kejujuran dalam mengerjakan tes, pada kelas eksperimen relatif hampir sama dengan kelas kontrol. Pada aspek 5, 6, dan 7 yaitu kesiapan dalam pembelajaran,
keaktifan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan, serta keseriusan saat berdiskusi pada kelas eksperimen mendapatkan rerata yang lebih
tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Setelah dihitung secara total didapatkan rata-rata nilai afektif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini
terjadi karena pada kelas eksperimen telah terbiasa melakukan pembelajaran dengan menggunakan diskusi dalam menemukan konsep, sehingga untuk aspek 5,
6, dan 7 akan relatif lebih tinggi jika dibandingkan kelas kontrol yang tidak teerbiasa mendiskusikan suatu masalah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata
nilai afektif kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran PBI lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menerapkan model konvensional ceramah.
Sedangkan untuk aspek-aspek yang lain, terdapat perbedaan diantara keduanya. Hal ini dikarenakan pemberian perlakuan yang berbeda ketika
pembelajaran, yakni untuk kelas eksperimen dengan model PBI dan kelas kontrol dengan konvensional. Penerapan pembelajaran di kelas eksperimen memberikan
pengaruh besar pada siswa. Mereka menjadi lebih aktif bertanya, menjawab, dan berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas, sehingga bermuara pada
ketelitian mereka dengan kimia yang berakibat pada pemahaman terhadap materi KSP.
4.2.2.3 Aspek Psikomotorik
Hasil analisis deskriptif pada hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen dengan kelas kontrol disajikan pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Perbandingan Skor Rata-rata Aspek Psikomotorik Dari hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata nilai psikomotorik untuk
kelas eksperimen diperoleh persentase sebesar 81,94 sehingga predikatnya berkri
teria “baik” dan untuk kelas kontrol persentasenya adalah 81,37 dengan predikat berkriteria “baik”. Dilihat dari kriteria atau predikat yang telah diperoleh,
maka dapat dikategorikan bahwa keduanya memilki kriteria baik. Namun, jika dilihat dari besarnya persentase yang diperoleh kedua kelas, maka dapat dikatakan
bahwa rata-rata nilai psikomotor kelas eksperimen relatif lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa rata-rata nilai psikomotor untuk 4 aspek yakni aspek no.1, 2, 3, dan 5 pada kelas eksperimen relatif lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan kelas eksperimen telah terbiasa melakukan kegiatan diskusi sehingga siswa juga sudah terbiasa untuk
menempatkan diri dalam kelompok serta bekerjasama dalam satu kelompok untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan pada 2 aspek lainnya yakni aspek 4 dan 8
relatif hampir sama. Pada aspek no 6 dan 9 rata-rata nilai psikomotor untuk kelas kontrol justru
lebih tinggi dari pada kelas eksperimen. hal ini dikarenakan praktikum yang
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Aspek Psikomotorik
Eksperimen Kontrol
dilaksankan pada kelas eksperimen dilakukan sebelum konsep dijelaskan oleh guru atau merupakan praktikum untuk menemukan konsep sedangkan pada kelas
control praktikumnya dilaksanakan setelah diajarkan konsepnya sehingga praktikumnya merupakan pembuktian dari konsep yang telah diajarkan oleh guru.
Untuk aspek no.6 yakni efisiensi dalam bekerja pada kelas kontrol relatif lebih tinggi dikarenakan untuk kelas kontrol praktikum dilakukan setelah
dijelaskan konsep oleh guru dan bertujuan untuk membuktikan konsep serta teori yang telah dijelaskan oleh guru, sehingga siswa pada kelas kontrol termotivasi
untuk membuktikan konsep yang telah diajarkan oleh guru, serta mereka telah mengetahui konsep apa saja yang menyertai dalam praktikum tersebut, akibatnya
dalam melaksanakan praktikum relatif lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Sedangkan praktikum pada kelas eksperimen relatif lebih lama
karena mereka harus mendiskusikan terlebih dahulu untuk menemukan konsep yang sesuai dengan konsep ilmuwan, selain itu juga dikarenakan pada kelas
eksperimen siswa masih merasa ragu dalam menuliskan pengamatan sehingga memperlama waktu praktikum
Aspek kemampuan siswa dalam membuat laporan praktikum pada kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen, hal ini karena pada kelas kontrol untuk
praktikumnya mereka telah diajarkan konsep dan teori terlebih dahulu oleh guru sehingga ada gambaran dalam melaksanakan praktikum, begitu pula dalam
penulsan laporan tepatnya pada pembahasan dari hasil analisi data. Sedangkan pada kelas eksperimen karena belum diajarkan konsep, dan untuk menemukan
konsep mereka justru harus menemukan konsep atau memprediksikan konsep dari
praktikum tersebut, hal ini mengakibatkan pada saat melaksanakan praktikum relatif lama, dan begitu pula pada saat penulisan laporan sementara yang mereka
kerjakan terutama pada bagian pembahasan masih banyak yang masih ragu dalam memprediksikan meskipun begitu pada kelas kesperimen sudah banyak prediksi
dari hasil praktikum yang mendekati pada konsep hanya saja kurang sedikit dalam menuliskan konsepnya.
Namun demikian setelah dilihat dari persentase totalnya untuk kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata psikomotor yang lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol, sehingga analisis deskriptif kelas eksperimen relatif lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena kelas ekperimen dengan
model PBI sudah terbiasa dengan lebih menekankan penemuan suatu konsep, bahkan kalau perlu dengan melakukan eksperimen, sehingga siswa kelas PBI
terbukti lebih terampil dalam melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium. Hasil pengamatan menunjukkan kemampuan dalam menenmpatkan diri dalam
kelompok, persiapan alat dan bahan praktkum, ketrampilan dalam menggunakan alat, serta kerja sama dalam kelompok pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan, peran pembelajaran PBI dalam mengaktifkan ranah psikomotorik siswa pada kegiatan praktikum lebih baik
daripada pembelajaran konvensional ceramah.
4.2.2.4 Analisis Angket