintah KabupatenKota, sesuai Juknis Permen PU, Pemerintah Provinsi juga telah
membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur
melalui Keputusan
Gubernur Jawa
Timur, nomor
188369KPTS0132013. Program strategis nasional pembangunan Jalan Lintas Selatan JLS
sepanjang 614 Km, melalui delapan Kabupaten sepanjang pantai Selatan, dilaksanakan melalui sharing pembiayaan antara APBN, APBD Provinsi dan
delapan APBD Kabupaten. Ganti rugi penggunaan tanah milik Perhutani pada awalnya memang sangat sulit dilakukan, namun dengan terbitnya surat dispensasi
dari Kementerian Kehutanan, target percepatan pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur dapat ditingkatkan. Tuntasnya penggantian lahan kompensasi
Kabupaten Pacitan tahun 2013 akan segera diikuti tuntasnya pembangunan fisik jalan di tahun 2014, sehingga menambah kemudahan aksesibilitas dari Provinsi
Jawa Timur ke Provinsi Jawa Tengah dan sebaliknya. Agar pembangunan fisik JLS di tujuh kabupaten lainnya dapat segera tuntas, dibutuhkan peningkatan
percepatan penggantian lahan kompensasi milik perhutani.
BAB II - 124 Tabel 2.90
Perkembangan Penggunan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Jalan Lintas Selatan JLS
Desember 2013 NO
KABUPATEN KAWASAN HUTAN
LAHAN KOMPENSASI LUAS
PERSETUJU AN PRINSIP
Ha LUAS HASIL
PENGUKUR AN Ha
DISPENSASI Ha BERLAKU SD
TERLETAK DI LUAS Ha
1 PACITAN
17,891 17,8906
17,6227 No. 17Menhut-VII2013,
tgl. 30 Juni 2013 Ds. Jeruk, Kec.
Bandar, Kab. Pacitan 17,891
TUNTAS 2
TRENGGALEK 111,744
Belum dilaksanakan
pengukuran -
Ds. Cangkring dan Walidono, Kec.
Prajekan, Kab. Bondowoso
75,887 3
TULUNGAGUNG 116,8647
116,8647 -
Ds. Wonoboyo dan Leprak, Kec. Klabang,
Kab. Bondowoso 19,51
4 BLITAR
109,0015 109,0015
34,3720 SK. 24Menhut-II2011
berlaku sd tgl. 15 Juni 2011
- -
5 MALANG
148,14 147,083
89,7951 S.638Menhut-VII2013
berlaku sd tgl. 30 Mei 2015
Ds. Gentong, Kec. Tamankrocok, Kab.
Bondowoso 150,00
6 LUMAJANG
29,6124 29,6124
29,6124 S.522Menhut-VII2013
berlaku sd tgl. 31 Mei 2013
- -
7 JEMBER
73,3392 73,3392
73,3392 S.521Menhut-VII2012
berlaku sd tgl. 22 Juni 2013
- -
8 BANYUWANGI
27,3984 27,3984
27,3984 S.519Menhut-VII2012
berlaku sd tgl. 19 Ags 2013
Ds. Bangsring, Kec. Wongsorejo dan Ds.
Wonorejo, Kec. Wongsorejo, Kab.
Banyuwangi 27,29
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi, data diolah
3.2. Rasio Kondisi Fisik Saluran Irigasi
Rasio kondisi fisik saluran irigasi adalah perbandingan panjang saluran irigasi dalam kondisi baik terhadap panjang saluran irigasi keseluruhan. Panjang
saluran irigasi meliputi saluran primer, sekunder, dan pembuang. Rasio kondisi fisik saluran irigasi ini memberikan gambaran ketersediaan saluran irigasi untuk
kebutuhan pertanian. Data ini diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum yang menangani Pengairan di Kabupaten Kota se Jawa Timur
dan dari dinas Pekerjaan Umum pengairan Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2012, panjang saluran irigasi primer sepanjang 283,38 km, panjang saluran irigasi sekunder 1.329,02 km dan saluran pembuang 129,30
km, sehingga total panjang saluran irigasi adalah 1.741,7 km. Besarnya rasio kondisi fisik jaringan irigasi adalah 69,05 persen yang diperoleh dari
BAB II - 125
perbandingan total panjang saluran irigasi berkondisibaik dengan total panjang jaringan irigasi.
3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
Tempat ibadah merupakan tempat untuk melakukan persembahyangan peribadatan menurut ajaran masing-masing agama. Ketersediaan tempat
ibadah merupakah salah satu dari pelayanan sarana dan prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Tabel 2.91 Tempat Ibadah di Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tempat Ibadah 2009
2010 2011
2012 2013
Jumlah Tempat Ibadah 194.860 199.708
202.644 203.538 204.432
Rasio per 1.000 penduduk 5,23
5,33 5,38
5,35 5,34
Sumber : Depag KabKota Se Jawa Timur
Keterangan : Angka diperbaiki Angka sementara
Berdasarkan tabel 2.87 tempat beribadah umat beragama pada tahun 2012
sekitar 203.538 buah dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sekitar 204.432 buah. Tempat ibadah tersebut meliputi masjid 19,29 persen, musholla 79,14
persen, gereja 1,30 persen, pura 0,18 persen, vihara 0,07 persen, dan klenteng 0,02 persen. Selama periode tahun 2009-2013 rasio tempat ibadah
masih sekitar 5 tempat ibadah per seribu penduduk.
3.4. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Berdasarkan data Susenas 2012, rumah tangga di Jawa Timur yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar sendiri sebesar 64,31 persen,
mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Dengan demikian secara keseluruhan persentase rumah tinggal yang bersanitasi mempunyai fasilitas
tempat buang air besar sendiri, bersama, umum ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, dari 78,26 persen tahun 2011 menjadi 80,31
persen pada tahun 2012. Peningkatan persentase rumah tangga yang bersanitasi tentunya akan meningkatan pula tingkat kesehatan masyarakat.
Namun demikian masih ada beberapa daerah di Jatim terutama wilayah tapal kuda seperti Situbondo, Bondowoso, Probolinggo yang merupakan daerah
persentase penggunaan jamban milik sendiri paling kecil dibandingkan daerah lainnya di Jatim.
BAB II - 126 Tabel 2.92
Persentase Rumah Tangga Berdasar Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Menurut KabupatenKota di Jawa Timur
Tahun 2012
NO Kabupatenkota
Sendiri Bersama
Umum Tidak
Ada Jumlah
Rumah tangga
1 2
3 4
5 6
7 8
1. Kab. Pacitan
81,54 10,84
4,82 2,80
100,00 155.467
2. Kab. Ponorogo
75,45 15,99
0,75 7,82
100,00 248.862
3. Kab. Trenggalek
66,11 15,28
1,00 17,62
100,00 196.877
4. Kab. Tulungagung
70,77 21,37
1,28 6,57
100,00 280.893
5. Kab. Blitar
74,64 13,76
0,70 10,90
100,00 333.009
6. Kab. Kediri
68,50 17,28
1,32 12,90
100,00 422.824
7. Kab. Malang
78,66 10,47
1,36 9,51
100,00 677.344
8. Kab. Lumajang
68,08 8,66
0,72 22,54
100,00 288.775
9. Kab. Jember
46,73 7,50
0,83 44,94
100,00 678.637
10. Kab. Banyuwangi
61,00 9,01
1,30 28,69
100,00 483.361
11. Kab. Bondowoso
23,94 11,82
2,40 61,84
100,00 246.206
12. Kab. Situbondo
24,62 13,73
1,31 60,35
100,00 218.863
13. Kab. Probolinggo
28,41 20,63
1,56 49,41
100,00 317.391
14. Kab. Pasuruan
54,73 8,65
3,52 33,10
100,00 429.996
15. Kab. Sidoarjo
69,60 14,91
2,43 13,06
100,00 554.232
16. Kab. Mojokerto
70,47 9,30
0,52 19,70
100,00 282.335
17. Kab. Jombang
65,06 14,08
2,18 18,68
100,00 341.302
18. Kab. Nganjuk
68,43 19,54
1,44 10,59
100,00 297.079
19. Kab. Madiun
71,82 15,63
0,24 12,30
100,00 202.196
20. Kab. Magetan
76,98 10,78
1,11 11,13
100,00 177.586
21. Kab. Ngawi
74,04 13,45
0,79 11,72
100,00 259.849
22. Kab. Bojonegoro
60,13 11,48
0,42 27,97
100,00 343.740
23. Kab. Tuban
59,08 7,52
0,68 32,71
100,00 316.724
24. Kab. Lamongan
76,77 7,54
1,41 14,28
100,00 308.058
25. Kab. Gresik
86,52 9,23
1,10 3,15
100,00 316.820
26. Kab. Bangkalan
75,95 16,02
2,52 5,52
100,00 232.179
27. Kab. Sampang
48,77 21,44
0,37 29,42
100,00 228.093
28. Kab. Pamekasan
53,72 24,41
1,36 20,51
100,00 211.480
29. Kab. Sumenep
38,80 29,95
5,02 26,23
100,00 320.777
30. Kota Kediri
80,33 14,90
3,14 1,63
100,00 73.600
31. Kota Blitar
80,71 15,25
1,32 2,72
100,00 37.665
32. Kota Malang
80,56 16,99
1,69 0,77
100,00 230.310
33. Kota Probolinggo
67,55 18,15
4,71 9,58
100,00 52.793
34. Kota Pasuruan
71,48 4,52
7,45 16,54
100,00 50.358
35. Kota Mojokerto
81,21 12,74
3,99 2,06
100,00 33.586
36. Kota Madiun
79,31 16,43
3,56 0,70
100,00 48.468
37. Kota Surabaya
72,96 22,41
4,63 0,00
100,00 736.445
38. Kota Batu
90,20 4,22
1,14 4,44
100,00 52.779
Provinsi 64,31
14,18 1,81
19,69 100,00
10.686.958
Sumber : BPS Jawa Timur
BAB II - 127