Hal ini terjadi akibat dari perbedaan kepentingan diantara keduanya. Pemerintah kota Surakarta sebagai pihak yang berkuasa ingin
mengembalikan fungsi dari trotoar jalan di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantara yang telah
diserobot
oleh pedagang sektor informal. Sedangkan para pedagang tidak ingin pindah dikarenakan faktor-faktor yang
menyangkut penghasilan mereka. Pedagang beranggapan bahwa apabila mereka pindah ke tempat yang baru dimana tempat tersebut terletak kurang
strategis bagi mereka maka akan terjadi penurunan penghasilan. Pedagang yang mulanya berdagang di trotoar jalan Ki Hajar Dewantara dimana
banyak orang mengakses jalan tersebut, sehingga mereka ketika pindah dan ditata di sebuah kompleks pasar maka ada kekhawatiran dari pedagang akan
menurunnya pendapatan pedagang. Selain itu kekhawatiran pedagang yang lain adalah mereka akan kehilangan para pelanggan akibat kepndahan
mereka. Sedangkan konflik horisontal terjadi karena adanya sikap yang pro
dan kontra diantara para pedagang mengenai kebijakan penataan sektor informal dibelakang kampus ini. Perbedaan sikap yang terjadi diantara
pedagang ini dapat perbedaan persepsi mengenai kebijakan penataan tersebut. Sehingga konflik ini dapat menjadi hambatan atau kendala yang
akan dihadapi oleh pemerintah kota Surakarta dalam merealisasikan kebijakan penataan ini.
Dampak sosial ekonomi dalam penataan sektor informal ini sering kali terjadi perubahan dalam pola kehidupan. Terjadinya perubahan yang secara
cepat ini akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis dari pedagang sektor informal. Biasanya para pedagang melakukan usaha di pinggir jalan
dan kemudian di tata di sebuah kompleks pasar. Sehingga para pedagang akan melakukan usaha dan upaya guna menyesuaikan diri dengan keadaan
yang ada.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian mengenai penataan atau relokasi pedagang sektor informal telah banyak dilakukan oleh para pengamat sosial, perkotaan, maupun
ekonomi. Begitu pula dengan penelitian yang peneliti lakukan. Peneliti berpijak dari penelitian terdahulu yang dianggap peneliti relevan dengan
tema kajian yang peneliti teliti. Salah satunya adalah penelitian dari Agung Wibowo, 2009 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UNS dengan
judul penelitian
Bunga Trotoar Ke Pedagang Kios Studi Pemaknaan Formalisasi Pedagang Pasca Huni Relokasi PKL Monumen 45 Banjarsari
Ke Pasar Klithikan Notoharjo Kota Surakarta .
Penelitian ini merupakan upaya penjelasan dinamika perkotaan sebagai sebuah penjelasan sosial
mengenai upaya untuk menganalisa penafsiran dan persepsi kota di mata penghuninya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat terungkap bahwa
pedagang dengan pengetahuan dan pengalaman yang dominan terhadap jiwa entrepreneurship dapat dikembangkan status usahanya ke araah formal
seperti diharapkan pemerintah kota seperti diharapkan oleh pemerintah kota dalam formalisasi PKL. Pemahaman pedagang berdasarkan konstruksi
sosial motivasi menjadi PKL karena mencari kehidupan yang lebih layak. Banyak pedagang mengapresiasi formalisasi dengan meninggalkan pasar.
Banyak para pedagang yang telah diberikan kios oleh pemerintah kota Surakarta
malah
menyewakan atau bahkan menjual kios mereka. Pilihan untuk menjual kios tersebut tidak terlepas dari himpitan ekonomi para
pedagang yang harus dipenuhi. Hal ini dikarenakan setelah selepas penataan formalisasi pedagang tidak segera mendapat keseimbangan dan
kestabilan pendapatan dari berjualan di pasar Klithikan Notoharjo. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penataan atau
formalisasi PKL merupakan kebijakan sepihak dari pemerintah kota Surakarta. Hal ini dikarenakan, setiap dilakukan penataan atau relokasi
maka pedagang akan mengalami penurunan pendapatan yang dikarenakan karena kurang strategisnya tempat dagang baru yang pedagang tempati.
Sehingga penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
C. Kerangka berpikir
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Dari bagan di atas kerangka berpikir dapat dibaca sebagai berikut:
kondisi dan suasana di daerah belakang kampus UNS merupakan kawasan yang cukup strategis untuk melakukan suatu usaha. Hal ini dikarenakan
banyaknya mahasiswa yang tinggal dan kos di sekitar belakang kampus UNS tersebut. Mereka mahasiswa yang berasal dari luar kota Surakarta
yang tidak hanya menuntut ilmu di UNS saja tetapi juga tidak sedikit yang dari perguruan tinggi lain, diantaranya Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
STIKES Aisiyah dan mahasiswa Institut Seni Indonesia ISI. Kondisi ini dimanfaatkan masyarakat untuk membuat usaha di sekitar belakang kampus
tersebut. Para pedagang melakukan usaha dengan menempel di pagar
pembatas sekitar belakang kampus UNS sepanjang jalan Ki Hajar Dewantara yang kurang lebih panjangnya 2 Km. Pedagang
– pedagang di Pedagang sektor informal
di Belakang kampus UNS
Penataan Sektor Informal
Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang
Sebelum dilakukan penataan
Setelah dilakukan penataan
Kehidupan Sosial 1.
Hub.dengan pedagang lain
2. Hub dengan
keluarga 3.
Hub.dengan pembeli.
Kehidupan Ekonomi 1.
Tingkat pendapatan.
Dampak yang dirasakan pedagang
belakang kampus ini berdagang mulai dari
basic need
seperti makanan, pakaian, dan potocopi. Selain itu rental komputer, Rental CD,
counter
selular, hingga toko boneka. Pedagang sektor informal di sekitar belakang kampus UNS semakin lama semakin bertambah saja. Selain karena sektor
informal tidak membutuhkan persyaratan khusus yang rumit serta modal yang besar, hal ini juga dikarenakan mahasiswa yang datang untuk
menempuh studi di kawasan belakang kampus UNS ini terus bertambah. Para pedagang sektor informal di belakang kampus UNS
muncul sekitar tahun 90-an. Para pedagang memakai trotoar belakang kampus untuk berjualan. Kios-kios mereka menempel pada pagar
pembatas kampus UNS. Sehingga dari tahun ke tahun jumlah pedagang terus bertambah maka pemerintah Surakarta melakukan suatu penataan
atau relokasi bagi pedagang sektor informal di sekitar belakang kampus UNS. Penataan ini didasari bahwa lahan yang pedagang tempati
merupakan lahan yang ilegal dan bukan milik mereka, kemudian atas dasar keindahan dan kenyamanan pejalan kaki yang sedikit banyak memberi
faktor untuk dilakukan penataan pedagang sektor informal di belakang kampus UNS ini. Sehingga pemerintah kota Surakarta menerapkan
kebijakan penataan pedagang sektor informal ini yang tertuang dalam Keputusan Walikota No. 2 Tahun 2001 tentang pedoman Pelaksanan
Peraturan Daerah Kota Surakarta dan No. 8 Tahun 1995 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.
Untuk merealisasikan kebijakan penataan sektor informal di belakang kampus UNS ini maka pemerintah kota Surakarta membangun
pasar Panggungrejo yang terletak di belakang kecamatan Jebres untuk menampung dan menata pedagang agar bisa berjualan di lahan yang legal.
Pasar Panggungrejo ini mulai dibangun pada bulan April 2008. Pengerjaannya dilakukan secara dua tahap. Tahap pertama adalah
pembangunan pasar dengan jumlah kios sebanyak 93 kios. Tahap dua pembangunan sarana dan prasarana beserta kios yang berjumlah 108 kios.
Sehingga penataan pedagang kaki lima ini dilakukan pada bulan Desember