Kondisi Pasar Yang Nyaman

“Kalau aku enakan disini mas, tempatnya nyaman, bersih dan aman. Suasananya juga enak karena sekarang kita dikumpulkan dalam satu bangunan sehingga lebih enak aja. ” AR, Laki-laki 27 tahun W12062010. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak RY “Disini lebih nyaman, tempatnya bersih, ada MCK sama Mushollanya. Kalau dulu pas disana dibelakang kampus mau kencing aja jaraknya cukup jauh”. RY, Laki-laki 42 tahun W3072010. Kenyamanan yang dirasakan bapak RY ini karena ditunjang oleh fasilitas-fasilitas yang ada di pasar Panggungrejo ini. Selain kenyamanan yang dirasakan oleh pedagang, dengan adanya penataan ini pedagang juga merasa aman menaruh barang dagangannya di pasar ini. Karena kios yang dibuat seragam dengan pintu roolling door sehingga aman. Selain itu ada petugas keamanan yang menjaga pasar Panggungrejo ini hingga malam hari. Hal ini diungkapkan oleh Bapak RY yang merupakan salah satu pedagang pasar Panggungrejo yang menjalankan usaha fotokopi “Kondisi lingkungan pasar disini lebih aman daripada disana belakang kampus. Dulu ketika disana saya merasa was-was kalau mesin fotokopi saya dicuri orang. Tapi setelah pindah kesini saya lebih santai” RY, Laki- laki 42 tahun W3072010. Kondisi lingkungan pasar yang nyaman bagi pedagang juga dikarenakan di pasar ini pedagang mendapatkan kios yang permanen. Ukuran kios yang dibangun untuk pedagang masing-masing berukuran 2 x 3 meter. Sebagian pedagang yang diwawancarai peneliti mengaku puas dengan kondisi kiosnya seperti penuturan AR sebagai berikut: “Kiosnya cukup nyaman mas, karena usaha saya rental CD jadi dengan kios yang seperti ini sudah nyaman dan enak” AR, Laki-laki 27 tahun W12062010. Hal senada juga diungkapkan IY pedagang yang menjalankan usaha permak jeans, berikut penuturannya: “Kios ini sudah cukup bagi saya dalam menjalankan usaha walaupun kiosnya lebih kecil daripada kiosku saat di belakang kampus sana” IY, Laki-laki 28 tahun W2062010 Dengan dibuatnya kios pedagang secara permanen sehingga pedagang tidak lagi memasang bangunan semi permanen seperti yang diungkapkan DT sebagai berikut: Kios saya dulu itu semi permanen jadi kalau buka ya harus pasang-pasang tenda mas..tapi sekarang sudah tidak lagi tapi sayang ukurannya hanya 2 x 3 meter DT, Laki-laki 50 tahun W3072010 Pedagang menanggapi ukuran kios yang 2 x 3 meter ini berbeda-beda. Hal ini dikarenakan perbedaan jenis dagangan yang mereka jalankan. Bagi pedagang kuliner yang memerlukan kios yang lebih besar untuk melakukan usahanya kios yang hanya berukuran 2 x 3 meter ini sangat kurang. Mereka dalam berdagang kurang leluasa, karena kalau menjalankan usaha kuliner membutuhkan tempat yang lebih besar. Karena usaha ini harus ada dapurnya sendiri, tempat makan bagi pelanggannya, dan almari untuk menaruh barang dagangannya. Seperti penuturan Pak SA pedagang makanan di pasar Panggungrejo sebagai berikut: “Yo jelas kurang lah mas, kiose gur sakmene piye mlakune mas...asline kiy wis enak- enak ning kono eh dipindah neng kene dadi abot mas” ya jelas kuranglah mas, kiosnya cuma segini gimana bisa jalan usaha saya, sebenarnya itu sudah enak-enak dagang disana belakang kampus UNS eh dipindah kesini pasar Panggungrejo jadi berat mas SA, Laki-laki 70 tahun W12062010 Penuturan Pak SA ini menunjukkan kekecewaannya dengan keadaan kios yang diberikan oleh pemerintah kota kepadanya. Kios yang hanya berukuran 2 x 3 meter ini tidak cukup untuk menjalankan usaha kulinernya. Dia merasa berat dengan keadaan kios yang seperti itu namun beliau juga tidak bisa apa-apa karena penataan ini adalah program pemerintah yang harus mereka patuhi.

b. Sikap Pedagang terhadap Penataan yang Dilakukan Pemerintah

Kota Surakarta Penataan pedagang sektor informal PKL di belakang kampus ini di dasari karena adanya penggunaan lahan trotoar yang digunakan untuk tempat berjualan pedagang. Lahan trotoar yang sebenarnya diperuntukkan untuk para pejalan kaki ini telah diubah oleh pedagang sehingga pejalan kaki tidak mempunyai akses yang nyaman saat berjalan di belakang kampus. Untuk mengembalikan kembali fungsi trotoar yang telah dirampas oleh pedagang sehingga pemerintah kota Surakarta melakukan penataan. Sikap pedagang yang diwawancarai peneliti yaitu mereka menyadari bahwa lahan yang mereka tempati untuk berdagang adalah lahan yang illegal dan bukan miliknya. Pedagang telah menyadari bahwa penggunaan trotoar dan badan jalan merupakan menyalahi peraturan yang berlaku. Namun karena faktor ekonomi sehingga pedagang tetap menjalankan usaha dagangnya disana. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak RY seorang pengusaha jasa fotokopi sebagai berikut “Kami menyadari mas kalau lahan yang kami tempati itu bukan milik kami. Tapi itu adalah trotoar jadi ya pindah kesini karena kesadaran dari diri saya ” RY, Laki-laki 42 tahun W3072010. Hal serupa juga diungkapkan oleh DT yang mengungkapkan bahwa : “Saya menyadari kalau lahan di belakang kampus itu bukan hak saya tapi karena desakan ekonomi dan kami butuh makan ya mau tidak mau saya dulu berjualan disana ”. DT, Laki-laki 58 tahun W3072010 Pada dasarnya pedagang telah mengetahui bahwa lokasi di belakang kampus yang mereka gunakan untuk berdagang adalah melanggar ketentuan hukum. Mereka menyadari kalau lahan tersebut bukan milik dan haknya dan mengganggu lingkungan yang ada di sekitar belakang kampus UNS. Kesadaran pedagang tersebut yang membuat penataan pedagang sektor informal di belakang kampus UNS ini tidak terlalu menemui banyak kendala. Karena pedagang telah disosialisasikan bahwa penggunaan lahan umum untuk berjualan adalah melanggar hukum. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak RY sebagai berikut: “Dulu pedagang dikumpulkan di Balaikota yang isinya mengenai dasar hukum dilakukan penataan pedagang sehingga kami menyadari itu bukan milik kami” RY, Laki-laki 42 tahun W3072010. Pernyataan Bapak RY juga diungkapkan oleh AR yang mengatakan bahwa: