yang sudah berada didalam rebusan, dan di ramp sehingga total TBS sekurang kurangnya harus ada 150 ton. Jika kurang dari itu maka pengolahan TBS akan tidak
efektif, dan kapasitas pabrik menjadi turun. Kegiatan yang dilakukan oleh PKS Rambutan dalam kerangka rantai pasokan
tandan buah segar ini secara ringkasnya antara lain menerima TBS dari kebun sendiri, melakukan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO dan Inti sawit. Melakukan
pembelian TBS dari Pihak III untuk menambahi kekurangan dari kebun sendiri.
5.3.6 Perusahanan Pengangkutan CPO
Pelaku rantai selanjutnya adalah pengangkutan CPO dan inti sawit. Bertugas untuk mengangkut dari pabrik menuju ke pelabuhan untuk diekspor ataupun dijual
lokal. Kontrak kerja pengangkutan dilaksanakan oleh kantor pusat dengan berkoordinasi dengan PKS Rambutan.
Sistem pengangkutan menggunakan sistem kontrak DO Delivery Order. Yang dikeluarkan oleh Bagian Teknologi di kantor pusat. Pihak PKS Rambutan
hanya sebagai penyedia CPO, sedangkan untuk penjualan dilakukan melalui PT. Kharisma Pemasaran Bersama.
5.3.7 Kantor Pemasaran Bersama
Pelaku rantai selanjutnya adalah Kantor Pemasaran Bersama. PT. Perkebunan Nusantara III memasarkan hasil komoditas kelapa sawit dan karet ke pasar lokal dan
luar negeri melalui PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara KPBN yang
Universitas Sumatera Utara
berkedudukan di Jakarta serta pemasaran CPO melalui Bursa Berjangka Jakarta BBJ. KPB PTPN berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi
perkebunan termasuk CPO hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara PTPN. Kantor Pemasaran Bersama KPB ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
dalam kegiatan penjualan, promosi, dan pengangkutan. Keberadaan Kantor Pemasaran Bersama KPB PTPN diharapkan dapat menggabungkan kekuatan dari
seluruh perkebunan besar negara yang ada sehingga memudahkan melakukan penetrasi pasar, memperluas pasar serta memperkuat posisi tawar produsen dalam
negosiasi. Total penjualan PTPN III pada tahun 2013 mencapai nilai Rp. 5,699 Miliar,
sedangkan total penjualan pada tahun 2012 sebesar Rp. 5,941 Miliar. Dengan demikian, pada tahun 2013 nilai penjualan mengalami penurunan sebesar 242 Miliar
atau sebesar 4,07. Penurunan nilai penjualan pada tahun 2013 disebabkan antara lain oleh masih melemahnya permintaan pasar akibat gejolak politik dan moneter
disejumlah negara tujuan ekspor serta harga minyak mentah di pasar dunia yang berfluktuasi. Bila ditinjau dari nilai penjualan ekspor pada tahun 2013 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 147,2 Miliar dari Rp. 595 Miliar pada tahun 2012 menjadi Rp. 742 Milyar pada tahun 2013. Hal ini disebabkan antara lain karena harga jual CPO
ekspor mengalami kenaikan akibat menguatnya nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah.
5.3.8 Stakeholder