Secara Teoretis Kegunaan Penelitian

11 Pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengalaman kaidah-kaidah keagamaan. 7 Kelima kompentesi di atas yaitu kompetensi intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi spiritual apabila dapat dikuasai dengan baik oleh seorang guru, maka guru tersebut akan memperoleh keberhasilan tidak hanya dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru tetapi juga akan mendapatkan kepuasan atas profesi yang dipilihnya. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan adalah daya yang dimiliki seseorang untuk melakukan serangkaian tindakan yang menghasilkan suatu keadaan sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar diri. Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Suharto dalam Fathurrohman dan Sutikno mendefinisikan, ”Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur mengelola lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.” 8 Definisi tersebut memberi pengertian bahwa mengajar pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik dapat diciptakan oleh seorang 7 Ibid., h. 55-56. 8 Pupuh Fathurrohman M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Bandung: PT Refika Aditama, 2007, h. 7. 12 guru melalui aktivitas mengorganisir lingkungan belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Senada dengan definisi di atas, Sudjana dalam Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar”. 9 Definisi mengajar selanjutnya adalah sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik dalam Fathurrohman dan Sutikno, yaitu ”Mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”. 10 Definisi ini menekankan bahwa mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini adalah guru, untuk menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Selain itu, dapat dijelaskan bahwa yang disampaikan guru kepada siswa tidak hanya mencakup aspek pengetahuan kognitif, tetapi juga meliputi aspek kecakapan psikomotorik. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Pribadi dalam Thoifuri yang menyatakan bahwa mengajar adalah kegiatan pembinaan yang terkait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dengan tujuan agar siswa lebih cerdas, berpikir kritis, sistematis dan obyektif. Untuk ranah psikomotorik dengan tujuan terampil melaksanakan sesuatu, seperti: membaca, menulis, menyanyi, berhitung, lari cepat, berenang dan lain-lain. 11 Pernyataan tersebut semakin memperjelas bahwa mengajar ditujukan untuk membina peserta didik baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aspek perilakunya. Kedua aspek tersebut yaitu aspek kognitif dan psikomotorik memiliki keterkaitan yang erat. Karena itu, pembinaan pada salah satu aspek tidak mendominasi aspek lainnya. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Howard dalam Kunandar mengemukakan, “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong 9 Ibid., h. 9. 10 Ibid., h. 7. 11 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator Semarang: RaSAIL Media Group, 2007, h. 38.