Alasan Keengganan Masyarakat Mendatangi Pasar

Dari tanggapan yang diungkapkan oleh AA dan RN di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi pasar menurut mereka kurang strategis. Karena jarak yang harus mereka tempuh untuk sampai ke pasar Panggungrejo cukup jauh. Dengan kondisi seperti ini mereka lebih memilih pedagang yang dekat dengan lokasi tempat tinggalnya kos untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh RN sebagai berikut: “Di dekat kosku sekarang sudah ramai pedagang. Sudah banyak yang membuka warung makan, fotokopi, rental komputer dan lain-lain. Jadi aku pilih yang dekat, lha wong aku disini tidak bawa motor” RN, Perempuan 22 tahun W14062010 Dari tanggapan RN diatas dapat dilihat bahwa sekarang di wilayah sekitar kampus UNS telah banyak pedagang-pedagang yang menawarkan segala macam kebutuhan mahasiswa. RN sekarang kos di daerah ngoresan yang telah banyak pedagang disana. Jarak antara tempat kosnya dengan pasar berjarak cukup jauh, sehingga dia lebih memilih pedagang yang ada di sekitar kosnya daripada harus ke pasar Panggungrejo. Tanggapan lain mengenai alasan kurang tertariknya mahasiswa mendatangi pasar Panggungrejo karena diberlakukannya pungutan atau lahan parkir. Mahasiswa menganggap keberadaan pasar yang masih sepi ini disebabkan banyak dari mereka yang kurang nyaman dengan adanya pungutan parkir tersebut. Salah satunya yang kurang nyaman adalah AA. Dia mengungkapkan bahwa: “Perbedaan yang pertama saya rasakan dari belakang kampus ke pasar ini Panggungrejo adalah pungutan parkir yang sangat menggangu dan tidak begitu efektif ” AA, Laki-laki 22 tahun W15062010 FN juga mempunyai tanggapan yang sama mengenai pungutan parkir yang ada di pasar Panggungrejo ini. Dia mengungkapkan bahwa: “Seharusnya tidak perlu adanya pungutan parkir, pasar ini masih sepi jadi sama sekali tidak efektif. Kecuali kalau pasar ini sudah ramai baru diberlakukan parkir. Sehingga pengunjung pasar merasa aman menitipkan motornya” FN, Perempuan 21 tahun W15062010 Dari uraian mengenai alasan keengganan mahasiswa mendatangi pasar Panggungrejo ada tiga, yaitu alasan bahwa lokasi pasar yang cukup jauh dari tempat tinggal mahasiswa. Kemudian alasan yang kedua adalah banyaknya pedagang yang berada di dekat tempat tinggal mahasiswa. Sehingga pemenuhan kebutuhan mereka cenderung lebih memilih di dekat tempat tinggalnya. Alasan yang terakhir yang diungkapkan mahasiswa mengenai pemberlakuan pungutan parkir yang ada di pasar Panggungrejo. Banyak konsumen yang menanggapi keberadaan pungutan itu kurang efektif dan sangat menggannggu mahasiswa yang datang.

C. Temuan Hasil Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap subjek penelitian mengenai penataan pedagang sektor informal di belakang kampus UNS, hasil temuan secara garis besar sebagai berikut:

1. Tanggapan Setelah Dilakukan Penataan Pedagang

a Tanggapan Pedagang Setelah dilakukan penataan, tanggapan pedagang mengenai pasar Panggungrejo ini sebagai berikut: 1 Kondisi pasar yang nyaman 2 Sikap pedagang terhadap penataan yang dilakukan pemkot Surakarta 3 Tidak adanya upaya pengembangan pasar 4 Ketersediaan fasilitas pasar b Tanggapan Konsumen Mahasiswa 1 Penataan ini hanya pada bentuk fisiknya saja keindahan dan kerapian kota. Sedangkan dari sisi perekonomian pedagang kurang diperhatikan oleh pemerintah kota Surakarta 2 Ketidaktegasan pemerintah mengenai pedagang yang tidak menempati kios yang telah disediakan oleh pemerintah 3 Tidak ada upaya untuk mensosialisasikan pasar

2. Dampak Sosial Ekonomi Yang Dirasakan Pedagang

a Dampak Sosial Yang Dirasakan Pedagang 1 Perubahan Hubungan Dengan Pedagang Lain 2 Perubahan Dalam Hubungan Keluarga b Dampak Ekonomi Yang Dirasakan Pedagang Dampak positif: 1 Adanya Kepastian Usaha 2 Penataan Yang Tidak Dipungut Biaya Dampak negatif: 1 Lokasi Pasar Kurang Strategis Untuk Berdagang 2 Pasar Panggungrejo Masih Sepi 3 Penurunan Penghasilan Pedagang Berdasarkan hasil temuan di atas dapat dimasukkan dalam pembahasan teori seperti berikut:

1. Proses Penataan Yang Dikaji Dengan Teori Sistem Sosial Tallcot

Parsons Dalam menelaah mengenai berjalannya suatu penataan lingkungan dihubungkan dengan kegiatan sektor informal, maka harus dikaji terlebih dahulu mengenai kajian sektor informal yang menjadi konsekuensi perkembangan kota. Sektor informal merupakan salah satu sektor perekonomian selain sektor formal. “Sektor ini mempunyai kriteria sebagai salah satu usaha yang mudah dimasuki, berskala kecil, tidak mempunyai izin usaha, dan berpenghasilan kecil” Simanjuntak 1995: 98-99. Sektor informal yang berkembang di belakang kampus mempunyai kriteria yang sama dengan uraian diatas. Kebanyakan pedagang di belakang kampus UNS merupakan usaha yang berskala kecil dan tidak mempunyai ijin usaha sehingga luput dari pencacahan dalam ekonomi kota. Latar belakang pedagang sektor informal PKL di belakang kampus sangat bermacam-macam. Tidak tersedianya lapangan pekerjaan di sektor formal , sehingga masyarakat mencoba mengadu nasib dengan menjadi PKL menjadi faktor utama yang melatar belakanginya. Perekonomian di sektor formal kurang mampu menyerap angkatan kerja yang semakin bertambah. Selain itu persyaratan masuk sektor formal yang bagi sebagian kalangan masyarakat sulit dipenuhi. Keadaan angkatan kerja yang merupakan berpendidikan rendah menyebabkan mereka sulit menguasai teknologi yang berkembang dalam memperoleh pekerjaan di sektor formal. Untuk tetap mempertahankan hidupnya sehingga mereka memilih sektor informal dengan menjadi PKL di belakang kampus UNS. Hal ini