Tanggapan Setelah Dilakukan Penataan Pedagang Dampak Sosial Ekonomi Yang Dirasakan Pedagang

Dampak positif: 1 Adanya Kepastian Usaha 2 Penataan Yang Tidak Dipungut Biaya Dampak negatif: 1 Lokasi Pasar Kurang Strategis Untuk Berdagang 2 Pasar Panggungrejo Masih Sepi 3 Penurunan Penghasilan Pedagang Berdasarkan hasil temuan di atas dapat dimasukkan dalam pembahasan teori seperti berikut:

1. Proses Penataan Yang Dikaji Dengan Teori Sistem Sosial Tallcot

Parsons Dalam menelaah mengenai berjalannya suatu penataan lingkungan dihubungkan dengan kegiatan sektor informal, maka harus dikaji terlebih dahulu mengenai kajian sektor informal yang menjadi konsekuensi perkembangan kota. Sektor informal merupakan salah satu sektor perekonomian selain sektor formal. “Sektor ini mempunyai kriteria sebagai salah satu usaha yang mudah dimasuki, berskala kecil, tidak mempunyai izin usaha, dan berpenghasilan kecil” Simanjuntak 1995: 98-99. Sektor informal yang berkembang di belakang kampus mempunyai kriteria yang sama dengan uraian diatas. Kebanyakan pedagang di belakang kampus UNS merupakan usaha yang berskala kecil dan tidak mempunyai ijin usaha sehingga luput dari pencacahan dalam ekonomi kota. Latar belakang pedagang sektor informal PKL di belakang kampus sangat bermacam-macam. Tidak tersedianya lapangan pekerjaan di sektor formal , sehingga masyarakat mencoba mengadu nasib dengan menjadi PKL menjadi faktor utama yang melatar belakanginya. Perekonomian di sektor formal kurang mampu menyerap angkatan kerja yang semakin bertambah. Selain itu persyaratan masuk sektor formal yang bagi sebagian kalangan masyarakat sulit dipenuhi. Keadaan angkatan kerja yang merupakan berpendidikan rendah menyebabkan mereka sulit menguasai teknologi yang berkembang dalam memperoleh pekerjaan di sektor formal. Untuk tetap mempertahankan hidupnya sehingga mereka memilih sektor informal dengan menjadi PKL di belakang kampus UNS. Hal ini sesuai dengan pendapat Didik J. Rachbini dan Abdul Hamid 1994:34, yang mengatakan “sektor informal sama sekali sulit memperoleh akses informasi dan tidak dapat menjangkau teknologi yang sangat berkembang secepat perkembangan modernisasi itu sendiri”. Berkembangnya PKL di belakang kampus UNS yang sangat cepat, membuat pemerintah membuat program mengenai penataan pedagang disana. Dalam konsep pemerintah, penataan yaitu bagaimana mengembalikan fungsi- fungsi dari tempat atau fasilitas umum sesuai dengan fungsi aslinya, seperti yang dituangkan dalam SK Walikota No.2 tahun 2001 tentang pedoman pelaksanaan Perda no 8 tahun 1995. Dari dasar mengenai konsep penataan di atas, sehingga untuk mengembalikan fungsi pedestrian atau trotoar yang ada di jalan Ki Hajar Dewantara sebagai tempat untuk pejalan kaki dan bukan tempat untuk berjualan para pedagang. Dengan mengembalikan fungsi trotoar tersebut diharapkan akan membuat pejalan kaki mempunyai rasa aman dan nyaman. Melihat proses penataan pedagang dari kacamata sistem sosial Parsons maka harus mengetahui akar dari teori ini. Parsons merupkan salah satu Sosiolog dengan aliran pemikiran struktural fungsional. Jadi sistem sosial masyarakat itu diibaratkan seperti tubuh yang mempunyai strutur dan fungsi masing-masing. Parsons dalam Ritzer 2004:121 menjelaskan bahwa suatu fungsi adalah “kumpulan kegiatan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem”. Dari definisi di atas Parsons menjelaskan tentang teori Sistem sosial yaitu, suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen sub elemen sub sistem yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep sistem digunakan untuk menganalisis perilaku dan gejala sosial dengan berbagai sistem yang lebih luas maupun dengan sub system yang tercakup di dalamnya. Parsons menekankan sifat interrelationship atau saling keterhubungan dan saling ketergantungan antar unsur-unsur struktural dalam kehidupan sosial. Ulasan mengenai sistem sosial merupakan pijakan dasar dalam memahami institusi sosial yang tumbuh dan berkembang dalam sistem masyarakat. Institusi sosial merupakan sesuatu yang timbul akibat tindakan