kelompok. Jawaban pertanyaan-pertanyaan dalam lembar diskusi dibahas baik per kelompok maupun secara klasikal utuh, sehingga setiap kesulitan yang dialami
siswa dapat langsung diatasi. Pada kelas kontrol, penerapan model pembelajaran konvensional juga
sebenarnya ditekankan pada pemahaman konsep-konsep. Perbedaannya adalah pada kelas eksperimen, di awal pembelajaran siswa dihadapkan dengan
permasalahan, dan siswa harus menemukan konsep terlebih dahulu yang dilakukan melalui pemecahan masalah nyata di bawah bimbingan guru untuk
dapat memahami materi kimia. Sedangkan pada kelas kontrol, di awal pembelajaran untuk dapat memahami materi siswa langsung diberikan konsep
oleh guru tanpa harus mencari dan berusaha menemukan konsep terleih dahulu. Kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional yang diselingi kegiatan
praktikum dan tanya jawab. Praktikum kelas eksperimen dilakukan sebelum konsep diajarkan dan merupakan kegiatan menemukan konsep yang hendak
diperoleh siswa sedangkan kelas kontrol praktikum dilakukan setelah konsep diajarkan dan merupakan kegiatan untuk membuktikan konsep yang telah
diajarkan oleh guru.
4.2.2.1 Aspek Kognitif
Berdasarkan analisis data diperoleh dari data pre-test diketahui bahwa rata- rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih kecil dari kelas kontrol yaitu
masing-masing sebesar 38,07 dan 39,38. Sedangkan data post-test diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih besar dari kelas
kontrol yaitu masing-masing sebesar 83,54 dan 76,32 lihat Gambar 4.1
Gambar 4.1 Grafik hasil belajar ranah kognitif Hasil pre-test dan post-test yang disajikan pada Gambar 4.1 menunjukkan
adanya perbedaan rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan kontrol. Nilai tersebut digunakan dalam analisis data tahap akhir. Analisis data tahap akhir
menunjukkan kedua kelas terdistribusi normal dan mempunyai varias yang sama. Uji normalitas dan uji kesamaan dua varians digunakan untuk menentukan uji
statistik selanjutnya dalam menjawab hipotesis. Hasil pre-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai antara
kelas kesperimen dan kontrol, sedangkan hasil post-test menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan kontrol. Nilai tersebut
digunakan dalam analisis data tahap akhir. Beberapa pengujian secara statistik yang dilakukan terhadap data post-test
yaitu uji normalitas, kesamaan dua varians, hipotesis ketuntasan belajar, dan uji pendukung berupa uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan satu pihak kanan.
Dari hasil uji normalitas dan kesamaan dua varian dari kedua kelas dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama, sehingga pengujian
hipotesis yang dilakukan menggunakan statistik parametrik. Rata-rata hasil belajar siswa disajikan pada gambar 4.2.
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
Pre-test Post-test
38.00 83.54
38.94 76.32
Kelas …
Kelas …
Gambar 4.2 Rata-rata Nilai Post-test Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa Setelah diberikan pembelajaran
dengan model yang berbeda, diperoleh rata-rata nilai post-test kelas eksperimen dengan model pembelajaran PBI menghasilkan rata-rata kelas sebesar 83,54,
sedangkan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional ceramah sebesar 76,32. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas yang diberi pembelajaran
dengan PBI Problem Based Instruction memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dari pada kelas yang diberi pembelajaran konvensional.
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji ketuntasan belajar yang diuji melalui uji ketuntasan KKM dan ketuntasan klasikal. Berdasarkan
hasil uji ketuntasan KKM pada rata-rata hasil belajar kelas kontrol diperoleh t
hitung
-3,114 t
0,95
2,035 sehingga dapat disimpulkan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar yakni 80, sedangkan pada kelas eksperimen diketahui bahwa
t
hitung
3,301 t
0,95
2,037 sehingga dapat disimpulkan kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar 80. Berdasarkan hasil uji ketuntasan belajar secara
klasikal menggunakan standar 85, menunjukkan bahwa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal sedangkan kelas kontrol belum melampaui
ketuntasan klasikal. Persentase ketuntasan secara klasikal disajikan pada gambar 4.3
83.54 76,32
65 70
75 80
85
Rata-rata Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan gambar 4.3 tersebut, terlihat bahwa pembelajaran yang
dilakukan pada kelas eksperimen dengan model PBI memperoleh hasil belajar post-test dengan ketuntasan belajar mencapai 87,88 , sedangkan pembelajaran
yang dilakukan pada kelas kontrol yakni dengan konvensional memperoleh hasil belajar post-test dengan ketuntasasan belajar mencapai 61,67. yang berarti
bahwa kelas kontrol belum mencapai ketuntasan klasikal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model PBI efektif terhadap hasil
belajar siswa karena persentasenya berada di atas 85. Ketuntasan belajar yang dicapai kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol dan rata-rata nilai
post-test kelas eksperimen juga lebih tinggi dan sudah mencapai KKM dibandingkan kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil analisis di atas
bahwa pembelajaran dengan model PBI pada kelas eksperimen lebih baik. Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen yang lebih tinggi disebabkan
siswa sudah terbiasa berperan aktif dan mandiri dalam menemukan mengkonstruk konsep-konsep yang hendak dipelajarinya dan menggunakan
struktur kognitifnya untuk transfer pengetahuan, sehingga siswa lebih memahami konsep tersebut tidak sekedar hafalan konsep tanpa makna, dan belajar lebih
bermakna. Kemandirian ini yang membuat siswa mendapat pembelajaran bermakna sehingga mampu meningkatkan hasil belajarnya Indiarti, 2011.
87,88 61,67
0.00 50.00
100.00
Ketuntasan Belajar Eksperimen
Kontrol
Sedangkan Pembelajaran kelas kontrol diberikan secara konvensional sehingga kemandirian dan daya berpikir siswa belum optimal. Setelah melalui analisis,
hasil belajar yang diperoleh pun relatif lebih rendah daripada kelas eksperimen. Perbedaan hasil belajar dimungkinkan karena dalam pembelajaran kelas
eksperimen guru merangsang keterampilan penemuan konsep. Kemampuan berpikir siswa kelas eksperimen ditantang untuk berorientasi secara induktif,
menemukan, dan mengkontruksikan pengetahuan sehingga kemandirian dan daya berpikir siswa optimal.
Selain itu, penelitian ini juga didukung dengan di analisis menggunakan uji pendukung yakni uji perbedaan rata-rata dua pihak dan satu pihak kanan. Dari
hasil uji menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak. Pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, diperoleh -t
0,97565
-1,997 t
hitung
4,514 t
0,97565
1,997, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan antara kelas kontrol
dengan kelas eksperimen. Sedangkan hasil analisis kedua yang diuji dengan menggunakan uji perbedan dua rata-rata satu pihak kanan, diperoleh t
hitung
= 4,514 dengan t
tabel
= 1,669. Karena t
hitung
t
tabel
maka dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Dari hasil
pengujian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, atau dengan kata lain penggunaan pembelajaran
Problem Based Instruction PBI memberikan hasil belajar kimia yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran secara konvensional ceramah pada materi
larutan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
4.2.2.2 Aspek Afektif