Pengelompokan Senyawa karbon Isomer

30 2 Senyawa hetrosiklik Senyawa heterosiklik adalah senyawa siklik yang rantai lingkarnya terdiri atas atom karbon dan atom lain. Perhatikan rumus struktur berikut. Gambar 2.3 Rumus struktur heterosiklik Khamidinal et al., 2009

2.6.3 Pengelompokan Senyawa karbon

Atom-atom karbon selain dapat membentuk rantai karbon, juga dapat membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Sehingga membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Sehingga senyawa hidrokarbon dapat dibagi menjadi 2 yaitu senyawa hidrokarbon jenuh dan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya jenuh tunggal. Contoh senyawa-senyawa alkana. Sedangkan senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan kovalen rangkap 2 atau 3 pada rantai karbonnya. Contoh: alkena dan alkuna. 1 Alkana Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya tunggal. Rumus umum alkana adalah C n H 2n + 2. 31 2 Alkena Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua pada rantai karbonnya. Rumus umum alkena adalah C n H 2n . 3 Alkuna Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga pada rantai karbonnya. Rumus umum alkuna adalah C n H 2n-2 . Harnanto, 2009:152 2.6.4 Sifat-sifat hidrokarbon 2.6.4.1 Sifat alkana Sifat fisis, titik didih dan titik leleh alkana semakin meningkat dengan makin panjangnya rantai C atau pertambahan nilai Mr. Ini disebabkan gaya antar-molekul semakin kuat sehingga semakin besar energi yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya tersebut. Volatilitas alkana berkurang dengan bertambahnya nilai Mr, karena akibat gaya antar molekul yang semakin kuat sehingga sulit bagi molekul-molekul untuk memisah membentuk fase uap. Berikut wujud pada banyak rantai kabon C, C1-C4 adalah berwujud gas, C5-C17 adalah bewujud cair, C18 keatas = bewujud padat. Sifat kimia alkana, diantaranya dapat mengalami reaksi: 1 substitusi reaksi pengantian oleh halogen: F 2 ,Cl 2 , Br 2 , I 2 contoh: reaksi alkana dengan klorin klorinasi CH 4 + Cl 2  CH 3 Cl + HCl 32 Metana Klorometana 2 reaksi pembakaran reaksi pembakaran alkana menghasikan CO 2 dan H 2 O contoh: alkana dibakar dengan O 2 berlebih CH 4 g + 2O 2 g  CO 2 g + 2H 2 O g sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan CO dan H 2 O. Contoh: 2CH 4 g + O 2 g 2COg + 4H 2 O g 3 Reaksi perengkahan alkana eliminasi yang melibatkan peruraian alkana pada suhu tinggi 750-900 C tanpa udara. C 2 H 6 g  CH 2 =CH 2 g + H 2 g Etana etena Purba, 2008: 117

2.6.4.2 Sifat alkena dan alkuna

Sifat fisik dan wujud zat alkena dan alkuna hampir sama dengan alkana, sedangkan sifat kimia alkena diantaranya: 1 adisi dengan halogen halogenasi Contoh : CH 2 =CH 2 + Cl 2 CH 2 Cl- CH 2 Cl Etena 1,2 dikloroetana 33 2 adisi dengan hidrogen halida hidrohalogenasi CH 2 =CH 2 + HBr  CH 3 CH 2 Br Etena 1-bromoetana 3 polimerisasi adisi melibatkan penggabungan banyak molekul alkena monomermembentuk molekul yang sangat besar polimer dengan katalis. contohnya disini adalah pembentukan polimer PVC polivinilklorida terbebtuk dari monomer kloroetena. Reaksi yang terjadi: CH 2 =CH – Cl + CH 2 =CH – Cl  [....CH 2 -CH Cl - CH 2 – CHCl ....] n 4 pembakaran CH 2 = CH 2 g + 3O 2 g 2CO 2 g + 2H 2 O g Sifat kimia alkuna diantaranya: 1 adisi dengan halogen halogenasi contoh: tahap 1: CH≡CH + Cl 2  CHCl=CHCl etuna 1,2 dikloroetena tahap 2 : CHCl=CHCl + Cl 2 CHCl 2 -CHCl 2 1,2 dikloroetena 1,1,2,2 tetrakloroetana 34 2 adisi dengan hidrogen halida hidrohalogenasi tahap 1: CH≡CH + HCl CH 2 =CHCl etuna kloroetena tahap 2 : CH 2 =CHCl + HCl CHCl 2 -CHCl 2 kloroetena 1,2 dikloroetana 3 reaksi subtitusi R- C≡CH  R-C≡C - + H + Posisi atom H dapat disubtitusi oleh atom lain, misal atom Na. R- C≡CH + NaCl  R-C≡CNa + HCl 4 pembakaran 2CH≡CH g + 5O 2 g  4CO 2 g + 2H 2 O g

2.6.5 Isomer

Isomer adalah senyawa yang berbeda tapi mempunyai rumus molekul yang sama, tetapi rumus strukturnya berbeda. Keisomeran terjadi karena senyawa dengan rumus molekul sama dapat mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda. Struktur berkaitan dengan cara atom-atom saling berkaitan, sedangkan konfigurasi berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul. Isomer yang ada pada alkana adalah isomer struktur, yaitu isomer kerangka isomer yang terjadi akibat perbedaan kerangka atau rantai karbonnya yang dimulai dari butana C 4 H 10 yang memiliki 2 isomer. 35 CH 3 -CH 2 -CH 2 -CH 3 : n-butana CH 3 -CHCH 3 -CH 3 : 2 metilpropana isobutana Isomer yang terjadi pada alkena adalah isomer kerangka, posisi dan geometri. Isomer kerangka adalah isomer yang terjadi akibat perbedaan kerangka atau rantai karbonnya. Isomer posisi terjadi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau posisi letak ikatan rangkapnya. Isomer geometri terjadi karena terdapat perbedaan kedudukan atom gugus atom dalam ruang. Isomer kerangka: CH 2 =CH-CH 2 -CH 3 1-butena CH 2 =CCH 3 -CH 3 2-metil-1-propena Isomer posisi: CH 2 =CH-CH 2 -CH 3 1-butena CH 3 -CH=CH-CH 3 2-butena Isomer geometri: Gambar 2.4 Cis-2-butena dan Trans-2-butena 36 Perhatikan senyawa cis-2-butena dan trans 2-butena. Kedua senyawa tersebut memiliki letak ikatan rangkap yang sama. Perbedaannya terletak pada letak gugus CH 3 . Jika ikatan rangkap pada senyawa alkena dianggap sebagai suatu bidang batas dan letak gugus CH 3 berada dalam satu sisi, maka disebut posisi cis. Sementara itu, jika letak gugus CH 3 terletak pada sisi yang berseberangan, maka disebut posisi trans. Alkuna memiliki isomer kerangka pada posisi. Keisomeran alkuna dimulai dari butuna. Isomer kerangka: CH≡C-CH 2 -CH 2 -CH 3 1-pentuna CH≡C-CHCH 3 -CH 3 3-metil-1-butuna Isomer posisi: CH≡C-CH 2 -CH 2 -CH 3 1-pentuna CH 3 - C≡C-CH 2 -CH 3 2-pentuna Permana, 2009:127

2.6.6 Minyak Bumi

Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Lingkungan

1 8 74

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS X SMA NUSANTARA LUBUK PAKAM T.P 2015/2016.

0 7 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMA KELAS X.

7 18 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA MATERI HIDROKARBON.

0 2 21

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA EXE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA PADA MATERI HIDROKARBON.

0 4 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika ( PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N

0 3 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP.

1 6 15

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERMUATAN NILAI DALAM MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

2 12 156

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERMUATAN NILAI DALAM MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

2 36 94

Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPS

0 0 10