Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas Sumber daya manusia SDM, baik dalam aspek spiritual, intelektual maupun kemampuan profesional terutama dikaitkan dengan tuntutan pembangunan bangsa. Hal tersebut dapat dipahami bahwa dengan memprioritaskan pendidikan sebagai kunci pokok keberhasilan pembangunan suatu bangsa, maka diharapkan pendidikan dapat menjadi alat pemberdayaan masyarakat menuju SDM yang lebih kreatif, inovatif, dan produktif dalam menghadapi tantangan yang kompleks. Sekolah Menengah Kejuruan SMK merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan formal sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi. SMK ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan tertentu untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan kejuruan yang lebih tinggi. SMK sebagai lembaga memiliki bidang keahlian yang berbeda-beda menyesuaikan dengan lapangan kerja yang ada, dan di SMK ini para peserta didik dididik dan dilatih keterampilan agar profesional dalam bidang keahliannya masing-masing. Struktur kurikulum SMK pun diarahkan untuk mencapai kompetensi kejuruan sesuai dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja. Program keahlian di SMK diklasifikasikan sesuai dengan kelompoknya seperti SMK kelompok pariwisata, program yang salah satunya yaitu program 2 keahlian tata busana. Program tersebut ditempuh selama masa studi tiga tahun atau enam semester, selama itu peserta didik memperoleh bekal ilmu, pengalaman, serta keterampilan sesuai dengan jurusan untuk siap terjun di dunia kerja. Bidang keahlian Tata Busana adalah salah satu program keahlian yang ada di SMK yang membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam hal: 1 mengukur, membuat pola, menjahit dan menyelesaikan busana; 2 memilih bahan tekstil dan bahan pembantu secara tepat; 3 menggambar macam-macam busana sesuai kesempatan; 4 menghias busana sesuai desain; 5 mengelola usaha di bidang busana. Kompetensi pola dasar adalah salah satu komptensi yang harus dicapai oleh peserta didik pada program keahlian Busana Butik. Membuat pola dasar terdiri dari beberapa kompetensi yaitu membuat pola dasar dengan teknik konstruksi dan membuat pola dasar dengan teknik drapping. Mata diklat pola dasar merupakan mata diklat produktif yang sangat penting. Hal ini dikarenakan mata diklat pola dasar merupakan mata diklat dasar untuk peserta didik agar dapat membuat busana sesuai dengan desain yang diinginkan, selain itu yang terpenting dalam mata diklat pola dasar adalah keterampilan pemahaman. Keterampilan pemahaman terhadap suatu bahan ajar, keterampilan ini merupakan keterampilan dasar bagi peserta didik yang harus dikuasai agar dapat mengikuti kegiatan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pelajaran sangat dipengaruhi oleh keterampilannya dalam menguasai suatu bahan ajar. Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah peserta didik mampu memahami isi atau pesan-pesan komunikasi agar tercapai tujuan pembelajaran. 3 SMK Pelita Buana adalah salah satu SMK swasta di kabupaten Bantul yang beralamat di dusun Garon, Panggungharjo, Sewon, Bantul. SMK Pelita Buana Bantul membuka program keahlian Busana Butik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Busana Butik merupakan salah satu program studi pada Bidang Studi Keahlian Seni, kerajianan ,dan Pariwisata. Pada program keahlian Busana Butik terdiri dari tiga kelas antara laian, kelas X Busana Butik, kelas XI Busana Butik, dan kelas XII Busana Butik. Mata diklat yang diajarkanpun beragam antara lain, mata diklat adaptif, mata diklat produktif, dan mata diklat normatif. Salah satu mata diklat pada program studi produktif yang diajarkan yaitu mata diklat pola dasar. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan peserta didik kelas X SMK Pelita Buana Bantul ditemukan bahwa kompetensi membuat pola dasar teknik konstruksi merupakan kompetensi yang dianggap peserta didik melelahkan dan membosankan. Peserta didik kurang termotivasi, kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, pekerjaan rumah banyak yang tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, ada juga yang mengerjakannya asal jadi saja. Keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran pola dasar, guru lebih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional ini kurang memberikan hasil yang maksimal, peserta didik merasa jenuh, motivasi peserta didik menjadi rendah dan nilai yang diporoleh kurang maksimal, selain itu pembelajaran konvensional membuat peserta didik hanya duduk, diam, mendengar, dan mencatat. Sedangkan yang diperoleh dari informasi berdasarkan nilai hasil proses pembelajaran pola dasar di kelas X SMK Pelita Buana tergolong 4 masih rendah, hal ini ditunjukan dengan adanya 11 siswa yang belum mencapai taraf ketuntasan belajar dari 16 siswa. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa setiap diberikan tugas baru, masih kurang dari nilai KKM 75. Sehingga masih diperlukan suatu perbaikan untuk mencapai kompetensi. Materi, pendekatan, strategi, model dan media pembelajaran harus disusun sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik agar proses pembelajaran berjalan efektif sehingga tercapai kompetensi yang sesuai sasaran. Untuk itu, seorang guru membutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat dan efektif dalam mengoptimalkan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran pola dasar. Guru dituntut dapat berperan aktif dalam dunia pendidikan sehingga memberikan peluang untuk guru mengembangkan kreativitasnya, dapat dilakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif, misalnya pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang berkompeten dengan harapan dapat mengembangkan pemahaman, ketelitian, kreativitas, keaktifan, kekritisan dan kecerdasan peserta didik. Selain itu, peserta didik mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, aktif, dan menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya suatu pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak membosankan yang dapat menumbuhkan interaksi dengan peserta didik lain guna mencapai tujuan pembelajarannya. Menurut Isjoni 2007:66 menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang melibatkan peserta didik-peserta didik untuk bekerja dalam kelompok- kelompok untuk mengerjakan tugas atau mencari penyelesaian terhadap suatu masalah untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin 5 2005:4 pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya. Tipe pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, salah satunya adalah Student Teams Achievement Division STAD. Peneliti akan menggunakan model pembelajaran ini sebagai strategi dalam meningkatkan kompetensi membuat pola busana secara konstruksi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk memotivasi peserta didik agar saling membantu antara peserta didik satu dengan yang lain dalam menguasai ketrampilan atau pengetahuan yang disajikan oleh guru, model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division STAD juga menuntut para peserta didik untuk aktif dan dapat memahami materi. Adapun kelebihan dari pembelajaran cooperative learning tipe STAD yaitu dapat: 1 meningkatkan motivasi siswa dalam belajar; 2 meningkatkan prestasi belajar siswa; 3 meningkatkan kreativitas siswa; 4 mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain; 5 mengurangi kejenuhan dan kebosanan; 6 menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti. Menurut Robert E.Slavin 2005:143 tipe pembelajaran kooperatif STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Dalam presentasi ini bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Dengan cara ini, 6 para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. Sehingga dari pendapat tersebut peneliti menyempurnakan sebuah model pembelajaran ini dengan alat pembantu media powerpoint. Media berbasis powerpoint merupakan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan software komputer. Media berbasis powerpoint ini memiliki kelebihan yaitu menggabungkan unsur media seperti teks, video, animasi, image, dan sound didalam presentasi powerpoint sehingga dapat dibuat semenarik mungkin. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengkaji secara mendalam dengan melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Membuat Pola Dasar Rok Menggunakan Model Pembelajaran Tipe STAD Berbasis Media Powerpoint Di SMK Pelita Buana Bantul ”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penggunaan media video animasi sistem pernapasan manusia untuk meningkatkan hasil belajar biologi

1 13 7

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA SMA YANG DIBELAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CPBL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI HIDROKARBON.

1 3 24

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI PEMBUATAN POLA ROK PIAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DI SMK KARYA.

2 25 112

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI PEMBUATAN POLA KEMEJA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN JOB SHEET DI SMK.

0 0 310

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK PELANGGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI SMK PELITA BUANA SEWON.

0 0 144