ditempat  penampungan  tebu  sebelum  giling,  setelah  penimbangan,  dengan menggunakan patok beton  atau langsung ke meja tebu. Tommy,2009.
2.3.2. Budidaya Tebu Sistem Rawat Ratoon. a.   Tebu Rawat Ratoon
Tebu rawat ratoon yaitu Menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan
dari  kotoran  bekas  tebangan  yang  lalu.  Sebelum  mengepras  sebaiknya  tanah  yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak petak tebu secara berurutan, setelah dikepras
dilakukan pemeliharaan menggunakan herbisida supaya tanaman tebu tetap sehat dan jauh dari hama dan penyakit dan harmonik pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis
seperti  diatas.  Pemeliharaan  selanjutnya  sama  dengan  tanam  tebu  pertama. Anggraeni, P, 2007.
b.   Tindakan Perawatan
Untuk tanaman tebu rawat ratoon hampir sama dengan perawatan tanaman baru diantaranya  adalah  pengendalian  gulma,  turun  tanah,  klentek  dan  pemberian  air.
Khusus  untuk  perawatan  gulma  diintensifkan,  karena  jumlah  tunas  keprasan  sangat berkurang  akibat  persaingan  gulma  yang  tumbuh  di  barisan  tebunya.  Penyiangan
gulma  dikerjakan  secara  manual  tiga  kali  yakni  pada  umur  1,2  dan  3  bulan  setelah tebu  ditanam.  Penggunaan  herbisida  sebagai  pengganti  tenaga  penyiang  yang  mulai
sulit  diperoleh,  tetapi  dalam  hal  ini  maka  dilakukan  penyemprotan  campuran  – campuran herbisida yang telah ditentukan.
Anggraeni, P, 2007. Pemberian pupuk tanah pada tanaman tebu lahan kering hanya dilakukan dua kali
yaitu  sebelum  pemupukan  kedua  pada  umur  1  –  1,5  bulan  dan  pada  umur  2,5  –  3
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bulan  atau  dapat  dilakukan  sekali  pada  umur  2  –  3    bulan  sebelum  tebang. Pemeliharaan  drainase    terutama  diperlukan  selama  musim  hujan  untuk  menjaga
kelancaran  pengeluaran  air  yang  berlebih.  Pemupukan  untuk  lahan  kering  tidak diberikan  sekaligus,  tetapi  disesuaikan  dengan  kebutuhan  tanaman  dan  untuk
mencegah  kehilangan  pupuk.  Untuk  tebu  rawat  ratoon,  disamping  pemeliharaan sebagaimana  tanaman  pertama  dilakukan  pola  pengaturan  pembersihan  diantara
barisan  tebu  dilakukan  untuk  mencegah  melebarnya  rumpun  tebu  keprasan,  agar penebangan dengan mesin tebang tidak mengalami kesulitan.
Anggraeni, P, 2007. Rawat  ratoon  biasanya  mampu  menderita  akibat  cekaman  air.  Tetapi
penggenangan air dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan kematian perakaran tebu,  besarnya  gangguan  oleh  genangan  air  terhadap  pertumbuhan  tebu,  tergantung
pada  saat  dan  lama  kondisi  anaerob  berlangsung.  Di  Indonesia  khususnya  dimana banyak  tebu  keprasan  tumbuh  dimusim  kemarau  dan  berada  di  lahan  tegalan,
pemberian  air  sampai  setengah  kapasitas  lapangannya  akan  meningkatkan pertumbuhan tebu keprasan sampai 174  dari pada kondisi kekurangan air. Berarti
hasil  panen  keprasan  dapat  ditingkatkan,  hanya  dengan  meningkatkan  ketersediaan air samapai kondisi dibawah kebutuhan optimal.
Anggraeni, P, 2007.
c.   Pemupukan
Pemupukan  dilakukan  dua  kali  yaitu  pertama  saat tanaman  tebu  mulai  tumbuh berumur  7  hari  dengan  dosis  7  gram  urea,  8  gram  TSP  dan  35  gram  KCL  per
tanaman  120  kg  urea,  160  kg  TSP  dan  300  kg  KCLha  dan  yang  kedua  30  hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg per hektar.
Pupuk diletakkan di lubang pupuk dibuat dengan tugal sejauh 7 – 10 cm dari bibit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dan  ditimbun  tanah.  Setelah  pemupukan  semua  petak  segera  disiram  supaya  pupuk tidak  keluar  dari  daerah  perakaran  tebu.  Pemupukan  dan  penyiraman  harus  selesai
dalam  satu  hari.  Agar  rendemen  tebu  tinggi  digunakan  zat  pengatur  tumbuh. Anggraeni, P, 2007.
d.   Kriteria Panen