hilir. Dalam penelitian ini logistik hanya dibatasi dari pemasok hingga pabrik Produsen. Logistik utama adalah bahan baku TBS untuk pemenuhan kapasitas
pabrik.
3.5. Analisis Logistik Ketersediaan TBS
Untuk menganalisis logistik tandan buah segar PKS Rambutan secara keseluruhan, ada delapan tahapan yang dilakukan yaitu, Produksi Kebun Seinduk
PTPN III, Proses Pengolahan PKS Rambutan, Perbandingan TBS Olah dan TBS tersedia, Persentase Pemasok Buah ke PKS Rambutan, Luas Kebun Pemasok, Jarak
dari kebun ke pabrik serta tarif angkutan rupiah per kg, sistem pengangkutan. Sedangkan untuk mengetahui potensi ketersediaan TBS dihitung menggunakan
perhitungan Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan.
3.6. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan
3.6.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan FAO 1976
Pengertian kesesuaian lahan, kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah
perbandingan matching antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO
1976 dalam Rayes 2007 adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut: 1. Ordo Order
: menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum. 2. Klas Class
: menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. 3. Sub-Klas
: menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
4. Satuan Unit : menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada
perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Kesesuaian lahan pada tingkat ordo: kesesuaian lahan pada tingkat ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO 1976 dibedakan menjadi 2 kategori,
yaitu: 1. Ordo S, sesuai Suitable adalah lahan yang dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan
memberi keuntungan lebih besar daripada masukan yang diberikan. 2. Ordo N, tidak sesuai Not Suitable adalah lahan yang mempunyai
pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan.
Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan lahan yang diusulkan secara
teknis tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curam yang berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi
lingkungan yang parah, seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering
Universitas Sumatera Utara
pula didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan yang diharapkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas, kelas merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu Ordo.
Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka nomor urut yang ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang
makin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 tiga kelas dalam Ordo S,
yaitu: S1, S2, S3 dan 2 dua kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2. Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam pembagian kelas disajikan dalam uraian berikut:
Kelas S1 atau Sangat Sesuai Highly Suitable merupakan lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya.
Kelas S2 atau Cukup Sesuai Moderately Suitable merupakan lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3 atau Sesuai Marginal Marginal Suitable merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Kelas N1, kelas N1 atau tidak sesuai saat ini Currently Not Suitable merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin
untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga
menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. Kelas N2, kelas N2 atau tidak sesuai selamanya Permanently Not Suitable
merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
3.6.2. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan PPKS
Gambar 3.7 dibawah ini menunjukkan produksi TBS dimulai pada tahun ke 3 meningkat hingga tahun ke delapan, pada tahun ke sembilan hingga tahun ke 13
produksi akan mencapai maksimum, dan kemudian pada tahun ke 14 produksi TBS akan menurun hingga tahun ke 25 masa efektif kelapa sawit. Untuk lahan kelas 1
yaitu S1 lahan dengan kualitas sangat baik, sehingga produksi pada lahan kelas ini akan menghasilkan produksi TBS paling banyak, dilanjutkan dengan lahan kelas S2
dan S3.
Gambar 3.7 Potensi Produksi Menurut Kelas Lahan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 menunjukkan potensi produksi kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya sesuai dengan standar teknis, berdasarkan kelas tanah dalam
jangka waktu 20 tahun. Tabel 3.1 Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan
Sumber PPKS Medan Komposisi Tanaman
Umur Tanaman
Tahun Potensi Produksi Menurut Kelas Lahan
TBS TonHa S1
S2 S3
Muda 3-8 tahun 3
4 5
6 7
8 9
15 18
21 26
30 7,3
13,5 16
18,5 23
25,5 6,2
12 14,5
17 22
24 Remaja 9-13 Tahun
9 10
11 12
13 31
31 31
31 31
28 28
28 28
28 26
26 26
26 26
Dewasa 14-20 tahun 14
15 16
17 18
19 20
30 28
27 26
25 24
23 27
26 25,5
24,5 23,5
22,5 21,5
25 24,5
23,5 22
21 20
19
Tua 21-24 tahun 21
22 23
24 22
20 19
18 21
19 18
17 18
17 16
15
Renta 24 tahun Jumlah
Rata-rata 25
- -
17 553
24 16
505,3 22,0
14 460,7
20,0 Keterangan:
S1 : Lahan kualitas 1, S2 : Lahan kualitas 2, S3 : Lahan kualitas 3
Klasifikasi kesesuaian lahan meliputi: 1
Kelas sangat sesuai S1, cukup sesuai S2, sesuai marginal S3, tidak sesuai saat ini N1, tidak sesuai permanen N2.
2 S1, pembatas sangat kecil, tidak menurunkan hasil nyata .
Universitas Sumatera Utara
3 S2, ada pembatas kecil, berpengaruh terhadap hasil, perlu input, dapat diatasi
petani. 4
S3, faktor pembatas berat, perlu input lebih banyak, perlu modal besar dan bantuan pemerintah.
5 N, tidak sesuai untuk diusahakan, sulit diatasi.
Pada Komoditas Sawit daya hasil tonhatahun tandan buah segar berdasarkan kelas kesesuaian lahan:
a. S1 : 24 tonhath.
b. S2 : 19-24 tonhath.
c. S3 : 13-18 tonhath.
d. N : 12 tonhath.
Berdasarkan data dari bagian tanaman. Seluruh kebun seinduk yang memasok ke PKS Rambutan mempunyai karakteristik lahan kelas S2. Sehingga dari Tabel 3.1
diatas dapat digunakan untuk menghitung produksi yang dihasilkan dari kebun pemasok.
3.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan manajemen rantai pasok. Peninjauan
ulang review dilakukan terhadap artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Peninjauan ulang dilakukan untuk mendapatkan
informasi dari penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu yang di ditinjau kembali di review dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Universitas Sumatera Utara
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Metodologi
Hasil
1 Arie Saputra
2012 Desain Rantai
Pasok Agro Industri Kopi
Organik di Aceh Tengah untuk
Optimalisasi Balancing Risk
Kualitas dan kuantitas pasokan,
standarisasi produk organik,
Permintaan konsumen
Pendekatan terhadap proses identifikasi risiko lebih
diutamakan pada sisi kualitas dan kuantitas
pasokan. Kualitas berdasarkan standarisasi
produk organik menjadi parameter paling penting
terhadap kesuksesan manajemen risiko rantai
pasok. Salah satu metode mitigasi risiko yang banyak
dipakai di dalam berbagai kasus manajemen risiko
rantai pasok adalah model distribusi risiko risk sharing
Terdapat empat komponen faktor risiko yaitu risiko pasokan, kualitas,
permintaan dan harga. Metode penanggulangan risiko dilakukan melalui
model distribusi risiko atau RS dengan mekanisme penentuan harga jual optimal
untuk setiap pelaku di dalam rantai pasok berdasarkan tingkat pencapaian kinerja
dari masing-masing pelaku. Perancangan rantai pasok berkelanjutan
diperoleh melalui mekanisme model RS dan rancangan struktur kontrak yang
terbukti mampu meningkatkan total profit koperasi, petani, prosesor dan kolektor.
2 Retno Astuti
2012 Pengembangan
Rantai Pasok buah Manggis
di Kabupaten Bogor Jawa
Barat Metode yang digunakan
pada langkah awal ini adalah deskriptif kualitatif dengan
melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah manggis
yang menjadi objek penelitian. Identifikasi peran
masing-masing pelaku dalam rantai pasok dan analisis
elemen kunci struktur rantai pasok. Intepretative
Structural Modelling ISM. Nilai efisiensi pada setiap proses
menunjukkan bahwa rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-
Ihsan mempunyai kinerja yang lebih baik daripada saluran pemasaran buah manggis
di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan.
Universitas Sumatera Utara
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Metodologi
Hasil
Indikator kinerja kunci dan risiko kemudian
diidentifikasi dengan menggunakan metode Fuzzy
Analytical Hierarchy Process Fuzzy AHP. Dalam
pengembangan rantai pasok ini, kinerja rantai pasok
diukur menggunakan model Supply Chain Operations
Reference SCOR dan nilai tambah juga dianalisis
menggunakan metode Hayami.
3 Diqbal Satya
Negara 2012 Analisis
Manajemen Rantai Pasok
pada Industri Batik Banten
MRP merupakan serangkaian
pendekatan yang diterapkan untuk
mengintegrasikan pemasok,
pengusaha, gudang dan
tempat penyimpanan
lainnya secara efisien.
Menggunakan model pengukuran kinerja MRP
SCOR Supply Chain Operations Reference yang
dikembangkan oleh Supply Chain Council. SCOR
merupakan suatu metode sistematik yang
mengombinasikan unsur- unsur seperti teknik bisnis,
benchmarking dan praktek terbaik best practice untuk
diterapkan dalam rantai Dalam hal ini terdapat tiga 3 aliran
dalam rantai pasokan, yaitu aliran barang, aliran informasi dan aliran financial.
Dalam Proses Bisnis, perencanaan menjadi prioritas tertinggi, dari hasil AHP
maupun ANP. Trust menjadi prioritas tertinggi, dari hasil
AHP maupun ANP, sebagai faktor yang harus dipenuhi oleh tiap anggota rantai
pasok produk Batik Banten dalam rangka membentuk MRP produk Batik Banten
efektif .
Universitas Sumatera Utara
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Metodologi
Hasil
4 Windy
Riwanti 2011 Manajemen
Rantai Pasokan Brokoli
Organik Studi Kasus Agro
Lestari di Cibogo,
Kabupaten Bogor, Jawa
Barat Analisis
Deskriptif MRP : 1. Sasaran Rantai
2. Struktur Rantai 3. Sumberdaya
Rantai 4. Manajemen
Rantai 5. Proses Bisnis
Rantai Analisis Kinerja
Rantai : 1. Kinerja
Kemitraan Kesesuaian
Atribut 2. Kinerja
Efisiensi pasokan yang diwujudkan ke
dalam suatu kerangka kerja yang komprehensif sebagai
referensi untuk meningkatkan kinerja rantai
pasokan perusahaan tertentu. Penelitian dilakukan dengan
metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain
Networking FSCN, analisis tataniaga, dan analisis
deskriptif dengan menggunakan kesesuaian
atribut Pengelolaan Manajemen Rantai Pasokan
brokoli organik yang melibatkan petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket
belum sepenuhnya dijalankan secara terpadu. Rantai pasokan tersebut
sebenarnya telah memiliki sasaran rantai yang jelas, anggota rantai yang terstruktur
sesuai perannya, kesepakatan kontraktual yang mengatur pelaksanaan kemitraan,
bahkan terdapat pula jaminan identitas merek. Namun dalam rantai pasokan ini,
peran dari anggota pendukung masih belum dapat dirasakan secara langsung
oleh pelaku rantai, terutama dalam hal aliran modal untuk para petani.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
4.1.1. Tipe Penelitian
Menurut metode penelitian, tipe penelitian ini merupakan penelitian studi kasus case study. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian tentang status
subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu kondisi spesifik. Maxfield dalam Sinulingga, S., 2013, Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan rancangan pemenuhan pasokan TBS PKS Rambutan berdasarkan ketersediaan TBS pemasok. Bila ditinjau dari tingkat eksplanasi yaitu deskriptif,
karena penelitian ini memaparkan setiap variabel yang mempengaruhi masalah yang ada sekarang secara sistematis dan aktual berdasarkan data yang ada yaitu meliputi
variabel-variabel yang mempengaruhi pasokan TBS PTPN III PKS Rambutan, serta mendapatkan rancangan rantai pasok kelapa sawit di PTPN III PKS Rambutan.
Penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, evaluasi dan pengolahan data serta analisis dan interpretasi.
4.1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PRBTN PTPN III dan Kebun Seinduk PTPN III secara administratif berada di Provinsi
Sumatera Utara, Kabupaten Serdang Bedagai dan secara administratif di PTPN III
Universitas Sumatera Utara