Secara Praktis Kegunaan Penelitian

12 guru melalui aktivitas mengorganisir lingkungan belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Senada dengan definisi di atas, Sudjana dalam Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar”. 9 Definisi mengajar selanjutnya adalah sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik dalam Fathurrohman dan Sutikno, yaitu ”Mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”. 10 Definisi ini menekankan bahwa mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini adalah guru, untuk menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Selain itu, dapat dijelaskan bahwa yang disampaikan guru kepada siswa tidak hanya mencakup aspek pengetahuan kognitif, tetapi juga meliputi aspek kecakapan psikomotorik. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Pribadi dalam Thoifuri yang menyatakan bahwa mengajar adalah kegiatan pembinaan yang terkait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dengan tujuan agar siswa lebih cerdas, berpikir kritis, sistematis dan obyektif. Untuk ranah psikomotorik dengan tujuan terampil melaksanakan sesuatu, seperti: membaca, menulis, menyanyi, berhitung, lari cepat, berenang dan lain-lain. 11 Pernyataan tersebut semakin memperjelas bahwa mengajar ditujukan untuk membina peserta didik baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aspek perilakunya. Kedua aspek tersebut yaitu aspek kognitif dan psikomotorik memiliki keterkaitan yang erat. Karena itu, pembinaan pada salah satu aspek tidak mendominasi aspek lainnya. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Howard dalam Kunandar mengemukakan, “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong 9 Ibid., h. 9. 10 Ibid., h. 7. 11 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator Semarang: RaSAIL Media Group, 2007, h. 38. 13 atau membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan skill, attitudes, idialscita-cita, appreciationspenghargaan, dan knowledge atau pengetahuan”. 12 Pernyataan ini menegaskan bahwa tujuan mengajar mencakup ruang lingkup yang luas yaitu keterampilan, sikap, cita- cita, penghargaan dan pengetahuan. Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kemampuan guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dan membimbing para siswa. “Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal”. 13 Penjelasan tersebut mengandung pengertian bahwa kemampuan mengajar guru berperan penting terhadap keberhasilan belajar siswa. Davies dalam Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “Mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan”. 14 Jika pengertian kemampuan mengajar guru dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam yakni pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketentraman bathin dan kesehatan mental pada umumnya. Agama Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah perbuatan salah dan munkar yang paling ampuh, pengendali moral yang tiada taranya. “Kompetensi guru agama Islam adalah kewenangan untuk menentukan Pendidikan Agama Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar”. 15 Selanjutnya Daradjat mengemukakan, “Guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Guru agama di samping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pengajaran dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan 12 Kunandar, op. cit., h. 350. 13 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet Ke-4, h. 36. 14 Pupuh Fathurrohman M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 7. 15 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama,1995, Cet Ke-2, h. 95.