95
aktivitas. Pada akhir jam pelajaran siswa diminta mengisi angket respon terhadap model pembelajaran berbasis proyek pada materi hidrokarbon dan minyak bumi.
4.2.2 Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol
Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ceramah dan diskusi, jam pelajaran sama dengan kelas eksperimen. Perlakuan
pada kelas kontrol tentunya berbeda dengan kelas ekperimen namun insturumen penilaian yang digunakan tetap sama. Jumlah jam pelajaran kelas kontrol juga
sama dengan kelas ekperimen. Siswa kelas kontrol diberi perlakuan menggunakan model ceramah dan diskusi. Pada kelas kontrol guru disini sebagai pusat informasi
dan pembelajaran hanya terjadi satu arah. Dalam kegiatan diskusi siswa diamati tingkat keaktifannya dan hasilnya dibandingkan dengan kelas ekperimen yang
menggunakan model project based learning.
4.2.3 Perbandingan Hasil Belajar
Setelah diberi perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diadakan tes hasil belajar yang mencakup aspek kognitif. Hasil dari tes
hasil belajar kognitif kedua kelas sampel dilakukan uji normalitas, uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan dan uji peningkatan atau N-gain. Pada uji normalitas
menunjukan bahwa data kedua kelas sampel berdistribusi normal. Hasil belajar kedua kelas sampel berupa nilai pretest dan postest kemudian diuji dengan uji
normal gain untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif setelah diterapkan model Project Based Learning. Berdasarkan Gambar 4.1
menunjukan bahwa grafik peningkatan hasil belajar kognitif klasikal untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingakan kelas kontrol, diperoleh nilai g sebesar
96
0,61 untuk kelas eksperimen dengan kriteria peningkatan sedang dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai g sebesar 0,57 dengan kriteria peningkatan sedang.
Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen terjadi karena pada kelas eksperimen menggunakan proyek dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Purworini 2006 dimana kelas yang difasilitasi pembelajaran berbasis proyek hasil belajarnya meningkat. Hasil rata-
rata tes hasil belajar pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut- turut 42,8571 dan 41,4118, sedangkan rata-rata postest 77,4444 dan 75,2941. Pada
kelas eksperimen dan kelas masih ada siswa yang belum tuntas sebesar 10 dan 17 siswa.
Peningkatan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk
melakukan suatu kegiatan yaitu berupa penyelidikan. Melalui penyelidikan, siswa belajar untuk bereksplorasi atau melakukan penemuan dengan cara berinteraksi
dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Adanya interaksi tersebut siswa dilatih untuk belajar mandiri dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam tugas
proyek. Melalui kegiatan penyelidikan siswa diberikan pengalaman langsung dan diberikan kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menuangkan ide-ide atas proyek yang dikerjakan sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna karena
siswa terlibat langsung dalam pembelajaran Susilowati,2013. Pada pembelajaran berbasis proyek siswa diberi kesempatan untuk melakukan
penemuan atau eksplorasi dengan cara melakukan penyelidikan dan presentasi. Adanya keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan proyek penyelidikan dan
97
presentasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Widyaningrum 2012 yang menyatakan bahwa pembelajaran proyek berpengaruh terhadap hasil belajar dan aktivitas hasil belajar siswa SMA 1
Parakan Temanggung. Hal ini membuktikan penerapan model project based learning pada kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada penerapan model project based learning dapat dilihat pada Lampiran 32.
Hasil analisis perbedaan dua rata-rata 1 pihak kanan menggunakan uji t- test untuk hasil belajar kognitif, diketahui nilai t
hitung
3,2674 lebih dari t
tabel
, dengan taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan sebesar dk = 36 + 34 -2= 68
diperoleh t
tabel
1,668 hasil menunjukan bahwa t
hitung
3,2674 t
tabel
1,668. Hal ini membuktikan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada
rata-rata hasil belajar kelas kontrol setelah adanya penerapan project based learning. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model project based learning dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif materi hidrokarbon dan minyak bumi. Hasil rata-rata tes hasil belajar pretest dan postest terdapat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik Rata-rata Tes Hasil Belajar Siswa
42.8571 77.4444
41.4118 75.2941
20 40
60 80
100
Pretest Postest
N il
ai R
ata -r
ata
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
98
Pada Gambar 4.7 dapat disimpulkan hasil pretest maupun postest kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, hal ini dikarenakan proses
pembelajaran kelas eksperimen siswa terbiasa aktif dalam pembelajaran yang meliputi diskusi, analisis masalah, dan presentasi. Perlakuan tersebut
mengakibatkan siswa lebih memahami pelajaran dengan mandiri. Dalam hal ini siswa mencari sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan yang aktif dalam
pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan belajar bukan guru. Pemberian tugas proyek siswa yang berbeda-beda menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa terhadap materi yang dipelajari. Model project based leaning dinyatakan dengan pembelajaran yang menghasilkan suatu produk nyata. Dapat dilihat juga
bahwa model project based leaning dapat meningkatkan hasil belajar afektif dan psikomotoriknya, penilaian menggunakan lembar observasi, hasil analisis rata-rata
skor tiap aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut yaitu 3,46 dan 3,25. Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukan lima aspek afektif kelas
eksperimen tergolong sangat tinggi yaitu kehadiran, kedisplinan mengerjakan tugas, menghargai pendapat orang lain, kerjasama kelompok, sopan santun dalam
berbicara, sedangkan aspek kejujuran, minat pembelajaran, kedisplinan, keberanian, menghargai pendapat, kerjasama mempunyai kriteria tinggi.
Persentase nilai afektif kelas eksperimen sebesar 86,198 termasuk kategori sangat baik. Sedangkan untuk kelas kontrol, tiga aspek yang tegolong sangat
tinggi yaitu kehadiran, sopan santun dalam berbicara, sedangkan aspek kejujuran, minat pembelajaran, kedisplinan, keberanian, menghargai pendapat, kerjasama
mempunyai kriteria tinggi. Persentase nilai afektif kelas kontrol sebesar 80,882 temasuk kategori baik. Hal ini dikarenakan dengan adanya pembelajaran berbasis
99
proyek siswa kelas eksperimen dibebani untuk membuat proyek yang menghasilkan produk sehingga mereka harus dapat mengatur jadwal untuk
pembuatan proyeknya di akhir pembelajaran karena dalam pembelajaran dibutuhkan kerjasama, tanggungjawab, kedisplinan untuk mencapai hasil proyek
yang maksimal, sedangkan untuk kelas kontrol hanya dibebani tugas membuat bahan presentasi dikelas untuk bahan diskusi kelompok. Nilai hasil belajar afektif
kelas eksperimen dengan menggunakan model project based learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan model ceramah dan diskusi. Dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar afektif kelas ekperimen dengan model project based leaning lebih baik dibandingkan kelas kontrol dengan model ceramah dan
diskusi. Sedangkan untuk hasil belajar psikomotorik, diperoleh rata-rata total aspek
untuk kelas eksperimen 27 dan 25 untuk kealas kontrol. Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukan tiga aspek psikomotorik kelas eksperimen tergolong sangat tinggi
yaitu kemampuan siswa dalam persiapan praktikum, kemampuan siswa dalam memaparkan hasil laporan praktikum, dan kemampuan siswa dalam melakukan
kebersihan tempat dan alat praktikum, sedangkan aspek kemampuan siswa dalam kelengkapan persiapan alat dan bahan, kemampuan siswa dalam penguasaan
proedur kerja, kemampuan siswa dalam melakukan kerjasama dalam kelompok, kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan mempunyai kriteria tinggi,
dengan persentase skor rata-rata yaitu 84,7512 yang termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan untuk kelas kontrol hanya ada dua aspek yang tergolong sangat
tinggi yaitu aspek kemampuan siswa dalam persiapan praktikum dan kemampuan siswa dalam melakukan kebersihan tempat dan alat praktikum, dengan presentase
100
skor rata-rata yaitu 78,1080 termasuk kriteria baik. Ha ini sejalan dengan penelitian Anggraini 2012, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh metode
proyek terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotorik siswa. Dalam aspek psikomotorik perbedaan terletak pada saat memaparkan hasil dan laporan
praktikum, kelas eksperimen memiliki kemampuan lebih tinggi untuk menjelaskan secara lengkap dan sesuai dengan hasil praktikum. Untuk aspek
lainnya dalam praktikum siswa memiliki kemampuan yang hampir sama, karena pada dasarnya kegiatan praktikum di laboratorium menggunkan lembar kerja
praktikum yang sama, yang dibedakan adalah pada saat awal sebelum praktikum siswa kelas eksperimen diberikan tugas untuk merencanakan cara kerja praktikum
sehingga siswa kelas eksperimen lebih baik dalam pemahaman kerja praktikum. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Puspita 2014 yang
menyatakan bahwa metode proyek berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen
dengan model Project Based Leaning lebih baik dibandingkan kelas kontrol dengan model ceramah dan diskusi.
Hasil analisis data angket respon siswa menunjukan bahwa penerapan project based learning dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dikatakan
berhasil. Siswa menyatakan bahwa model project based learning: Hasil analisis data angket respon siswa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan
project based learning dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dikatan berhasil. Siswa menyatakan bahwa model project based learning menyenangkan,
menarik, memotivasi
untuk giat
belajar, meningkatkan
kemandirian, meningkatkan keafktifan dan kreativitas dalam pembelajaran. Guru kelas tertarik
101
dan beranggapan bahwa model pembelajaran berbasis proyek mampu membuat siswa belajar secara mandiri, dapat meningkatkan aktivitas siswa karena
pembelajaran ini lebih menekankan siswa untuk beraktivitas serta mampu membuat siswa untuk aktif untuk menemukan konsep secara mandiri sehingga
nantinya siswa mendapatkan pemahaman mengenai konsep materi yang matang. Pada Gambar 4. menunjukan bahwa terdapat dua pernyataan yang memiliki
presentase yang tergolong sangat baik yaitu pernyataan model project based learning berlangsung menyenangkan dan tidak membosankan dan model project
based learning diharapkan dapat diterapkan pada materi selanjutnya dan pada pembelajaran di mata pelajaran lainnya, sedangkan pernyataa lainnya tergolong
baik, hal ini disebabkan siswa dalam kelompok pembelajaran, merasa bebas beraktivitas dan mencari pengalaman dan pengetahuan melalui kerja proyek yang
menghasilkan produk bertema hidrokarbon dan minyak bumi. Presentase skor rata-rata data angket adalah 77,01 yang tergolong kriteria baik dan untuk rata-
rata tiap pernyataan 3,08 termasuk kriteri tinggi. Fokus Pembelajaran Model Project Based Leaning terletak pada prinsip
dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas bermakna, serta memberi kesepatan untuk
mengkontruksi pengetahuannya sendiri yang dinyatakan dengan pembelajaran yang menghasilkan suatu produk Thomas, dkk1999, dalam Wena, 2012.
Analisis nilai produk dan proyek pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.1
102
Tabel 4.14 Nilai Produk Kelas Eksperimen
Produk Nilai rata-rata
Kriteria Laporan Individu
79,5 Baik
Makalah 81,5
Baik
Presentasi Produk 84,7
Sangat Baik
Pada model Project Based Leaning menghasilkan produk berupa makalah, presentasi produk. Berdasarkan hasil analisis proyek dan produk pada Tabel 4.1
menunjukkan nilai proyek dan produk telah mencapai rata – rata 80 termasuk
kriteria baik.
4.2.4 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa