praktikum tersebut, hal ini mengakibatkan pada saat melaksanakan praktikum relatif lama, dan begitu pula pada saat penulisan laporan sementara yang mereka
kerjakan terutama pada bagian pembahasan masih banyak yang masih ragu dalam memprediksikan meskipun begitu pada kelas kesperimen sudah banyak prediksi
dari hasil praktikum yang mendekati pada konsep hanya saja kurang sedikit dalam menuliskan konsepnya.
Namun demikian setelah dilihat dari persentase totalnya untuk kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata psikomotor yang lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol, sehingga analisis deskriptif kelas eksperimen relatif lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena kelas ekperimen dengan
model PBI sudah terbiasa dengan lebih menekankan penemuan suatu konsep, bahkan kalau perlu dengan melakukan eksperimen, sehingga siswa kelas PBI
terbukti lebih terampil dalam melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium. Hasil pengamatan menunjukkan kemampuan dalam menenmpatkan diri dalam
kelompok, persiapan alat dan bahan praktkum, ketrampilan dalam menggunakan alat, serta kerja sama dalam kelompok pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan, peran pembelajaran PBI dalam mengaktifkan ranah psikomotorik siswa pada kegiatan praktikum lebih baik
daripada pembelajaran konvensional ceramah.
4.2.2.4 Analisis Angket
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada kelas eksperimen diukur dengan angket. Hasil angket tanggapan siswa menyatakan
bahwa sebagian besar dari mereka tertarik dengan model pembelajaran PBI. Sebagian besar dari mereka juga merasa lebih mudah memahami materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan. Melalui penerapan pembelajaran tersebut, permasalahan yang ada selama ini dapat teratasi. Partisipasi siswa pada saat pembelajaran
menjadi lebih meningkat. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya keaktifan siswa, seringnya memberikan pendapat saat PBM berlangsung, dan dapat memberikan
jawaban atas setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Selain itu, banyak siswa yang menjadi lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar. Siswa yang
ketuntasannya berada pada rata-rata atau di bawahnya dikarenakan jurusan IPA tidak sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.
Beberapa hal yang menghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran PBI pada kelas eksperimen diantaranya adalah: 1 siswa masih belum terbiasa dengan
sistem belajar kelompok, sehingga seringkali masih mengandalkan ketua atau anggota kelompok yang lebih pandai untuk mengerjakan tugas kelompok, 2 ada
beberapa siswa yang kurang memahami permasalahan dengan baik sehingga kesulitan dalam menemukan konsep dari permasalahan, 3 kurangnya percaya
diri siswa untuk menyampaikan pendapat dan mengerjakan soal di depan kelas. Usaha yang telah dilakukan guru untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut diantaranya: 1 mengawasi kegiatan diskusi tiap-tiap kelompok dan mengetes kemampuan anggota-anggota yang kurang ikut andil dalam proses
diskusi, 2 membimbing siswa dalam diskusi kelompok, 3 memotivasi siswa agar lebih berani dan percaya diri untuk menyampaikan pendapat dan
mengerjakan soal di depan kelas. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara kuantitas maupun
kualitas, ternyata penggunaan model Problem Based Instruction PBI mampu
menumbuhkan rasa tertarik, motivasi, dan semangat pada pembelajaran kimia. Partisipasi siswa pun menjadi meningkat karena keingintahuan mereka terhadap
kebenaran dari pengetahuan yang dimilikinya. Dampaknya adalah pemahaman terhadap
materi menjadi
meningkat sehingga
mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada, sehingga siswa belajar dengan betul-betul mengetahui konsepnya tidaklah sekedar menghafal konsep saja, dan membuat belajar kimia
menjadi lebih menyenangkan, bermakna, dan bermuara pada hasil belajar kimia yang menjadi lebih efektif.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Model pembelajaran Problem Based Instruction PBI efektif terhadap hasil belajar siswa SMAN 1 Pemalang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
yang ditunjukkan dengan persentase ketuntasan belajar klasikal dari kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah telah
mencapai persentase ketuntasan belajar klasikal yakni sebesar 87,88.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Guru kimia hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran PBI dalam
pembelajaran kimia sebagai variasi pelaksanaan pembelajaran di sekolah. 2. Perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah untuk
kajian kimia yang mempunyai keseimbangan antara waktu dengan banyaknya masalah yang ada, serta masalah yang mudah untuk dipahami
siswa agar tidak menimbulkan terjadinya kekeliruankesalahan penafsiran dalam menemukan konsep dari suatu pemasalahan.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran PBI, guru hendaknya selalu memantau siswa dalam mendiskusikan serta mempresentasikan hasil diskusi agar
masalah yang hendak dipecahkan tidak semakin meluas dari konsep yang hendak diperoleh.
72